Istana Bogor

kediaman resmi dan kantor Presiden Indonesia


Istana Bogor (Aksara Sunda Baku: ᮄᮞ᮪ᮒᮔ ᮘᮧᮌᮧᮁ) merupakan salah satu dari enam Istana Presiden Republik Indonesia yang mempunyai keunikan tersendiri dikarenakan aspek historis, kebudayaan, dan faunanya. Salah satunya adalah keberadaan rusa-rusa yang didatangkan langsung dari Nepal dan tetap terjaga dari dulu sampai sekarang. Seperti namanya, istana ini terletak di Bogor, Jawa Barat.

Istana Bogor
ᮄᮞ᮪ᮒᮔ ᮘᮧᮌᮧᮁ
Istana Bogor
Istana Bogor di Kabupaten Bogor
Istana Bogor
Location within Kabupaten Bogor
Istana Bogor di Jawa Barat
Istana Bogor
Istana Bogor (Jawa Barat)
Istana Bogor di Jawa
Istana Bogor
Istana Bogor (Jawa)
Istana Bogor di Indonesia
Istana Bogor
Istana Bogor (Indonesia)
Informasi umum
Gaya arsitekturArsitektur kolonial Belanda
Kota Bogor
Negara Indonesia
Koordinat6°35′52.9″S 106°47′50.5″E / 6.598028°S 106.797361°E / -6.598028; 106.797361
Mulai dibangun1744, kemudian dibangun lagi pada tahun 1850
Desain dan konstruksi
ArsitekBaron Van Imhoff

Saat ini sudah menjadi tren budaya warga Bogor dan sekitarnya setiap hari Sabtu, Minggu, dan hari libur lainnya berjalan-jalan di seputaran Istana Bogor sambil memberi makan rusa-rusa indah yang hidup di halaman Istana Bogor dengan wortel yang diperoleh dari petani-petani tradisional warga Bogor yang selalu siap sedia menjajakan wortel-wortel tersebut setiap hari libur.

Sekarang Istana Bogor digunakan sebagai tempat kediaman Presiden Prabowo Subianto sekaligus digunakan untuk menyambut tamu dari negara lain. Namun khalayak umum diperbolehkan mengunjungi secara rombongan, dengan sebelumnya meminta izin ke Sekretaris Negara, c.q. Kepala Rumah Tangga Kepresidenan.

Sejarah

sunting
 
Istana Bogor, sekitar tahun 1856-1878.
 
Istana Bogor, sebelum tahun 1880.

Istana Bogor berada di kota Bogor yang pada era kolonial bernama Buitenzorg atau Sans Souci yang berarti "tanpa kekhawatiran". Sejak tahun 1870 hingga 1942, Istana Bogor merupakan tempat kediaman resmi dari 38 Gubernur Jenderal Belanda dan satu orang Gubernur Jenderal Inggris.

Pada tahun 1744 Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron Van Imhoff terkesima akan kedamaian sebuah kampung kecil di Bogor (Kampung Baru), sebuah wilayah bekas Kerajaan Pajajaran yang terletak di hulu Batavia. Van Imhoff mempunyai rencana membangun wilayah tersebut sebagai daerah pertanian dan tempat peristirahatan bagi Gubernur Jenderal.

 
Litografi Istana Bogor oleh Josias Cornelis Rappard, 1889.
 
Istana Bogor rusak berat oleh gempa bumi tahun 1834

Istana Bogor dibangun pada bulan Agustus 1744 dan berbentuk tingkat tiga, pada awalnya merupakan sebuah rumah peristirahatan, ia sendiri yang membuat sketsa dan membangunnya dari tahun 1745-1750, mencontoh arsitektur Blenheim Palace, kediaman Duke Malborough, dekat kota Oxford di Inggris. Berangsur angsur, seiring dengan waktu perubahan-perubahan kepada bangunan awal dilakukan selama masa Gubernur Jenderal Belanda maupun Inggris (Herman Willem Daendels dan Sir Stamford Raffles), bentuk bangunan Istana Bogor telah mengalami berbagai perubahan, sehingga yang tadinya merupakan rumah peristirahatan berubah menjadi bangunan istana paladian dengan luas halamannya mencapai 28,4 hektare dan luas bangunan 14.892 m².

Namun, musibah datang pada tanggal 10 Oktober 1834 gempa bumi mengguncang akibat meletusnya Gunung Salak sehingga istana tersebut rusak berat.

