Imleria badia
Imleria badia
| |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Jamur | |||||||||
Status konservasi | |||||||||
Risiko rendah | |||||||||
IUCN | 138329440 | ||||||||
Taksonomi | |||||||||
Superkerajaan | Eukaryota | ||||||||
Kerajaan | Fungi | ||||||||
Divisi | Basidiomycota | ||||||||
Kelas | Agaricomycetes | ||||||||
Ordo | Boletales | ||||||||
Famili | Boletaceae | ||||||||
Genus | Imleria | ||||||||
Spesies | Imleria badia Vizzini, 2014 | ||||||||
Tata nama | |||||||||
Basionim | Boletus castaneus β badius (mul) | ||||||||
Sinonim takson |
|
Imleria badia | |
---|---|
Karakteristik mikologi | |
Himenium berbentuk pori | |
Tudung cembung | |
Himenium menggala | |
Tangkai gundul | |
Jejak spora berwarna kuning langsat hingga kuning langsat kecoklatan | |
Jenis ekologi mikoriza | |
Edibilitas: pilihan |
Imleria badia, umumnya dikenal sebagai bay bolete adalah jamur berpori yang dapat dimakan yang ditemukan di Amerika Utara dan Eropa.[1] Jamur ini tumbuh di kayu konifera atau campuran di tanah atau di tunggul pohon yang membusuk. Baik nama umum dan nama ilmiah mengacu pada tudung jamur yang berwarna kapisa (bay) atau kadru (chestnut) yang hampir bulat pada spesimen muda sebelum melebar dan mendatar hingga diameter hingga 15 cm (6 in). Di bagian bawah tudung jamur ini terdapat pori-pori kecil berwarna kekuningan yang berubah menjadi biru-abu-abu kusam saat jamur ini terluka. Stipe silindernya memiliki panjang 4–9 cm (1,6–3,5 inci) dan tebal 1–2 cm (0,39–0,79 inci). Beberapa varietas telah dideskripsikan berasal dari Amerika Utara bagian timur. Pada 1818, jamur ini pertama kali dideskripsikan secara ilmiah oleh Elias Fries. Pada 1931, jamur ini diklasifikasi ulang sebagai sebagai Xerocomus badius. Studi filogenetika molekuler modern menunjukkan Xerocomus bersifat polifiletik (tidak diturunkan dari nenek moyang yang sama), dan bay bolete tidak terlalu terkait erat dengan spesies dalam genus tersebut. Bay bolete dianggap sebagai jamur yang dapat dikonsumsi oleh para ahli seperti Antonio Carluccio. Beberapa penelitian di Eropa telah menunjukkan bahwa jamur ini dapat mengakumulasi beberapa jejak logam dari tanah, seperti kobalt, merkuri, dan nikel. Selain itu, bay bolete mengandung pigmen yang memekatkan sesium radioaktif (Spesimen yang dikumpulkan di Eropa setelah bencana Chernobyl 1986 mengandung sesium-137 yang beberapa kali lebih banyak daripada yang dikumpulkan sebelum kejadian.)
