Kependudukan kota Sawahlunto
Artikel ini memerlukan pemutakhiran informasi. |
Artikel ini sebagian besar atau seluruhnya berasal dari satu sumber. |
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Data kependudukan kota Sawahlunto disediakan oleh Badan Pusat Statistik yang memberikan kebutuhan data bagi pemerintah baik pusat maupun daerah dan masyarakat. Data ini didapatkan dari hasil sensus yang dilakukan secara teratur dan transparan.
Sejarah
suntingJumlah penduduk kota Sawahlunto mengalami penurunan yang sangat tajam sejak merosotnya produksi batu bara di kota ini pada tahun 1940, dari 43.576 orang pada tahun 1930 menjadi 13.561 orang pada tahun 1980. Kemudian secara perlahan, jumlah penduduk kota ini meningkat pada tahun 1990, sejalan dengan kembali pulihnya produksi batu bara sejak tahun 1980.
Pada tahun 1990, wilayah administrasi kota Sawahlunto diperluas dari hanya 0,778 km² menjadi 27,345 km² dan membawa konsekuensi jumlah penduduknya meningkat. Sehingga pada tahun 1995, jumlah penduduk kota Sawahlunto mencapai 55.090 orang. Namun pada tahun 2000, jumlah penduduk kota Sawahlunto menurun menjadi 50.668 orang, artinya selama lima tahun telah terjadi penurunan sekitar 8%. Hal ini disebabkan oleh sebagian perumahan pegawai PT. Bukit Asam Unit Pertambangan Ombilin dipindahkan ke luar daerah kota Sawahlunto. Sehingga dari segi ini tampak kaitannya antara usaha pertambangan batu bara dengan jumlah penduduk kota Sawahlunto.
Tahun | 1930 | 1980 | 1990 | 1995 | 2000 | 2005 | 2008 | 2010 | ||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Jumlah penduduk | 43.576 | 13.561 | 15.279 | 55.090 | 50.668 | 52.457 | 54.310 | 56.812 | ||||
Sejarah kependudukan kota Sawahlunto[1] |
Sensus 2010
suntingHasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan jumlah penduduk kota Sawahlunto mengalami peningkatan, dari sebelumnya 54.310 orang pada tahun 2008 menjadi 56.812 orang. Kecamatan Talawi merupakan kecamatan dengan penduduk terbanyak, yaitu 17.676 orang atau sekitar 31,11% dari jumlah penduduk kota Sawahlunto. Kemudian diikuti oleh kecamatan Barangin dengan jumlah penduduk 16.852 orang (29,66%), kecamatan Lembah Segar dengan jumlah penduduk 12.164 orang (21,41%), dan kecamatan Silungkang dengan jumlah penduduk 10.120 orang (17,8%).
Dengan luas wilayah 238,61 km² dan didiami oleh 56.812 orang, maka dapat dipastikan bahwa tingkat kepadatan penduduk kota Sawahlunto adalah 238 orang dalam 1 km². Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah kecamatan Lembah Segar, yaitu 431 orang. Sedangkan yang paling rendah kepadatan penduduknya adalah kecamatan Talawi yang hanya 189 orang.
Rasio jenis kelamin atau sex ratio penduduk kota Sawahlunto adalah 98, yang artinya jumlah penduduk laki-laki 2% lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk perempuan, atau setiap 100 perempuan terdapat 98 laki-laki. Rasio jenis kelamin terbesar terdapat di kecamatan Talawi yaitu 101 dan yang terkecil terdapat di kecamatan Lembah Segar yaitu 94.
Selama 10 tahun terakhir, yaitu dari tahun 2000–2010, laju pertumbuhan penduduk kota Sawahlunto mencapai 1,1% setiap tahun. Laju pertumbuhan penduduk kecamatan Silungkang adalah yang tertinggi dibandingkan kecamatan lain di kota Sawahlunto yaitu 1,61%. Sedangkan yang terendah adalah kecamatan Lembah Segar yang hanya 0,02%. Kecamatan Barangin menempati urutan kedua, dengan laju pertumbuhan penduduk 1,41%. Kemudian disusul oleh kecamatan Talawi 1,38%.
Kecamatan | Penduduk | Kepadatan | Pertumbuhan Penduduk (%) |
Sex Ratio | ||
---|---|---|---|---|---|---|
Laki-laki | Perempuan | Jumlah | ||||
Silungkang | 5.053 | 5.067 | 10.120 | 411 | 1,61 | 99.7 |
Lembah Segar | 5.884 | 6.280 | 12.164 | 431 | 0,02 | 93.7 |
Barangin | 8.304 | 8.548 | 16.852 | 322 | 1,41 | 97.1 |
Talawi | 8.886 | 8.790 | 17.676 | 189 | 1,38 | 101.1 |
Total | 28.127 | 28.685 | 56.81 | 238 | 1,1 | 98.1 |
Suku bangsa
suntingPenduduk kota Sawahlunto saat ini didominasi oleh etnik Minangkabau dan Jawa. Etnik lain yang juga menjadi penghuni adalah Tionghoa dan Batak. Sejak dijadikannya Sawahlunto sebagai kota tambang batu bara atau sejak didirikannya kota ini pada abad ke-19, pemerintah Hindia Belanda mulai mengirim narapidana dari berbagai penjara di Indonesia ke kota Sawahlunto sebagai pekerja paksa, sehingga sekitar 20.000 narapidana telah dikapalkan ke Sawahlunto. Pekerja paksa inilah yang dikenal oleh masyarakat setempat sebagai orang rantai.
Referensi
sunting- ^ sumbar.bps.go.id Profil Kota Sawahlunto.