Kekaisaran Galia

negara pecahan dari Kekaisaran Romawi yang berdiri pada tahun 260 hingga 274 M di wilayah barat Kekaisaran Romawi, mencakup provinsi-provinsi Romawi di Galia, Hispania, dan Britania

Kekaisaran Galia (Latin: Imperium Galliarum) adalah negara pecahan dari Kekaisaran Romawi yang berdiri pada tahun 260 hingga 274 M di wilayah barat Kekaisaran Romawi, mencakup provinsi-provinsi Romawi di Galia, Hispania, dan Britania. Kekaisaran ini didirikan oleh Jenderal Romawi Marcus Cassianius Latinius Postumus setelah terjadi ketidakstabilan di Roma selama Krisis Abad Ketiga. Kekaisaran Galia berusaha untuk mempertahankan integritas wilayah-wilayah barat Kekaisaran Romawi yang terancam oleh serangan suku-suku Jermanik dan krisis politik internal Romawi. Meskipun mengklaim sebagai bagian dari Kekaisaran Romawi, Kekaisaran Galia memiliki kaisar dan sistem pemerintahan sendiri hingga akhirnya ditaklukkan kembali oleh Kaisar Romawi Aurelianus pada tahun 274.

Peta Kekaisaran Galia pada tahun 262

Latar Belakang

sunting

Pada pertengahan abad ketiga, Kekaisaran Romawi berada dalam masa krisis yang disebut Krisis Abad Ketiga, di mana kekaisaran menghadapi invasi eksternal, pemberontakan internal, serta pergantian kaisar yang sangat cepat. Setelah pembunuhan Kaisar Valerianus oleh pasukan Persia pada tahun 260, Galia berada dalam kondisi yang rentan. Tentara Romawi di wilayah Galia, Hispania, dan Britania mulai merasa tidak puas dengan penguasa pusat di Roma yang tidak mampu melindungi mereka dari ancaman eksternal, terutama dari suku-suku barbar di seberang Sungai Rhine.

Seorang jenderal bernama Postumus, yang saat itu memimpin legiun Romawi di Galia, memberontak melawan Kaisar Gallienus. Ia berhasil membunuh Saloninus, putra Gallienus yang diangkat sebagai kaisar di wilayah tersebut, dan mendeklarasikan dirinya sebagai kaisar di Galia. Dengan dukungan militer yang kuat, Postumus mendirikan sebuah negara yang terpisah dari otoritas Romawi di Roma dan berupaya untuk mempertahankan provinsi-provinsi barat dari ancaman eksternal.

Pemerintahan

sunting

Kekaisaran Galia dipimpin oleh sejumlah kaisar selama eksistensinya, yang masing-masing diangkat oleh pasukan dan senat lokal di wilayah Galia. Meskipun secara nominal masih mengakui tradisi Romawi, termasuk penggunaan gelar "Imperator Caesar", negara ini tidak tunduk pada otoritas kekaisaran di Roma. Kekaisaran Galia juga mencetak koinnya sendiri dan membentuk struktur pemerintahan yang mirip dengan sistem Romawi, tetapi terfokus di wilayah barat.

Kaisar pertama, Postumus, memerintah dari tahun 260 hingga 268. Ia berhasil mempertahankan kontrol atas Galia dan Britania serta sebagian Hispania. Pemerintahannya cukup stabil, dan ia dikenal sebagai penguasa yang kuat serta efektif dalam menghadapi serangan suku-suku barbar di sepanjang perbatasan Rhine. Namun, pada tahun 268, ia dibunuh oleh pasukannya sendiri setelah menolak mengizinkan mereka menjarah kota Mogontiacum (sekarang Mainz, Jerman), yang baru saja direbut kembali dari pemberontak.

Pengganti Postumus, Marcus Aurelius Marius, hanya memerintah selama beberapa bulan sebelum ia juga dibunuh dan digantikan oleh Victorinus. Victorinus melanjutkan kebijakan Postumus dalam mempertahankan wilayah Kekaisaran Galia, tetapi ia juga dibunuh oleh bawahannya pada tahun 271.

Tetricus dan Pemulihan oleh Aurelianus

sunting

Pengganti Victorinus, Tetricus I, adalah gubernur Galia yang diangkat sebagai kaisar oleh legiun setelah pembunuhan Victorinus. Ia dan putranya, Tetricus II, yang diangkat sebagai Caesar (penerus kaisar), berhasil mempertahankan kendali atas wilayah Galia dan Britania selama beberapa tahun, tetapi situasi internal semakin memburuk karena masalah ekonomi dan ketidakpuasan militer.

