Islam di Kamboja
Islam menurut negara |
---|
Portal Islam |
Islam adalah agama mayoritas Cham (juga disebut Khmer Islam) dan minoritas Malaysia di Kamboja. Menurut Po Dharma, ada 150.000 hingga 200.000 Muslim di Kamboja sebagai sebagai akhir 1975. Penganiayaan di bawah Khmer Merah mengakibatkan jumlah mereka terkikis, bagaimanapun, dan pada akhir 1980-an mereka mungkin tidak mendapatkan kembali kekuatan mereka sebelumnya. Pada tahun 2009, Pew Research Center memperkirakan bahwa 1,6% dari populasi, atau 236.000 orang Muslim.[1] Semua Muslim Cham adalah Sunni. Dari sekolah Syafi'i. Ada juga tumbuh komunitas muslim Ahmadiyah di Kamboja.[2] Po Dharma membagi Muslim Cham di Kamboja menjadi cabang tradisionalis dan cabang ortodoks.
Sejarah
suntingIslam tiba di Kamboja pada abad ke-10 hingga abad ke-11. Sebagian besar etnis Cham memeluk Islam pada abad ke-16 hingga abad ke-17 menjelang jatuhnya Kerajaan Champa. Menjelang jatuhnya Kerajaan Champa mereka pergi ke daerah lain, yaitu Malaysia, Indonesia dan Tiongkok. Namun, terdapat juga etnis Cham di Kamboja dan mereka adalah muslim.
Etnis Cham juga memegang peranan penting dalam penyebaran Islam di Kamboja. Mereka mempunyai hubungan yang turun temurun dengan Raja Kamboja. Mereka juga bergabung dengan entitas muslim Melayu yang telah tiba di Kamboja pada abad ke-13.
Sebelum terjadinya Khmer Merah, komunitas Muslim Kamboja kebanyakan terdiri dari orang Cham yang berasal dari Kerajaan Champa yang berlokasi di Vietnam yang runtuh pada tahun 1740. Kaum Cham merupakan orang asli Asia yang dimualafkan oleh perajin dari Timur Tengah dan India.
Mereka berimigrasi dalam jumlah besar ke Kamboja pada abad ke-15. Selain mereka, terdapat juga etnis Melayu dan Muslim Malaysia yang datang ke negara tersebut pada abad yang sama.
Khmer Merah
suntingKarena kejamnya rezim Khmer Merah jumlah mereka makin menyusut.
Khmer Merah juga menyusun taktik untuk menyingkirkan etnis Cham. Khmer Merah juga melakukan penyebaran etnis Cham untuk dipekerjakan sebagai petani di ladang dan penangkapan karena pelanggaran terhadap rezim komunis. Sebanyak 132 Masjid di Kamboja telah dihancurkan dan mereka tidak diperkenankan beribadah.
Selain itu Umat Islam dikumpulkan dan dipaksa memakan Kari yang berisi Daging babi dan akan dibunuh apabila mereka menolak. Setelah rezim Khmer Merah berakhir, sistem keagamaan dipulihkan kembali meskipun tidak sekuat dahulu.
Tercatat sebanyak 185.000 etnis Cham kembali tinggal di Kamboja dan masih ada masjid yang berdiri di negara tersebut. Meskipun tidak sekuat dahulu, populasi Muslim Kamboja meningkat pesat.[3][4]
Masyarakat dan masjid
suntingDaerah Chrouy Changvar dikenal sebagai pusat spiritual Muslimin Kamboja yang juga dikenal dengan sebutan Cham dan tinggal di sana beberapa pejabat tinggi yang beragama Islam. Desa-desa Cham punya 1 hakim, beberapa katib dan bilal. Keempat pejabat tinggi dan hak mereka dibebaskan dari pajak pribadi dan mereka diundang untuk ambil bagian dalam upacara nasional dan acara-acara besar kerajaan. Setiap komunitas Muslim punya hakim yang memimpin komunitas dan masjid, seorang imam yang memimpin shalat, dan bilal. Statistik tahun 1962 menyebut adanya 100 masjid di negeri ini. Masjid yang paling fenomenal adalah Masjid Agung Serkal, Masjid Internasional Phnom Penh, dan Masjid Neak Mah.[5]
Referensi
sunting- ^ Miller, Tracy, ed. (2009), Mapping the Global Muslim Population: A Report on the Size and Distribution of the World’s Muslim Population (PDF), Pew Research Center, hlm. 31, diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-02-05, diakses tanggal 2009-10-08
- ^ Ahmadiyya Muslim Mosques Around the World, pg. 123
- ^ Henry (2020-05-12). Henry, ed. "Mengulik Sejarah Islam di Kamboja, Berkembang Pesat Sebelum Dikikis Khmer Merah". Liputan6.com. Diakses tanggal 2020-12-04.
- ^ Suwanti (2019-10-31). Kurmala, Azis, ed. "Menteri Othsman kisahkan kedekatan PM Kamboja dengan umat Muslim". ANTARA News. Diakses tanggal 2020-12-04.
- ^ Tejomukti, Ratna Ajeng (16 September 2018). "Tiga Masjid Fenomenal di Kamboja". Editor: Nashih Nashrullah. Republika. Hlm.13. Jakarta: Mahaka Group.