Kandat, Kediri

kecamatan di Kabupaten Kediri, Jawa Timur
(Dialihkan dari Kandat)

Kandat adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Kediri. Kandat terletak di sebelah selatan Kota Kediri dan dilalui Jalan Raya Kediri-Blitar. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 49 tahun 1999, sembilan desa yang berada di selatan Kecamatan Kandat dipisahkan menjadi kecamatan baru bernama Ringinrejo sehingga Kandat tersisa 12 desa. Pusat kecamatan Kandat berada di Desa Kandat yang terdapat pasar bernama Pasar Kandat yang terletak di tepi jalan raya. Secara geografis, Kandat terletak di dataran rendah dengan lahan yang didominasi persawahan.[1][2]

Kandat
Bekas menara pengisi air lokomotif uap pengangkut tebu di Galuhan
Bekas menara pengisi air lokomotif uap pengangkut tebu di Galuhan
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
KabupatenKediri
Pemerintahan
 • CamatEdhi Purwanto, S.H.
Populasi
 • Total64.099 jiwa
Kode Kemendagri35.06.05 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3506060 Edit nilai pada Wikidata
Luas55,12 km²
Desa/kelurahan12
Peta
PetaKoordinat: 7°56′36″S 112°2′51″E / 7.94333°S 112.04750°E / -7.94333; 112.04750

Geografi

sunting

Secara geografis, Kandat terletak di dataran rendah dengan lahan yang didominasi persawahan. Desa paling utara di Kandat adalah Ngreco dan Blabak yang berbatasan langsung dengan Kelurahan Blabak di Kecamatan Pesantren, Kota Kediri.

Batas wilayah Kecamatan Kandat adalah sebagai berikut:

Utara Kota Kediri (Kecamatan Pesantren)
Timur Kecamatan Wates
Selatan Kecamatan Ringinrejo
Barat Kecamatan Ngadiluwih dan Kecamatan Kras

Sejarah dan legenda

sunting

Nama Kecamatan Kandat diambil dari Desa Kandat yang menjadi pusat pemerintahan dan ekonomi kecamatan ini. Menurut cerita masyarakat lokal yang ditulis dalam buku “Cerita Rakyat dari Kediri” (2004) karya Edy Susanto dan Oemaryanto, asal-usul nama Kandat berhubungan dengan legenda pedati atau Cikar Mbah Gleyor yang sekarang berada di Musholla Nurul Huda di gang kecil selatan Pasar Kandat. Cikar kayu ini dimiliki oleh Adipati Kediri RM Djojohadiningrat dan ditarik oleh kerbau. Dalam cerita tersebut, Sang Adipati berusaha lari dari kejaran prajurit Belanda. Namun, di tengah perjalanan kerbau yang menarik cikar kelelahan dan berhenti. Peristiwa ini menjadi asal-usul penamaan Kandat yang berasal dari kata "Kandeg" yang berarti terhenti. Menurut penuturan masyarakat, cikar ini tergeletak di tengah kebun yang jauh dari pemukiman dan kerap dijadikan lokasi pesugihan. Sehingga cikar tersebut kemudian direlokasi. Namun ketika direlokasi, cikar tersebut secara ajaib kembali ke tempat semula dan hal ini terjadi berulang kali. Akhirnya warga mengadakan ritual keagamaan dan cikar berhasil dipindah ke posisi sekarang.[3]

Pada zaman Belanda, terdapat kawasan bernama Djiboen yang dijadikan lokasi pos pantau dan depo kereta uap pengangkut tebu sekitar tahun 1930-an. Hal ini karena Djiboen lokasinya strategis di persimpangan jalan raya dan rel kereta yang menghubungkan Pabrik Gula (PG) Pesantren di Kota Kediri, Perkebunan Djengkol Plosoklaten, PG Ngadirejo di Kras, dan Blitar. Djiboen sendiri adalah penyebutan orang Belanda untuk Jimbun, yaitu sebuah kawasan pemukiman yang didirikan oleh Mbah Jimbun yang merupakan pengikut Pangeran Diponegoro. Sekarang nama Jimbun masih dipakai dan masuk wilayah Desa Pule.[4]

Daftar desa dan dusun

sunting

Kecamatan Kandat terdiri dari 12 desa. Desa-desa tersebut dibagi menjadi beberapa dusun atau dukuh, yakni sebagai berikut:[5]

No. Nama Desa Nama Dusun atau Dukuh Ref
1 Blabak Blabak, Jaten, Sambirobyong, Sumoroto [5]
2 Cendono Cendono, Cendonosari, Dungpung, Ringinrejo, Tugu [5]
3 Kandat Kandat, Galuhan, Kertosari [5]
4 Karangrejo Karangrejo, Sentul, Tulungrejo [5]
5 Ngletih Ngletih Barat, Ngletih Timur [5]
6 Ngreco Ngreco, Bulur, Sumbernongko, Sumbersuko [5]
7 Pule Pule Selatan, Pule Utara, Jimbun [5]
8 Purworejo Gondang, Kroncong [5]
9 Ringinsari Ringinsari, Weru [5]
10 Selosari Selosari, Bangsri, Mangunan, Nglarangan, Pojok [5]
11 Sumberejo Sumberjo Barat, Sumberjo Timur, Bago, Bulurejo, Cangkringan [5]
12 Tegalan Tegalan, Karangtengah, Tegalarum [5]

Tempat terkenal

sunting
 
Sumber Pule
  • Pasar Kandat
  • Pasar Gondang di Desa Purworejo
  • Sentra pengrajin batu bata di Desa Ngreco[6]
  • Sumber Glodok Desa Ngreco
  • Sumber Pule Desa Pule
  • Lapangan Desa Karangrejo
  • Complang Park Desa Purworejo
  • Perempatan Jimbun dan Makam Mbah Jimbun di Desa Pule - Mbah Jimbun adalah pengikut Diponegoro yang membangun pemukiman di wilayah ini. Kawasan ini kemudian disebut Djiboen oleh Belanda dan dijadikan lokasi pos pantau dan bengkel reparasi kereta uap pengangkut tebu sekitar tahun 1930-an. Hal ini karena Djiboen lokasinya strategis di persimpangan jalan raya dan rel kereta yang menghubungkan Pabrik Gula (PG) Pesantren di Kota Kediri, Perkebunan Djengkol Plosoklaten, PG Ngadirejo di Kras, dan Blitar.[4]
  • Musholla Nurul Huda di Desa Kandat - musholla ini terdapat Cikar Mbah Gleyor yang berhubungan dengan cerita rakyat masyarakat Kandat.[3]
  • Kantor Wilayah Kandat PG Ngadirejo di Galuhan - juga terdapat bekas bangunan Belanda yang terbengkalai yang terdiri dari menara pengisian air lokomotif serta bangunan lain di tengah perkebunan tebu.[7]

Fasilitas kesehatan

sunting
  • RSU Muhammadiyah Surya Melati
  • Klinik Rawat Inap Jimbun Medika
  • Puskesmas Blabak

Referensi

sunting