Batu bata

salah satu komponen dalam pembangunan

Batu bata merupakan salah satu bahan material sebagai bahan konstruksi. Batu bata terbuat dari tanah liat yang dibakar sampai berwarna kemerah-merahan.[1] Di Indonesia penggunakaan Batu Bata sejak zaman kerajaan dimulai di Wengker (Ponorogo) jauh kalender masehi telah menggunakan batu bata sebagai konstruksi rumah, arsitektur Wengker kemudian diterapkan dalam pembangunan di candi - candi Sumatera Sriwjaya dan di Jawa Majapahit. Seiring perkembangan teknologi, penggunaan batu bata semakin menurun. Munculnya material-material baru seperti gipsum, bambu yang telah diolah, cenderung lebih dipilih karena memiliki harga lebih murah dan secara arsitektur lebih indah.

Sebuah dinding dari batu bata
Pembuatan batako

Jenis Batu Bata

sunting
  • Batu Bata Tanah Liat, terbuat dari tanah liat dengan 2 kategori yaitu bata biasa dan bata muka.
    • Bata biasa, memiliki permukaan dan warna yang tidak menentu, bata ini digunakan untuk dinding dengan menggunakan morta (campuran semen) sebagai pengikat. Bata jenis ini sering disebut sebagai bata merah.
    • Bata muka, memiliki permukaan yang baik dan licin dan mempunyai warna dan corak yang seragam. Disamping digunakan sebagai dinding juga digunakan sebagai penutup dinding dan sebagai dekorasi.
  • Batu Bata Pasir – Kapur, sesuai dengan namanya batu bata ini dibuat dari campuran kapur dan pasir dengan perbandingan 1: 8 serta air yang ditekankan kedalama campuran sehingga membentuk batu bata.
  • Bata ringan, sesuai dengan namanya jenis bata ini yang memiliki berat lebih ringan dari pada bata pada umumnya. Bata ringan dikenal ada 2 (dua) jenis: Autoclaved Aerated Concrete (AAC) dan Cellular Lightweight Concrete (CLC). Perbedaan bata ringan AAC dengan CLC dari segi proses pengeringan yaitu AAC mengalami pengeringan dalam oven autoklaf bertekanan tinggi sedangkan bata ringan jenis CLC yang mengalami proses pengeringan alami.

Perbandingan jenis-jenis batu bata

sunting

Bata merah

sunting
 
Batu bata mentah dijemur sebelum dibakar

Bata merah merupakan salah satu jenis bahan dasar pembangunan rumah yang sudah sangat umum digunakan di Indonesia, dari zaman dulu hingga zaman modern seperti saat ini bata merah memang sudah menjadi salah satu bahan wajib di dalam membangun rumah. Cukup bisa dimaklumi, bata merah masih lebih banyak digunakan daripada bata ringan atau batako press, karena selain sudah teruji kekuatannya, mendapatkan jenis material ini pun tidak susah.

Bata merah yang dimaksud adalah bata yang dibuat dari tanah yang dicetak kemudian dibakar dengan suhu tinggi sehingga menjadi benar-benar kering, mengeras, dan berwarna kemerah-merahan. Tanah yang digunakan pun bukanlah sembarang tanah, tetapi tanah yang agak liat sehingga bisa menyatu saat proses pencetakan. Karena itulah, rumah yang dindingnya dibangun dari material bata merah akan terasa lebih nyaman dan adem. Selain lebih kuat dan kokoh serta tahan lama, sehingga jarang sekali terjadi keretakan dinding yang dibangun dari material bata merah. Selain itu material ini sangat tahan terhadap panas sehingga dapat menjadi perlindungan tersendiri bagi bangunan Anda dari bahaya api.

