Kadrie Oening
H. M. Kadrie Oening (15 Februari 1923 –6 Juni 1989) adalah Wali Kota Samarinda yang ketiga sekaligus yang pertama dari kalangan sipil. Kadrie dilantik pada tanggal 8 November 1967 dan setelah menjabat dua selama dua periode, ia digantikan oleh Drs. H. Anang Hasyim.[1]
M. Kadrie Oening | |
---|---|
Wali Kota Samarinda Ke-3 | |
Masa jabatan 1967 – 1980 | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Samarinda, Hindia Belanda | 15 Februari 1923
Meninggal | 6 Juni 1989 Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia | (umur 66)
Kebangsaan | Indonesia |
Partai politik | PSI (hingga 1960) Golkar |
Tanda tangan | |
Sunting kotak info • L • B |
Sebelum menjadi wali kota, Kadrie menjabat sebagai wedana yang diperbantukan di Kotamadya Balikpapan. Ia juga pernah menjadi camat Sangkulirang pada masa Sukarno.[1] Kadrie juga pernah menjadi anggota Partai Sosialis Indonesia (PSI). Ia dilantik oleh Gubernur Kalimantan Timur yang keempat, Abdoel Wahab Sjahranie.[2]
Karir sebagai wali kota
suntingSelama menjadi wali kota, Kadrie banyak melakukan perubahan dan penataan kota Samarinda. Ia dikenal sebagai pribadi yang berani dan tegas. Salah satu kebijakannya yang kontroversial adalah melarang beroperasinya becak di Samarinda sejak tanggal 1 Januari 1975, seperti yang tertuang dalam SK Walikotamadya Tk. II Samarinda No. 150 tahun 1974. Akibatnya, ia sempat mendapatkan protes, namun dengan bijak Kadrie mampu meredam dan mengganti becak dengan taxi Colt sebagai angkutan umum.[1]
Jasa lain Kadrie adalah menata pusat perbelanjaan sekaligus Taman Hiburan atau yang biasa disebut THG atau Taman Hiburan Gelora di lokasi bekas kebakaran Kota Samarinda tahun 1958. Lokasi tersebut sebelumnya kumuh dan dipenuhi banyak bangunan liar. Di sana juga dulu terdapat pasar sementara yang berdampingan dengan lokalisasi liar WTS "Gulinggang".[3]
Kadrie juga berperan besar dalam menambah luas wilayah Kotamadya Samarinda dari 169 km2 menjadi 2.727 km2 atau sekitar 15 kali lipat wilayah sebelumnya. Dengan luas daerah tersebut, Samarinda mendapat tambahan beberapa kecamatan, seperti Palaran, Sangasanga, Muara Jawa, dan Samboja.[3] Ia juga sempat merelokasi warga bantaran Sungai Mahakam, dari kawasan Selili ke daerah-daerah yang disebut Supida I, Supida II dan Supida III. Selain itu, ia juga turut andil dalam menambah panjang ruas jalanan kota secara permanen sesuai kebutuhan Samarinda sebagai ibu kota Kalimantan Timur.[1]
Kadrie merupakan salah satu penggaggas berdirinya Stadion Segiri. Taman Makam Pahlawan yang tadinya berada di belakang Hotel Pirus, dipindahkan ke Jalan Kesuma Bangsa, sehingga lokasinya dinilai lebih layak dan tertata rapi. Selain itu, dia pun merancang beberapa jembatan di Sungai Karang Mumus serta membangun gedung Balai Kota yang hingga kini masih digunakan di Jalan Kesuma Bangsa.[1]
Sebagai sastrawan
suntingKadrie menyukai seni sastra dan teater sejak remaja. Ia pernah mengadakan pementasan drama selama beberapa kali pada Masa Revolusi. Pementasan drama dilakukan sebagai propaganda terhadap Belanda dan membangkitkan semangat rakyat untuk menentang penjajahan Belanda. Sejumlah puisinya terhimpun dalam beberapa buku antologi puisi. Di antaranya, buku antologi pusi Seorang Lelaki di Terminal Hidup, buku puisi Apa Kata Mereka Tentang 3 yang Tidak Masuk Hitungan dan rencana buku antologi puisi Kami Ada.
Akhir kehidupan
suntingKadrie meninggal dunia pada tanggal 6 Juni 1989. Dia meninggalkan seorang istri yang bernama Aminatul Kadriyah, seorang anak perempuan yang bernama Chadryah, dan seorang cucu laki-laki.[4] Ia awalnya dimakamkan di Kuburan Muslimin di Jalan K.H. Abul Hasan, sebelum dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa pada tanggal 6 Februari 2018.[5]
Warisan
suntingNamanya diabadikan sebagai nama salah satu ruas jalan di Kota Samarinda.[5] Selain itu, nama Stadion Madya Sempaja juga diubah namanya menjadi Gelanggang Olah Raga (GOR) Kadrie Oening pada tanggal 5 April 2022 untuk mengenang jasa-jasanya sebagai wali kota.[6]
Referensi
sunting- ^ a b c d e Zailani 2001, hlm. 148.
- ^ Magenda 2010, hlm. 109.
- ^ a b Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Timur No. 18/TH-Pem/1969 tertanggal 2 Pebruari 1969.
- ^ Hassan 2004, hlm. 376.
- ^ a b "Makam Kadrie Oening Kini di TMP". KoranKaltim.co. 7 Februari 2018. Diakses tanggal 26 Juli 2024.
- ^ Prasetyo, Teguh (5 April 2022). "GOR Madya Sempaja Berubah Nama Menjadi GOR Kadrie Oening". Diskominfo Kaltim. Diakses tanggal 26 Juli 2024.
Daftar pustaka
sunting- Hassan, A. Moeis (2004). Kalimantan Timur: Apa, Siapa dan Bagaimana. Jakarta: Yayasan Bina Ruhui Rahayu. ISBN 979-9222-88-5.
- Magenda, Burhan Djabier (2010). East Kalimantan: The Decline of a Commercial Aristocracy. Singapura: Equinox Publishing. ISBN 978-602-8397-21-6.
- Zailani, Akhmad (2001). Wali kota Samarinda, Dari Masa ke Masa. Samarinda: Metro. ISBN 961-32-6972-6 Periksa nilai: checksum
|isbn=
(bantuan).
Didahului oleh: Ngoedio |
Wali kota Samarinda 1967–1980 |
Diteruskan oleh: Anang Hasyim |