Kebakaran Toserba Shirokiya
Kebakaran Toserba Shirokiya (白木屋大火 , Shirokiya Taika) adalah kebakaran yang terjadi di Toserba Shirokiya (atau Shirakiya) kota Tokyo, Jepang, tanggal 16 Desember 1932 yang mengakibatkan 14 orang tewas dan 67 orang terluka.[1] Toserba Shirokiya memiliki delapan lantai dan dua lantai bawah tanah. Lantai 4 sampai 8 terbakar saat insiden tersebut.
Kebakaran
suntingPada saat itu, Toserba Shirokiya mengadakan penjualan dalam rangka menyambut Natal dan Tahun Baru, dan interiornya didekorasi sampai meriah. Kebakaran mulai terjadi di bagian mainan sekitar pukul 9.15 AM (pagi), tak lama sebelum toserba dibuka. Pramuniaga menyaksikan percikan api dari bola lampu pada pohon Natal. Percikan tersebut jatuh pada mainan yang mudah terbakar, kemudian api menyala dan menyebar secara cepat. Udara yang mengalir melalui tangga membuat api berkobar semakin besar dan membuatnya merambah ke lantai lainnya. Tangga menjadi saluran asap, sehingga menutupi jalan untuk menyelamatkan diri.
Tangga pemadam kebakaran dan pipanya tidak mampu mencapai lantai 5, sehingga api masih menyebar dan menjebak orang-orang di dalamnya dan memaksa mereka menemukan jalan lain untuk menyelamatkan diri. Beberapa pramuniaga wanita terpaksa naik hingga ke atap gedung, dan dari sana mereka melompat ke bawah menuju jaring penyelamat yang disiapkan pemadam kebakaran. Banyak yang mencoba menyelamatkan diri dengan cara membuat tali dari jalinan pakaian maupun gorden. Sekitar 80 orang dari lantai 7 memanjat ke bawah dengan cara tersebut. Yang lainnya tidak mampu bertahan sehingga tewas terjatuh.
Legenda urban
suntingDipercaya bahwa kebakaran tersebut mengubah tradisi berpakaian bagi para wanita Jepang, yaitu ditinggalkannya cara berkimono tradisional karena sebelumnya wanita berkimono tidak memakai celana dalam. Beredar kabar bahwa saat kebakaran, pramuniaga yang berkimono menolak untuk terjun ke jaring penyelamat karena mereka malu bila bagian tubuh pribadinya terekspos, sehingga keputusan tersebut menyebabkan mereka tewas.[2][3] Berita ini menarik perhatian hingga ke Eropa. Diduga bahwa setelah kebakaran tersebut, pihak manajemen toserba menyuruh para pramuniaga wanitanya untuk mengenakan celana dalam atau jenis pakaian dalam lainnya di balik kimono mereka, dan tren tersebut menyebar.[2][3]
Bertolak belakang dengan kepercayaan tersebut, Shoichi Inoue, profesor ilmu arsitektur dan tradisi Jepang di Pusat Riset Internasional tentang Kajian Jepang (国際日本文化研究センター , Kokusai Nihon Bunka Kenkyū Sentā), menolak kisah tentang para wanita yang lebih memilih mati daripada melakukan tindakan yang tak sopan. Menurut Inoue, banyak orang yang berhasil diselamatkan oleh pemadam kebakaran, dan kisah tentang wanita yang lebih memilih mati demi kesopanan merupakan kisah yang direkayasa untuk para pembaca di Dunia Barat. Kisah tersebut masih lazim ditemukan di banyak buku referensi, bahkan beberapa di antaranya diterbitkan oleh agensi pemadam kebakaran. Selain itu, telah lazim dipercaya di Jepang bahwa kebakaran Toserba Shirokiya merupakan katalis untuk perubahan dalam tradisi berbusana, khususnya tren memakai celana ala Barat meskipun tiada bukti untuk mendukung kepercayaan tersebut.[4]
Referensi
sunting- ^ "デパート火災余話" (dalam bahasa Jepang). Tokyo Fire Department.
- ^ a b Richie, Donald (2006). Japanese Portraits: Pictures of Different People. Tuttle Publishing. hlm. 85. ISBN 0-8048-3772-4.
- ^ a b Dalby, Liza Crihfield (1983). Geisha. University of California Press. hlm. 318. ISBN 0-520-04742-7.
- ^ Shōichi, Inoue (2002). パンツが見える。: 羞恥心の現代史 (dalam bahasa Jepang). Asahi shimbun. ISBN 4-02-259800-X.