Pada tahun 1850, Istana Bogor dibangun kembali, tetapi tidak bertingkat lagi karena disesuaikan dengan situasi daerah yang sering gempa itu. Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Albertus Jacob Duijmayer van Twist (1851-1856) bangunan lama sisa gempa itu dirobohkan dan dibangun dengan mengambil arsitektur Eropa abad ke-19.

Pada tahun 1870, Istana Buitenzorg dijadikan tempat kediaman resmi dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Penghuni terakhir Istana Buitenzorg itu adalah Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborg Stachourwer yang terpaksa harus menyerahkan istana ini kepada Jenderal Imamura, pemeritah pendudukan Jepang.

Pada tahun 1950, setelah masa kemerdekaan, Istana Kepresidenan Bogor mulai dipakai oleh pemerintah Indonesia, dan resmi menjadi salah satu dari Istana Presiden Indonesia.

 
Litografi Istana Bogor oleh Josias Cornelis Rappard, 1889.

Pada tahun 1968 Istana Bogor resmi dibuka untuk kunjungan umum atas restu dari Presiden Soeharto. Arus pengunjung dari luar dan dalam negeri setahunnya mencapai sekitar 10 ribu orang.

Pada 15 November 1994, Istana Bogor menjadi tempat pertemuan tahunan menteri ekonomi APEC (Asia-Pasific Economy Cooperation), dan di sana diterbitkanlah Deklarasi Bogor.[1] Deklarasi ini merupakan komitmen 18 negara anggota APEC untuk mengadakan perdangangan bebas dan investasi sebelum tahun 2020.

Pada 16 Agustus 2002, pada masa pemerintahan Presiden Megawati, diadakan acara "Semarak Kemerdekaan" untuk memperingati HUT RI yang ke-57, dan dimeriahkan dengan tampilnya Twilite Orchestra dengan konduktor Addie MS.

Pada 9 Juli 2005 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melangsungkan pernikahan anaknya, Agus Yudhoyono dengan Anisa Pohan di Istana Bogor.

Pada 20 November 2006 Presiden Amerika Serikat George W. Bush melangsungkan kunjungan kenegaraan ke Istana Bogor dan bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kunjungan singkat ini berlangsung selama enam jam.

Bangunan dan ruangan di Istana Bogor

sunting
 
Istana Bogor dari arah timur Danau Gunting yang ada di Kompleks Istana Bogor, sekitar tahun 1856-1878.

Sebelumnya Istana Bogor dilengkapi dengan sebuah kebun besar, yang dikenal sebagai Kebun Raya Bogor namun sesuai dengan kebutuhan akan pusat pengembangan ilmu pengetahuan akan tanaman tropis, Kebun Raya Bogor dilepas dari naungan istana pada tahun 1817.

Istana Bogor mempunyai bangunan induk dengan sayap kiri serta kanan. Keseluruhan kompleks istana mencapai luas 1,5 hektare. Istana ini berada di pusat kota Bogor, di atas tanah berkultur datar, seluas sekitar 28.86 hektar, di ketinggian 290 meter dari permukaan laut. Itu sebabnya, kota ini tergolong ke dalam kota yang beriklim sedang, dengan hawa yang sejuk. Udara di sekitar istana ini senantiasa bersih dan segar karena kota ini juga menyandang julukan “kota hujan”.[2]

Bangunan induk Istana Bogor terdiri dari:

  • Bangunan induk istana berfungsi untuk menyelenggarakan acara kenegaraan resmi, pertemuan, dan upacara.
  • Sayap kiri bangunan yang memiliki enam kamar tidur digunakan untuk menjamu tamu negara asing.
  • Sayap kanan bangunan dengan empat kamar tidur hanya diperuntukan bagi kepala negara yang datang berkunjung.
  • Pada tahun 1964 dibangun khusus bangunan yang dikenal dengan nama Dyah Bayurini sebagai ruang peristirahatan presiden dan keluarganya, bangunan ini termasuk lima paviliun terpisah.
  • Kantor pribadi Kepala Negara
  • Perpustakaan yang dilengkapi dengan buku
  • Ruang makan
  • Ruang sidang menteri-menteri dan ruang pemutaran film
  • Ruang Garuda sebagai tempat upacara resmi
  • Ruang teratai sebagai sayap tempat penerimaan tamu-tamu negara.
  • Kaca Seribu

Karya seni di Istana Bogor

sunting
 
Tengkorak harimau dari Thailand.

Banyak barang asli turun temurun yang berada di Istana Bogor rusak, hancur, atau hilang pada masa Perang Dunia II. Karena itu, seluruh karya seni dan perabotan klasik yang berada di Istana Bogor bermula dari awal tahun 1950.