Taksonomi
suntingBay bolete pertama kali dinamai sebagai Boletus castaneus badius (yaitu subspesies dari Boletus castaneus ) oleh Elias Magnus Fries pada tahun 1818.[nb 1] Fries kemudian mengklasifikasikan ulang Boletus castaneus pada tahun 1828 hingga pada tahun 1832 dia mengklasifikasi ulang menjadi Elenchus Fungorum. Jamur ini telah diklasifikasikan ke beberapa genera dalam sejarah taksonominya seperti Rostkovites oleh Petter Karsten pada tahun 1881, Viscipellis dan Ixocomus oleh Lucien Quélet masing-masing pada tahun 1886 dan 1888, dan Suillus oleh Otto Kuntze pada tahun 1898. Pada tahun 1931, Edouard-Jean Gilbert mengklasifikasikannya kembali ke dalam genus Xerocomus, dan banyak sumber masih mencantumkannya demikian. Ulasan Xerocomus sangat menyarankan bahwa itu termasuk ke dalam polifiletin dan genusnya tidak diterima oleh beberapa ahli mikologi. Pada 1874, spesies Boletus limatulus dideskripsikan oleh Charles Christopher Frost yang kemudian dideskripsikan ulang "with a slight tinge of irritation at the time, energy and gasoline spent" sebagai varietas I. badia oleh Wally Snell pada tahun 1945 (sebagai Xerocomus badius var. limatulus ). Nama taksonnya berasal dari bahasa Latin limatulus. Pada tahun 1976, varietas glaber dan macrostipitatus dideskripsikan di Nova Scotia, Kanada. Tanggal dimulainya taksonomi semua jamur ditetapkan pada 1 Januari 1821 yang bertepatan dengan tanggal diterbitkannya karya naturalis Elias Magnus yang berasal dari Swedia dan merupakan Fries "bapak mikologi". Rolf Singer berargumen bahwa menetapkan tanggal mulai lebih awal untuk publikasi Sinopsis tahun 1801 oleh Christiaan Persoon akan membuat perubahan nama, karena ia awalnya memberikan apa yang sekarang dikenal sebagai Royoporus badius yang merupakan kombinasi Boletus badius Pers dan jika bay bolete diklasifikasikan dalam genus Boletus, namanya tidak akan ada dan nama Boletus glutinosus Krombh. atau B. spadiceus Krombh. (non Fr.) harus digunakan sebagai gantinya. Nama spesiesnya berasal dari adjektiva bahasa Latin badia yang berarti "kadru". Nama umumnya juga berasal dari warna tudung yang disamakan dengan warna kapisa pada kuda. Nama umum alternatifnya seperti bolete bay-brown serta bolete bay-capped yang dikenal sebagai bolet bai dalam bahasa Prancis. Hal ini juga dikenal sebagai false cep. Varietas glaber dinamai karena stipenya yang halus (Latin: glaber, "tanpa rambut"), dan macrostipitatus untuk stipenya yang besar (Latin: makro, "besar"). Kelengketan pada tudung jamur yang basah ini membedakannya dari spesies lain yang diklasifikasikan dalam Xerocomus sehingga dibiarkan pada genus Boletus sampai Alfredo Vizzini menempatkannya dalam genusnya sendiri pada tahun 2014.[2] Analisis genetik yang diterbitkan pada tahun 2013 menunjukkan bahwa Imleria badia masih terkait dengan B. palidus dan B. glabellus ; tiga spesies membentuk klad yang dikenal secara informal sebagai klad badius dalam kelompok yang lebih besar (secara informal disebut anaxoboletus) dalam sub-ordo Boletineae. Klad lain dalam kelompok termasuk Tylopilus porcini (= Boletus sensu stricto ) dan Strobilomyces, serta dua kelompok lain yang terdiri dari Xerocomus dan Xerocomellus.
Deskripsi
suntingImleria badia memiliki warna tudung berupa kadru hingga coklat tua yang hampir bulat pada spesimen muda sebelum melebar dan mendatar hingga memiliki diameter sebesar 15 cm (6 inci). Bagian pinggir dari tudung jamur ini lancip. Tudung Kutikulanya sulit dipisahkan dari trama di bawahnya. Apabila jamur ini terluka maka pada permukaan bawah tudung jamur akan muncul noda biru kusam hingga abu-abu. Saat bertambah usia, warna jamur yang awalnya berwarna krem hingga kuning pucat akan berubah menjadi kuning kehijauan. Pori-porinya berbentuk melingkar dengan ukuran 1 mm atau 2 mm.[3] Panjang batang jamur ini adalah 0,8–1,5 cm (0,31–0,59 inci). Dagingnya sebagian besar berwarna keputihan atau kekuningan di beberapa tempat. Di bawah tudung kutikula, dagingnya berwarna merah muda kecoklatan atau coklat kemerahan. Pada beberapa bagian tudung jamur seperti di bagian pertemuan tudung dan stipe, warna dagingnya akan memiliki noda berwarna biru kusam saat terluka atau terkena udara terutama di kondisi lembap. Perubahan warna ini tidak terjadi terus menerus dan terkadang samar karena lama-kelamaan akan berubah kembali ke warna aslinya. Stipenya berwarna hampir mirip dengan tudungnya, tetapi warnanya lebih pucat yang terkadang memiliki semburat