Pada tahun 274, Kaisar Aurelianus dari Romawi, yang saat itu sedang dalam proses memulihkan persatuan kekaisaran setelah mengalahkan Kekaisaran Palmyra di timur, melancarkan kampanye militer untuk merebut kembali wilayah barat. Tetricus, yang tampaknya sudah lelah dengan situasi yang semakin sulit, diyakini telah diam-diam bernegosiasi dengan Aurelianus untuk menyerahkan kekuasaan. Dalam Pertempuran Châlons, pasukan Aurelianus mengalahkan tentara Kekaisaran Galia, dan Tetricus menyerahkan diri kepada Aurelianus.

Aurelianus, yang dikenal sebagai kaisar yang cenderung bermurah hati kepada mantan musuh-musuhnya, mengampuni Tetricus dan putranya. Tetricus bahkan diberikan jabatan administrasi di Italia setelah kekaisaran Galia dibubarkan. Dengan kemenangan ini, Aurelianus berhasil menyatukan kembali Kekaisaran Romawi, dan provinsi-provinsi barat kembali di bawah kendali Roma.

Wilayah Kekuasaan

sunting

Kekaisaran Galia mencakup sebagian besar wilayah Galia, Hispania, dan Britania, meskipun kendali atas Hispania sempat hilang selama pemerintahan Victorinus ketika wilayah tersebut menyatakan kesetiaan kepada Kaisar Romawi di Roma. Wilayah inti Kekaisaran Galia terletak di sekitar provinsi Galia, terutama di wilayah-wilayah di sepanjang perbatasan Rhine, yang saat itu menjadi garis depan dalam pertahanan melawan serangan suku-suku Jermanik.

Militer

sunting

Militer Kekaisaran Galia sebagian besar terdiri dari legiun Romawi yang ditempatkan di Galia dan Britania. Mereka memiliki misi utama mempertahankan perbatasan Rhine dari invasi suku-suku barbar. Tentara Galia dianggap sebagai kekuatan yang tangguh dan mampu menjaga stabilitas relatif di wilayah tersebut selama sebagian besar eksistensi kekaisaran ini. Namun, masalah disiplin militer dan pemberontakan internal menjadi salah satu penyebab keruntuhan kekaisaran.

Ekonomi dan Masyarakat

sunting

Kekaisaran Galia tetap mengadopsi banyak aspek kehidupan Romawi, termasuk sistem hukum, administrasi, dan ekonomi. Kota-kota besar di Galia seperti Augusta Treverorum (sekarang Trier) dan Lugdunum (sekarang Lyon) menjadi pusat administrasi dan perdagangan. Koin-koin yang dicetak oleh Postumus dan penggantinya digunakan di seluruh wilayah kekaisaran, meskipun kualitasnya menurun seiring waktu karena inflasi dan ketidakstabilan ekonomi.

Masyarakat di Kekaisaran Galia sebagian besar terdiri dari campuran antara warga Romawi dan suku-suku Keltik yang telah lama berasimilasi dengan budaya Romawi. Kota-kota di Galia tetap menjadi pusat kehidupan politik, ekonomi, dan budaya selama periode ini, meskipun invasi suku barbar dan ketidakstabilan militer terus mengancam keamanan di wilayah perbatasan.

Warisan

sunting

Meskipun Kekaisaran Galia hanya berlangsung selama sekitar 14 tahun, negara ini menunjukkan sejauh mana Krisis Abad Ketiga telah mengguncang Kekaisaran Romawi. Upaya para pemimpinnya untuk mempertahankan stabilitas dan perlindungan di provinsi-provinsi barat mencerminkan kebutuhan mendesak untuk menjaga integritas wilayah kekaisaran selama masa-masa sulit.

Penggabungan kembali Kekaisaran Galia ke dalam Kekaisaran Romawi oleh Aurelianus menandai awal dari akhir Krisis Abad Ketiga dan pemulihan kekuatan Romawi untuk beberapa dekade berikutnya. Kaisar-kaisar Galia, terutama Postumus, sering dikenang sebagai penguasa yang kompeten dalam menghadapi tantangan berat yang dihadapi oleh provinsi-provinsi barat.

Daftar Kaisar Galia

sunting
  1. Postumus (260–268 M)
  2. Marius (268 M)
  3. Victorinus (268–271 M)
  4. Tetricus I (271–274 M)
  5. Tetricus II (Caesar, 273–274 M)

Referensi

sunting
  • Drinkwater, J. F. The Gallic Empire: Separatism and Continuity in the North-Western Provinces of the Roman Empire, A.D. 260-274. Franz Steiner Verlag, 1987.
  • Potter, David S. The Roman Empire at Bay, AD 180–395. Routledge, 2004.
  • Southern, Pat. The Roman Empire from Severus to Constantine. Routledge, 2001.