Koleksi-koleksi karya seni dan dekorasi internasional banyak berasal dari hadiah negara-negara asing, yang memberikan aksen mewah di Istana Bogor. Salah satunya adalah tempat penyangga lilin cristal bergaya Bohemian dan karpet langka dari Persia yang melapisi lantai ruang utama di Istana Bogor.

Koleksi istana meliputi:

  • 450 lukisan, di antaranya adalah; karya pelukis Indonesia Basuki Abdullah, pelukis Rusia Makowski, dan Ernest Dezentjé
  • 360 patung
  • Susunan lantai keramik mewah yang tersebar di istana. Salah satu dari koleksi keramik yang paling mengesankan, berasal dari Rusia, sumbangan dari Perdana Menteri Khrushchev pada tahun 1960.
  • Hadiah hadiah kenegaraan, di antaranya adalah tengkorak harimau berlapis perak, hadiah dari Perdana Menteri Thanom Kittikachorn dari Thailand pada tahun 1958
  • Tempat Penyangga lilin cristal bergaya Bohemian dan karpet langka dari Persia
  • Marmer didatangkan langsung dari Italia
  • Lampu kristal dari Cekoslovakia
  • Semua perabotan[3] kayu dari Jepara.

Museum Kepresidenan RI Balai Kirti

sunting
 
Museum Kepresidenan Balai Kitri, Bogor, Jawa Barat

Di lingkungan Istana Kepresidenan Bogor terdapat sebuah museum dengan nama Museum Kepresidenan RI Balai Kirti. Gagasan pembangunan museum dicetuskan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2012. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan museum ini pada tanggal 18 Oktober 2014. Balai Kirti dapat dimaknai sebagai bangunan yang menampung berbagai benda bersejarah, peninggalan perjalanan sejarah kepemimpinan para Presiden Republik Indonesia.

Hotel Salak The Heritage Bogor

sunting

Pada tahun 1856 berbarengan dengan dibangunnya kembali Istana Bogor, pemerintah Belanda membangun sebuah Hotel yang dibangun sebagai rumah kediaman tamu di Istana Bogor.

Hotel ini dulunya dikenal dengan Binnenhof Hotel atau Bellevue Hotel, setelah Indonesia merdeka Hotel ini kemudian diserahkan ke pemerintah Indonesia dan diberi nama Hotel Salak The Heritage Bogor yang mengambil nama dari Gunung Salak sebagai gunung terbesar di Bogor.

Hotel Salak The Heritage Bogor saat ini telah kelola secara professional, seperti hotel hotel pada umumnya dengan fasilitas 120 kamar, 12 ruang rapat, 3 restoran, Kinanty Music Café, kolam renang, dan fasilitas lainnya. Hotel Salak The Heritage tetap dijaga kelestariannya oleh pemerintah sebagai salah satu saksi sejarah pendukung keberadaan Istana Bogor khususnya dan sejarah panjang Kota Bogor umumnya.

Rusa yang dipelihara di Istana Bogor sudah menjadi pemandangan sejak lama. Rusa-rusa tersebut pertama kali didatangkan dari Nepal pada 1808. Jumlah rusa yang didatangkan awalnya hanya berjumlah 6 ekor. Rusa tersebut sengaja dipelihara dengan tujuan menghias halaman Istana Bogor. Pada 2010, jumlah rusa yang dipelihara mencapai 860 ekor.[4]

Pengunjung yang berminat untuk melihat-lihat rusa di sana dapat mengunjungi secara rombongan dengan meminta izin kepada Sekretaris Negara melalui Kepala Rumah Tangga Kepresidenan.[4]

Referensi

sunting
  • Buku Bogor A Portfolio, sebuah penghargaan pada Pertemuan APEC Economic Leaders di Bogor, Indonesia 1994. Diterbitkan oleh Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Republik Indonesia. Editor Kepala: Joop Ave.

Catatan kaki

sunting
  1. ^ (Inggris) Deklarasi APEC 1995 Diarsipkan 2007-09-30 di Wayback Machine.
  2. ^ "Istana Bogor". Kementerian Sekretariat Negara RI. Diakses tanggal 14 Mei 2024. 
  3. ^ "Salinan arsip". detikcom. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-03-23. Diakses tanggal 2014-04-03. 
  4. ^ a b Raharjo, Budi (red.) (16 Juni 2010). "Tahukah Anda, dari Mana Asal Rusa di Istana Bogor?". Republika. Diakses tanggal 4 November 2018.  templatestyles stripmarker di |first= pada posisi 6 (bantuan)

Lihat pula

sunting