berwarna mawar dan memiliki panjang 4–9 cm (1,6–3,5 inci) dan tebal 1–2 cm (0,39–0,79 inci). Permukannya memiliki tonjolan yang memanjang dan samar, di puncaknya terdapat retikulasi halus, dan serbuknya halus. Tidak seperti stipe bulat dari jamur bolet lainnya, stipe B. badius relatif silindris dan ramping. Semakin tua maka daging stipenya akan semakin keras. Bau dari jamur ini juga digambarkan sebagai "bau buah". Jamur ini memiliki daerah keputihan pada area dasar dan pada area atas serta pada daerah bawah terdapat miselium putih. Spore print-nya berwarna hijau zaitun sampai hijau kecoklatan. Spora halusnya berbentuk agak lonjong sampai sedikit ventrikosa (membesar di bagian tengah), dan berukuran 10–14 kali 4–5 µm. Basidia (sel pembawa spora) berspora empat dan berukuran 25–35 by 8–10 kali µm. Pleurocystidia (cystidia ditemukan di permukaan tuba) berbentuk sekering dan ventrikosa, dengan dimensi 50–60 kali 10–14 µm. Varietas B. b. macrostipitatus berbeda dari bentuk utamanya dengan tudung jamur berwarna abu-abu-oranye, stipe yang lebih pendek berukuran 5–7 cm (2–3 inci), spora yang lebih panjang (15–18 kali 4-5 µm), dan pleurocystidia yang lebih panjang (30–55 kali 10– 14 µm). Varietas B. b. glaber memiliki stipe yang halus (glabrous), dan pleurocystidia yang lebih kecil (35–40 x 10-15 µm) dan cheilocystidia (25–30 x 9–12 µm). Beberapa tes kimia dapat digunakan untuk membantu mengidentifikasi jamur. Setetes larutan amonium hidroksida mengubah tudung kutikula menjadi warna kehijauan hingga kebiruan. Memberikan tetesan larutan besi(II) sulfat dapat menyebabkan daging berwarna hijau kebiruan kusam. Sedangkan pori-pori berubah menjadi coklat keemasan setelah diberi larutan kalium hidroksida.
Spesies yang serupa
suntingTerdapat spesies yang mirip dengan Imleria badia seperti kesamaan pada warna jamur dapat menyebabkan kekeliruan dengan Boletus projectellus, tetapi Boletus projectellus memili stipe rediculated (berbentuk seperti jaring) dan lebih kuat. Di famili Boleteceae, Boletus projectellus yang memiliki spora terbesar. Kemiripan lainnya adalah dengan spesies Austroboletus gracilis, tetapi spesies ini tidak memiliki reaksi memar biru dan permukaan porinya awalnya berwarna putih sebelum berubah menjadi merah muda.[4] Sporocarp B. subtomentosus memiliki stipe yang lebih sempit, tudung yang kering, serta berwarna cokla dan pori-pori lebih lebar yang tidak berwarna biru saat luka jika dibandingkan dengan I. badia. B. subtomentosus memiliki rasa yang tidak enak saat dimakan. Di Amerika Utara bagian barat, I. badia digantikan oleh jamur yang serupa yaitu B. zelleri yang juga tumbuh baik di tanah maupun di kayu busuk. I. badia dapat disalahartikan sebagai Xerocomus bubalinus (Spesies Eropa) yang memiliki tudung jamur berwarna kuning-coklat pucat dengan rona merah muda dan tidak lengket dalam keadaan basah.
Ekologi, distribusi, dan habitat
suntingMeskipun bay bolete sebagian besar merupakan spesies mikoriza, ia memiliki beberapa kecenderungan saprofit dan mungkin dapat menggunakan gaya hidup ini dalam keadaan tertentu. Ektomikoriza yang terbentuk antara I. badia dan cemara (Picea abies) memiliki selubung hifa aktif dan potensi yang lebih tinggi untuk menyimpan nitrogen, seng, fosfor, magnesium, dan besi dibandingkan jenis mikoriza lainnya, hal ini menunjukkan jamur ini dapat beradaptasi dengan baik pada derajat keasaman dan mikorizanya sangat efisien dalam penyerapan dan penyimpanan makronutrien. Bay bolete dapat ditemukan secara umum di hutan jenis konifera dan hutan campuran di Eropa, dari Kepulauan Inggris di mana jamur ini melimpah di bulan Agustus hingga November serta di timur hingga wilayah Laut Hitam di Turki.[5] Di Asia, spesies tersebut telah tercatat ada di Cina, Yordania, dan Taiwan. Distribusi di wilayah Amerika Utara meluas dari timur Kanada bagian barat ke daerah Minnesota dan ke selatan yaitu ke Carolina Utara, di mana jamur tumbuh dari Juli hingga November. Jamur ini juga tumbuh di Meksiko tengah. Varietas B. b. macrostipitatus ditemukan dari Kanada timur bagian selatan hingga ke Maine dan negara bagian New York. Sedangkan varietas B. b. glaber diketahui dari Atlantik Maritim Ecozone di Kanada timur. Sporocarp muncul secara tunggal atau tersebar di tanah atau pada tunggul pohon yang membusuk dan dapat disembunyikan dengan baik oleh jarum pinus dan pakis. Pembuahan jamur ini cenderung mencapai puncaknya tiga atau empat hari setelah hujan selama musim panas.
