Kapal pengangkut kelas Balikpapan

Kapal pengangkut kelas Balikpapan atau Balikpapan class Landing Craft, Heavy (LCH) adalah suatu kelas kapal yang terdiri atas delapan kapal pengangkut dan pendaratan angkutan berat. Semua delapan kapal itu dibuat oleh Walkers Limited untuk Angkatan Darat (AD) Australia pada awal 1970-an. Reorganisasi tanggung jawab pengelolaan angkutan air dalam militer Australia menyebabkan pengoperasian kapal-kapal tersebut dialihkan pada Angkatan Laut (AL) Australia atau Royal Australian Navy (RAN). Dalam masa-masa menuju kemerdekaan Papua Nugini tahun 1975, dua unit kapal kelas Balikpapan (Salamaua dan Buna) diberikan pada Tentara Papua Nugini atau Papua New Guinea Defence Force (PNGDF).

HMAS Balikpapan in 2011
HMAS Balikpapan tahun 2011
Tentang kelas
Pembangun:Walkers Limited di Maryborough, Queensland
Operator:* Angkatan Laut Australia
* Angkatan Laut Papua Nugini
* Angkatan Laut Filipina
Didahului oleh:Kapal pengangkut medium kelas LSM-1 (AL Australia)
Dibangun:1971–1974
Beroperasi:1971–sekarang
Bertugas:1973–sekarang
Selesai:8
Aktif:5
Ciri-ciri umum
Jenis Kapal angkut pendarat berat
Berat benaman
  • standar 364 ton
  • beban penuh 517 ton
Panjang 445 m (1.460 ft)
Lebar 101 m (331 ft)
Daya muat 2 m (6 ft 7 in)
Pendorong
  • 2 × motor diesel General Motors Detroit 6–71 (orisinal)
  • 2 × mesin diesel Caterpillar 3406E (AL Australia sejak 2005)
Kecepatan 10 knot (19 km/h; 12 mph)
Jangkauan
  • 3.000 mil laut (5.600 km; 3.500 mi) tanpa kargo
  • 1.300 mil laut (2.400 km; 1.500 mi) dengan 175 ton kargo
Kapasitas 180 ton kargo
Awak kapal 16
Sensor dan
sistem pemroses
Radar navigasi Racal Decca Bridgemaster I
Senjata dua senjata mesin 762 mm (30,0 in)

Kapal-kapal Australia tersebut telah dioperasikan untuk mendukung Operasi Angkatan Laut Membantu Darwin (Operation Navy Help Darwin) tahun 1974–1975, Operasi Bel Isi dari 1997 hingga 2003, operasi INTERFET tahun 1999 dan 2000, dan operasi RAMSI sejak 2003.

Keenam kapal AL Australia yang tersisa dinonaktifkan dalam dekade 2010-an: Balikpapan, Betano, dan Wewak nonaktif tahun 2012; Brunei, Labuan, dan Tarakan nonaktif 2014. Dalam AL Australia, kapal-kapal ini telah digantikan. Per tahun 2013, dua kapal PNGDF masih aktif dan tahun 2014, kapal Labuan dihibahkan pada Papua Nugini menjadi kapal latih bernama Lakekamu. Brunei dan Tarakan diperbarui dan disumbangkan ke AL Filipina tahun 2015 dengan berubah nama menjadi Ivatan dan Batak. Tiga unit kapal lainnya - yang sebelumnya dinonaktifkan bernama HMAS Balikpapan, HMAS Wewak, dan HMAS Betano - diangkut menggunakan sebuah kapal pengangkut pada Maret 2016 untuk AL Filipina.[1]

