Himpunan Mahasiswa Islam

organisasi mahasiswa di Indonesia

Himpunan Mahasiswa Islam, diakronimkan menjadi HMI atau HmI adalah sebuah organisasi kemahasiswaan di Indonesia yang berasaskan Islam. Organisasi ini didirikan di Yogyakarta pada 5 Februari 1947 Masehi yang bertepatan dengan tanggal 14 Rabiul awal 1366 Hijriah yang diprakarsai oleh Lafran Pane dan 14 mahasiswa, serta mahasiswi dari Sekolah Tinggi Islam (sekarang Universitas Islam Indonesia).[1]

Himpunan Mahasiswa Islam
bahasa Inggris: Islamic Association of University Student
SingkatanHMI atau HmI
Tanggal pendirian5 Februari 1947; 78 tahun lalu (1947-02-05)
JenisOrganisasi kemahasiswaan eksternal
TujuanTerbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridai Allah Subhanahuwataala
Kantor pusatJalan Sultan Agung Nomor 25 A, Guntur, Setiabudi, Jakarta 12980
Bahasa resmi
Bahasa Indonesia
Ketua Umum
Bagas Kurniawan
Situs webhimpunanmahasiswaislam.org

HMI merupakan organisasi yang tidak asing lagi terdengar, terutama dikalangan Perguruan Tinggi, mahasiswa dan kaum-kaum cendikiawan. Hal tersebut karena HMI adalah organisasi kemahasiswaan yang memiliki basis di Perguruan Tinggi dan banyaknya kegiatan HMI yang bergerak dalam gerakan sosial kemahasiswaan. HMI sebagai organisasi yang bergerak dalam dunia intelektual islam di Indonesia telah melahirkan banyak sarjana yang berwawasan ke-Islaman, ke-Indonesiaan dan ke-Pemudaan. [1]

Sejarah

Ketika berbicara tentang sejarah HMI, maka itu semua tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia itu sendiri karena sejarah HMI merupakan bagian dari sejarah ini Indonesia itu sendiri. Hal tersebut juga dikarenakan HMI juga ikut dalam dinamika persoalan bangsa Indonesia, mulai dari mempertahankan kemerdekaan, penumpasan PKI pada saat terjadinya G 30S PKI pada masa orde lama, hingga berlanjut pada masa orde baru.[1]

Sebelum lahirnya Himpunan Mahasiswa Islam, terlebih dulu berdiri organisasi kemahasiswaan bernama Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) pada tahun 1946 yang beranggotakan mahasiswa dari tiga Perguruan Tinggi di Yogyakarta, yaitu Sekolah Tinggi Teknik (STT), Sekolah Tinggi Islam (STI) dan Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada yang pada waktu itu hanya memiliki Fakultas Hukum dan Fakultas Sastra. Oleh karena PMY dirasa tidak memperhatikan kepentingan para mahasiswa yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai agama Islam. Tidak tersalurnya aspirasi keagamaan merupakan alasan kuat bagi para mahasiswa Islam untuk mendirikan organisasi kemahasiswaan yang berdiri dan terpisah dari PMY [2]

Pada tahun 1946, suasana politik di Indonesia khususnya di Ibu kota Yogyakarta mengalami polarisasi antara pihak Pemerintah yang dipelopori oleh Partai Sosialis pimpinan Syahrir - Amir Syarifuddin dan pihak oposisi yang dipelopori oleh Masyumi pimpinan Soekiman - Wali Al-Fatah, PNI pimpinan Ki Sarmidi Mangunsarkoro - Suyono Hadinoto, serta Persatuan Perjuangan pimpinan Tan Malaka. Polarisasi ini bermula pada dua pendirian yang saling bertolak belakang. Pihak Partai Sosialis (Pemerintah) menitikberatkan perjuangan memperoleh pengakuan Indonesia kepada perjuangan berdiplomasi sementara pihak oposisi berpegang pada perjuangan bersenjata melawan Belanda.

Polarisasi ini membawa mahasiswa yang juga sebagian besar dari mereka adalah pengurus PMY berorientasi kepada Partai Sosialis. Melalui merekalah Partai Sosialis mencoba mendominasi PMY. Namun mahasiswa yang masih memiliki idealisme tidak dapat membiarkan usaha Partai Sosialis hendak mendominasi PMY. Dengan suasana yang sangat kritis dikarenakan Belanda semakin memperkuatkan diri dengan terus-menerus mendatangkan bala bantuan dengan persenjataan modern disertai dengan peristiwa Agresi Militer Belanda I pada tanggal 21 Juli 1947 Dengan situasi yang demikian para mahasiswa yang berideologi murni tetap bersatu menghadapi Belanda, mencegak setidak-tidaknya mengurangi efek-efek dari polarisasi politik yang sangat melemahkan potensi Indonesia menghadapi Belanda. Karenanya mereka menolah keras akan sikap dominasi Partai Sosialis terhadap mahasiswa yang dinilai akan mengakibatkan dunia mahasiswa terlibat dalam polarisasi politik.