Bay bolete dapat berkembang biak terutama di daerah dataran tinggi yang lembap dan teduh. Biasanya dapat ditemukan di bawah cemara, pinus putih, hemlock, dan juga terjadi di bawah pohon gugur terutama beech. Hal ini juga dapat terjadi di daerah berumput atau berlumut atau di dekat tepi hutan.Pemilik restoran dan juru masak Italia Antonio Carluccio mengingat memetiknya di halaman Istana Blenheim. Hal itu tidak terjadi pada tanah berkapur. Sporocarp I. badia kurang terpengaruh oleh serangga dibandingkan bolet lainnya.[4] I. badia juga dimakan oleh tungau Orbatid seperti Carabodes femoralis, Nothrus silvestris dan Oribatula tibialis (seperti halnya tupai). Beberapa mikroba patogen dapat merusak sporocarp dan berdampak pada populasi I. badia di Cina, termasuk pembusukan lunak yang disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa, dan jamur hitam yang disebabkan oleh spesies Mucor, Sepedonium, Paecilomyces, dan Diasporangium.
Penggunaan
suntingSering dianggap sebagai kerabat yang buruk dari jamur cep (Boletus edulis), bay bolete tetap dianggap sebagai jamur pilihan oleh beberapa penulis seperti Carluccio. Di Meksiko tengah, jamur ini dikumpulkan dari Taman Nasional Izta-Popo Zoquiapan dan dijual di pasar. Imleria badia yang lebih muda paling baik untuk dimakan, meskipun yang lebih matang bisa cocok untuk dipotong dan dikeringkan. Mencuci jamur ini lebih direkomendasikan daripada menyekanya sebelum digunakan di dapur karena kecenderungan pori-porinya yang menyerap air. Namun, dapat menimbulkan alergi pada beberapa orang.[6] Tidak seperti kebanyakan boletus lainnya, I. badia dapat dimakan mentah (meskipun hanya jamur muda yang boleh digunakan). Variasi lain yaitu jamur ini bisa digoreng menggunakan mentega atau digunakan sebagai campuran dengan resep daging atau ikan. Jamur juga dapat dibekukan, dikeringkan, atau diasamkan dalam cuka sari, anggur, atau minyak zaitun extra virgin, dan kemudian digunakan dalam saus atau sup. Sporocarp-nya dapat digunakan untuk membuat pewarna jamur. Tergantung pada mordan yang digunakan dan dapat menghasilkan warna mulai dari kuning, oranye, emas, dan hijau-coklat dapat diperoleh. Tanpa mordan, maka hanya bisa menghasilkan warna kuning.