Desain dan kemampuan

sunting

Delapan kapal pengangkut dan pendaratan angkutan berat dipesan tahun 1969 sebagai pengganti buatan lokal dari empat kapal pengangkut dan pendaratan angkutan menengah kelas LSM-1 dan dua kapal pendaratan ALC 50 milik AD Australia setelah proyek kapal pengangkut dan pendaratan angkutan menengah Mark II dibatalkan.[2] Kapal kelas Balikpapan ini memiliki panjang 44,5 meter (146 ft), tinggi dengan tiang 10,1 meter (33 ft), dan kedalaman air untuk mengapungkan kapal (draught) 2 meter (6 ft 7 in).[3] Berat standar kapal 320 ton, dengan beban angkut penuh beratnya 517 ton.[3] Awalnya dibangun menggunakan dua mesin diesel General Motors Detroit 6–71.[4] Mesin tersebut kemudian diganti dengan mesin diesel Caterpillar 3406E antara tahun 2005 dan 2007 untuk kapal-kapal yang masih digunakan Australia.[3] Jumlah standar awak kapal adalah 16 orang, termasuk dua orang perwira.[3] Peralatan sensor terbatas pada radar navigasi Racel Decca Bridgemaster I.[3] Kapal-kapal tersebut dilengkapi dengan dua senjata mesin 7,62 milimeter (0.3 in).[4]

 
Kendaraan angkut personel M113 mendarat di sebuah pantai dari kapal pengangkut kelas Balikpapan

LCH memiliki daya angkut maksimum 180 ton, setara dengan tiga tank Leopard 1 atau dua tank M1A1 Abrams, 13 kendaraan angkut personel M113, 23 truk seperempat ton, atau empat kendaraan kargo amfibi LARC-V.[4][5][6] Sebagai pengangkut tentara, sebuah kapal kelas Balikpapan dapat mengangkut hingga 400 orang tentara antara kapal pengangkut yang lebih besar dan tepi laut, atau 60 orang tentara dalam enam karavan tidur untuk perjalanan yang lebih jauh.[5][7] Beban angkutan kapal mempengaruhi jarak tempuh: dengan kargo seberat 175 ton, kapal dapat menempuh jarak hingga 1.300 mil laut (2.400 km; 1.500 mil), jarak tempuh meningkat menjadi 2.280 mil laut (4.220 km; 2.620 mil) dengan berat kargo 150 ton, dan 3.000 mil laut (5.600 km; 3.500 mil) dalam keadaan tanpa kargo.[4] Lunas kapal berbentuk datar, seperti kotak, sehingga menyebabkan kapal mudah terguling dalam kondisi laut bergelombang yang membatas kemampuan kapal untuk melakukan perjalanan jauh.[5] LCH dapat menyesuaikan peluncur haluan dengan dok muatan buritan kapal amfibi besar saat berperan sebagai perantara antara kapal dan tepi laut.[7]

Kedelapan kapal kelas Balikpapan dibuat oleh Walkers Limited di galangan kapal mereka di Maryborough, Queensland.[8] Semua diproduksi dalam kurun waktu 1971 hingga 1972, dengan kapal utama HMAS Balikpapan mulai digunakan oleh Skuadron Angkutan Air AD Australia pada akhir 1971.[8] Setelah itu, tanggung jawab pengelolaan angkutan air AD dialihkan ke AL Australia, dengan tujuh kapal langsung dijalankan oleh AL antara 1973 dan 1974, sementara Balikpapan dipindahtangankan pada akhir 1974.[8][9]

Kutipan

sunting
  1. ^ Velasquez, Caleb (22-03-2016). "Heavy lift firm delivers 3 Australian Landing Crafts to Philippines". Update.Ph. Diakses tanggal 22-03-2016. 
  2. ^ Gillet 1988, hlm. 79,125.
  3. ^ a b c d e Saunders 2012.
  4. ^ a b c d Wertheim 2007, hlm. 26.
  5. ^ a b c Gillet 1988, hlm. 79.
  6. ^ Gillet 2012, hlm. 30.
  7. ^ a b "Balikpapan Class Heavy Landing Craft (LCH), Australia". Naval Technology. Kable. 2014. Diakses tanggal 27-09-2014. 
  8. ^ a b c Wertheim 2007, hlm. 25.
  9. ^ Gillet 1988, hlm. 80.

Referensi

sunting
Buku
Artikel jurnal
  • Swinden, Greg (April 2013). "Heavy Lifting for Four Decades: The Navy's Landing Craft Heavy". The Navy. Navy League of Australia. 75 (2): 20–24. ISSN 1322-6231. 

Pranala luar

sunting