  • Batu bata merah dibuat dari tanah liat yang dicetak, kemudian dibakar. Tidak semua tanah liat bisa digunakan. Hanya yang terdiri dari kandungan pasir tertentu.
  • Umumnya memiliki ukuran: panjang 17–23 cm, lebar 7–11 cm, tebal 3–5 cm.
  • Berat rata-rata 3 kg/biji (tergantung merek dan daerah asal pembuatannya).
  • Bahan baku yang dibutuhkan untuk pasangan dinding bata merah adalah semen dan pasir ayakan. Untuk dinding kedap air diperlukan campuran 1:2 atau 1:3 (artinya, 1 takaran semen dipadu dengan 3 takaran pasir yang sudah diayak). Untuk dinding yang tidak harus kedap air, dapat digunakan perbandingan 1:4 hingga 1:6.
  • Kuat,kokoh, dan tahan terhadap cuaca maupun benda keras

Batako

sunting

Material dinding dari batako ini umumnya dibuat dari campuran semen, pasir kasar, dan air yang dicetak padat atau dipress.[2][3][4] Selain itu ada juga yang membuatnya dari campuran batu tras, kapur dan air. Bahkan kini juga beredar batako dari campuran semen, pasir dan batubara. Dengan bahan pembuatan seperti yang telah disebutkan, batako memiliki kelemahan yaitu kekuatannya lebih rendah dari bata merah, sehingga cenderung terjadi keretakan dinding, terutama jika bagian kosong-nya tidak diisi dengan adukan spesi. Pemakaian material batako untuk dinding juga membuat bangunan lebih hangat bahkan cenderung pengap dan panas, tidak seperti bata merah yang terbuat dari material tanah. Batako cenderung lebih ringan daripada bata merah. Teksturnya pun terlihat lebih halus dari bata merah.

Batako putih (Tras)

sunting
  • Batako putih dibuat dari campuran tras, batu kapur, dan air. Campuran tersebut dicetak, lalu dibakar. Tras merupakan jenis tanah berwarna putih / putih kecoklatan yang berasal dari pelapukan batu-batu gunung berapi.
  • Umumnya memiliki ukuran panjang 25–30 cm, tebal 8–10 cm, dan tinggi 14–18 cm.
  • Untuk dinding seluas 1 m2, kira-kira membutuhkan:
    • Batako tras = 25 buah
    • Semen = 0,215 sak
    • Pasir ayak (pasir pasang) = 0,025 m3

Batako Semen PC / Batako pres

sunting
  • Batako pres dibuat dari campuran semen PC dan pasir atau abu batu.
  • Ada yang dibuat secara manual (menggunakan tangan), ada juga yang menggunakan mesin. Perbedaannya bisa dilihat pada kepadatan permukaan batakonya.
  • Umumnya memiliki ukuran panjang 36–40 cm, tebal 8–10 cm, dan tinggi 18–20 cm untuk Batako besar. Sedangkan Batako kecil berukuran panjang 30 cm dan tinggi 14–15 cm, tebal 10 cm.
  • Untuk dinding seluas 1 m2, kira-kira membutuhkan:
    • Batako pres besar = 15 buah dan Batako Kecil 18 buah
    • Semen PC = 0,125 sak
    • Pasir ayak (pasir pasang) = 0,015 m3

Bata ringan

sunting

Bata ringan atau disebut hebel atau celcon. Material bata ringan ini pembuatannya sudah sangat modern dimana material ini dibuat dengan menggunakan mesin pabrik. Bata ini cukup ringan, halus, dan memilki tingkat kerataan yang baik. Bata ringan ini diciptakan agar dapat memperingan beban struktur dari sebuah bangunan konstruksi, mempercepat pelaksanaan, serta meminimalisasi sisa material yang terjadi pada saat proses pemasangan dinding berlangsung.