Berbagai hal ini yang mendorong beberapa orang mahasiswa untuk mendirikan organisasi baru. Meskipun sebenarnya jauh sebelum adanya keinginan untuk mendirikan organisasi baru sudah ada cita-cita akan itu, tetapi selalu ditunda dan dianggap belum tepat. Namun melihat dari berbagai kondisi yang ada dirasa cita-cita yang sudah lama diharapkan itu perlu diwujudkan karena bila membiarkan PMY lebih lama didominasi oleh Partai Sosialis adalah hal yang tidak tepat. Penolakan sikap dominasi Partai Sosialis terhadap PMY tidak hanya datang dari kalangan mahasiswa Islam, melainkan juga mahasiswa kristen, mahasiswa katolik, serta berbagai mahasiswa yang masih menjunjung teguh ideologi keagamaan.[1][3][4][5][6][7][8][9][10][11][12]

HMI diprakarsai oleh Lafran Pane, seorang mahasiswa tingkat I (semester I) Fakultas Hukum Sekolah Tinggi Islam (sekarang Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH-UII). Ia mengadakan pembicaraan dengan teman-temannya mengenai gagasan membentuk organisasi mahasiswa bernapaskan Islam dan setelah mendapatkan cukup dukungan, pada bulan November 1946, ia mengundang para mahasiswa Islam yang berada di Yogyakarta baik di Sekolah Tinggi Islam, Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada dan Sekolah Teknik Tinggi, untuk menghadiri rapat, guna membicarakan maksud tersebut. Rapat-rapat ini dihadiri kurang lebih 30 orang mahasiswa yang di antaranya adalah anggota Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta dan Gerakan Pemuda Islam Indonesia. Rapat-rapat yang digelar tidak menghasilkan kesepakatan. Namun Lafran Pane mengambil jalan keluar dengan mengadakan rapat tanpa undangan, yaitu dengan mengadakan pertemuan mendadak yang mempergunakan jam kuliah Tafsir oleh Husein Yahya. Pada tanggal 5 Februari 1947 (bertepatan dengan 14 Rabiulawal 1366 H), di salah satu ruangan kuliah Sekolah Tinggi Islam di Jalan Setyodiningratan 30 (sekarang Jalan Senopati) Yogyakarta, masuklah Lafran Pane yang langsung berdiri di depan kelas dan memimpin rapat yang dalam prakatanya mengatakan "Hari ini adalah rapat pembentukan organisasi Mahasiswa Islam, karena semua persiapan yang diperlukan sudah beres".

Kemudian ia meminta agar Husein Yahya memberikan sambutan, tetapi dia menolak dikarenakan kurang memahami apa yang disampaikan sehubungan dengan tujuan rapat tersebut.

Pernyataan yang dilontarkan oleh Lafran Pane dalam rapat tersebut adalah sebagai berikut:

  • Rapat ini merupakan rapat pembentukan organisasi Mahasiswa Islam yang anggaran dasarnya telah dipersiapkan.
  • Rapat ini bukan lagi mempersoalkan perlu atau tidaknya ataupun setuju atau menolaknya untuk mendirikan organisasi Mahasiswa Islam.
  • Di antara rekan-rekan boleh menyatakan setuju dan boleh tidak. Meskipun demikian apapun bentuk penolakan tersebut, tidak menggentarkan untuk tetap berdirinya organisasi Mahasiswa Islam ketika itu, dikarenakan persiapan yang sudah matang.

Setelah dicerca berbagai pertanyaan dan penjelasan, rapat pada hari itu dapat berjalan dengan lancar dan semua peserta rapat menyatakan sepakat dan berketetapan hati untuk mengambil keputusan:

  • Hari Rabu Pon 1878, 15 Rabiulawal 1366 H, tanggal 5 Februari 1947, menetapkan berdirinya organisasi Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI yang bertujuan:
  • Mengesahkan anggaran dasar Himpunan Mahasiswa Islam. Adapun Anggaran Rumah Tangga akan dibuat kemudian.
  • Membentuk Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam.