Riset
suntingMelalui eksperimen di laboratorium, ekstrak I. badia telah terbukti memiliki sifat antioksidan yang signifikan secara in vitro.[7] Sporocarpnya mengandung senyawa theanine, asam amino dan analog asam glutamat yang ditemukan dalam teh hijau . Upaya telah dilakukan untuk menetapkan protokol dalam memproduksi theanine dengan menumbuhkan miselium jamur menggunakan fermentasi. Beberapa senyawa indol telah terdeteksi dalam jamur ini. Jamur yang belum diproses mengandung triptofan (0,68 mg per 100 g berat kering ), triptamin (0,47), serotonin (0,52), kynurenin sulfat (1,96), dan asam kynurenat (1,57). Karena sensitivitas suhunya, memasak secara signifikan mengubah isi dan komposisi senyawa indol. Saat dimasak, jamur ini mengandung triptofan (1,74 mg/100 g dw), 5- metiltriptofan (6,55), melatonin (0,71), dan indolasetonitril (2,07). Ekstrak jamur ini telah terbukti memperlambat pertumbuhan sel tumor tertentu dalam kultur sel.[8] Studi di Polandia menemukan bahwa meskipun jamur mengakumulasi merkuri dan kobalt dari tanah, Mengonsumsi sesekali jamur ini tidak akan menyebabkan terlampauinya dosis asupan maksimum yang diizinkan. Kesimpulan serupa tentang keamanan dibuat dalam studi di Polandia tentang kemampuan jamur untuk mengakumulasi senyawa organoklorin. Metode persiapan yang berbeda untuk konsumsi mempengaruhi laju pelindian merkuri, kadmium, dan timbal. Setelah bencana Chernobyl 1986, beberapa penelitian menunjukkan I. badia membioakumulasi sesium radioaktif 137Cs . 137Cs diproduksi di pembangkit listrik tenaga nuklir setelah peluruhan rantai 235U menjadi 137Te dan memiliki waktu paruh tiga puluh tahun. Sebuah penelitian di Jerman menunjukkan bahwa jamur yang dikumpulkan dari 1986 hingga 1988 memiliki kandungan sesium radio aktif sebesar 8,3 hingga 13,6 kali lebih besar daripada jamur yang dikumpulkan sebelum bencana Chernobyl. Efek penyerapan sesium ini disebabkan oleh senyawa polifenol norbadion A yaitu pigmen coklat. Norbadione A telah diselidiki karena kemampuannya dalam memberikan efek perlindungan terhadap efek merusak dari radiasi pengion . Tes dengan kultur sel dan tikus menunjukkan bahwa meskipun memiliki beberapa efek perlindungan, tetapi hal itu beracun bagi sel dalam dosis yang lebih tinggi. Serangkaian baru pengelatan alkali dilakukan berdasarkan struktur norbadione A yang telah dilaporkan. Jamur ini mungkin memiliki potensi sebagai agen bioremediasi untuk membersihkan situs yang terkontaminasi.
Lihat Juga
suntingCatatan
sunting- ^ Meskipun ia menulis, "spesies forte differenta; sed ex unico a me viso specimine distinguere potui, neque debui" (Mungkin jamur ini merupakan spesies yang berbeda, tetapi saya tidak dapat membedakannya dari spesimen yang satu-satunya saya lihat)
Referensi
sunting- ^ Bessette, Alan E.; Bessette, Arleen R.; Roody, William C. (2000-04-01). North American Boletes: A Color Guide to the Fleshy Pored Mushrooms (dalam bahasa Inggris). Syracuse University Press. hlm. 96–97. ISBN 978-0-8156-0588-1.
- ^ Simonini, Giampaolo; Vizzini, Alfredo; Gelardi, Matteo (2015-05-07). "Nomenclatural novelties" (PDF). Index Fungorum (188): 1.
- ^ Yeh, Kai-Wun; Chen, Zuei-Ching (1981-06-01). "The Boletes of Taiwan (II)" (PDF). TAIWANIA. 26 (1). doi:10.6165/tai.1981.26.100. ISSN 0372-333X. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2018-04-25. Diakses tanggal 2022-01-18.
- ^ a b Roody, William C. Mushrooms of West Virginia and the Central Appalachians (dalam bahasa Inggris). University Press of Kentucky. hlm. 315. ISBN 978-0-8131-2813-9.
- ^ Sesli E. (2007). "Preliminary checklist of macromycetes of the East and Middle Black Sea Regions of Turkey" (PDF). Mycotaxon. 99: 71–74.
- ^ Bennink A, de Vries B (2007). "Allergie voor boleten" [Allergic to boletes] (PDF). Coolia (in Dutch). 50 (1): 47–48. http://www.mycologen.nl/Coolia/PDF-files/Coolia_50%281%29.pdf
- ^ Haghi, A. K. (2011-12-15). Food Science: Research and Technology (dalam bahasa Inggris). CRC Press. ISBN 978-1-926895-01-7.
- ^ Rogers, Robert (2012-06-12). The Fungal Pharmacy: The Complete Guide to Medicinal Mushrooms and Lichens of North America (dalam bahasa Inggris). North Atlantic Books. ISBN 978-1-58394-595-7.
Pranala luar
sunting- Media tentang Imleria badia di Wikimedia Commons
- Imleria badia di Index Fungorum.