  • Bata hebel dibuat dengan mesin di pabrik. Bata ini cukup ringan, halus, dan memiliki tingkat kerataan yang baik.
  • Bisa langsung diberi aci tanpa harus diplester terlebih dulu, dengan menggunakan semen khusus. *Bahan dasar acian/semen tersebut adalah pasir silika, semen, filler, dan zat aditif. Untuk menggunakannya, semen ini hanya dicampur dengan air. Tetapi bisa juga menggunakan bahan seperti pemasangan batako.
  • Umumnya memiliki ukuran 60 cm x 20 cm dengan ketebalan 8–10 cm.
  • Untuk dinding seluas 1 m2, kira-kira membutuhkan:
    • Bata hebel/celcon = 8 buah
    • Semen instan = 11,43 kg
    • Air = 0,15–0,16 liter

Bataton

sunting

Bataton terbuat dari campuran semen, agregat, pasir, kerikil, air dan bahan khusus lain. Bahan-bahan ini dicetak dalam berbagai bentuk yang kemudian disebuat sebagai bataton. Bentuk-bentuk bataton ini menyisakan rongga pada bagian dalamnya. Rongganya bisa diisi baja untuk tiang kolom, juga bisa sebagai jalur pipa air dan kabel listrik.

Banyak pilihan bentuk bataton yang diproduksi oleh Holcim. Sebut saja blok beton berprofil H untuk dinding, bataton profil U untuk balok pengikat fondasi (sloof ), dan balok pengaku (ringbalk ), serta bataton bentuk kolom. Sedangkan bataton balok, rooster, dan lengkung menjadi material pendukung elemen rumah.

Rongga pada bataton dapat berperan juga sebagai isolator panas. Rongga tersebut dapat menangkap rambatan radiasi panas pada dinding akibat terpapar terik matahari. Dengan begitu, suhu radiasi panas pada dinding tak seluruhnya merembes sampai ke dalam ruangan.

Daya tarik lain dari bataton adalah proses konstruksinya lebih ekonomis jika dibandingkan bata merah. Contohnya pembuatan dinding bata merah yang memerlukan bingkai struktur (kolom praktis, sloof, dan ringbalk ), yang harus menggunakan cetakan (bekisting ). Selain menunggu masa keras beton, bekisting pada bingkai struktur dinding tadi harus dilepas. Untuk pemasangannya, minimal satu hari, dicor, besok dilepas, kemudian dipasang lagi. Jika akan menggunakan blok beton cukup dalam satu hari, dapat diisi tulangan besi, lalu bisa ditaruh pada atasnya. Tidak perlu menggunakan bekisting. Jadi hemat kayu, waktu dan tenaga. Konstruksi jadi lebih ekonomis.

Lihat pula

sunting
  1. ^ Suseno, Hendro; Prastumi; Susanti, Lilya; Setyowulan, Desy (2012). "Pengaruh Penggunaan Bottom Ash sebagai Pengganti Tanah Liat pada Campuran Bata terhadap Kuat Tekan Bata". Jurnal Rekayasa Sipil. 6 (3): 272–281. 
  2. ^ Kristiawan, Agung; Suwandi, Putri Anggi Permata (2015). "Pengaruh Penambahan Kapur dan Sabut Kelapa Terhadap Bobot dan Daya Serap Air Batako". Jurnal Ilmiah Teknosains. 1 (1): 29–35. doi:10.26877/jitek.v1i1/November.835. 
  3. ^ Nursyamsi, Nursyamsi; Indrawan, Ivan; Hastuty, Ika Puji (2016-05-04). "Pemanfaatan Serbuk Kaca sebagai Bahan Tambah dalam Pembuatan Batako". Media Teknik Sipil (dalam bahasa Inggris). 14 (1): 84–95. doi:10.22219/jmts.v14i1.3292. ISSN 2597-7660. 
  4. ^ Utami, Linda Sekar; Zulkarnain, Zulkarnain; Anwar, Khairil; Darmayanti, Ni Wayan Sri; Isnaini, M.; Fadli, M. Najmul (2021). "PEMANFAATAN SAMPAH STYROFOAM MENJADI BATAKO RINGAN TAHAN GEMPA". ORBITA: Jurnal Kajian, Inovasi dan Aplikasi Pendidikan Fisika (dalam bahasa Inggris). 7 (1): 233–237. doi:10.31764/orbita.v7i1.7775. ISSN 2614-7017.