Pendiri-pendiri HMI :

Adapun peserta rapat yang hadir sekaligus sebagai pendiri HMI, antara lain:

  1. Lafran Pane
  2. Karnoto Zarkasyi
  3. Dahlan Husein
  4. Maisaroh Hilal (cucu pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan)
  5. Suwali
  6. Yusdi Ghozali (tokoh utama pendiri Pelajar Islam Indonesia (PII))
  7. Mansyur
  8. Siti Zainah (istri Dahlan Husein)
  9. Muhammad Anwar
  10. Hasan Basri
  11. Zulkarnaen
  12. Tayeb Razak
  13. Toha Mashudi
  14. Bidron Hadi

Ada beberapa nama yang Lafran Pane lupa nama orang-orangnya[6]

Selain itu keputusan rapat tersebut memutuskan kepengurusan Himpunan Mahasiswa Islam sebagai berikut:

Ketua Lafran Pane
Wakil Ketua Asmin Nasution
Penulis I Anton Timoer Djailani, salah satu pendiri Pelajar Islam Indonesia (PII)
Penulis II Karnoto Zarkasyi
Bendahara I Dahlan Husein
Bendahara II Maisaroh Hilal
Anggota Suwali
Yusdi Gozali, pendiri Pelajar Islam Indonesia (PII)
Mansyur

Pada saat terjadi pembantaian massal anti-komunis yang dimulai pasca-G30S mahasiswa anggota HMI dilibatkan pihak universitas dalam proses skrining dan pembersihan kampus untuk menunjuk siapa pengajar atau mahasiswa yang dianggap komunis, anggota PKI, atau aktif dalam organisasi mahasiswa kiri seperti CGMI. Mereka yang tidak lolos proses skrining ini dipecat, sebagian menjadi tahanan politik, hilang, atau dibunuh.[13] Beberapa anggota HMI dilatih oleh RPKAD untuk membunuh.[14]

Fase-fase Perjuangan HMI

1. Fase Konsolidasi Spritual (November 1946-5 Februari 1947)[6]

Bermula dari latar belakang sejarah berdirinya HMI serta kondisi objektif yang mendorong berdirinya HMI. Setelah mengalami berbagai proses akhirnya dijawab secara konkrit, keputusan dan kesepakatan para mahasiswa yang hadir dalam rapat untuk mendirikan HMI 5 Februari 1945.[15]

2. Fase Pengokohan (5 Februari 1947-30 November 1947)

Roda organisasi berjalan disertai aktivitas memperkenalkan HMI secara populer dikalangan mahasiswa maupun masyarakat luas.Di forum Kongres mahasiswa seluruh Indonesia yang berlangsung di Malang tanggal 8 Maret1947 HMI mengutus Lafran Panedan Asmin Nasution, Kongres mahasiswa seluruh Indonesia dapat dimanfaatkan sebagaiforum perkenalan HMI dengan mahasiswa dari kota-kota lain.

Beberapa bulan setelah Kongres tersebut berdirilah cabang-cabang HMI di Klaten, Solo dan Malang. Untuk tambah kokohnya kedudukan HMIyang baru berumur 9 bulan,dilangsungkannya Kongres I HMI di Yogyakarta tanggal 30 November 1947. Terpilih Sebagai Ketua Umum PB HMI MS Mintaredja.[15]

3. Fase Perjuangan Fisik (30 November 1947-27 Desember 1949)

HMI yang lahir dalam suasana debu dan kabut revolusi yang Masih menghitam pekat terjun kegelanggang medan pertempuran memangkul senjata membantu pemerintah mengusir tentara penjajah, membela kehormatan bangsa, negara dan agama dari jajahan Belanda sampai bangsa Indonesia memperoleh kedaulatannya 27 Desember 1949. Sewaktu terjadi penghianatan dan pemberontakan PKI I di Madiun 18 September 1948, HMI ikut serta dalam penumpasan pemberontakan tersebut. Sejak Affair Madiun itulah dendam kesumat PKI tertanam kepada HMI.[15]

4. Fase Pembinaan dan Konsolidasi Organisasi (1950-1963)

Tindakan memindahkan kedudukan PB HMI pada bulan Juli 1951 Dari Yogyakarta ke Jakarta, merupakan sikap arif bijaksana,xix Lukman E.Hakim ditunjuk sebagai Ketua PB HMI dan Mutiar Sebagai Sekjen, menggantikan Lafran dan Dahlan.Ternyata Lukman Hakim tidak mampu memulihkan citra HMI, seraya menyerahkan kepada A. Dahlan Ranuwihardja untuk memimpin dan membentuk PB HMI, sebagai tindak lanjut, setelah 5 bulan memimpin, adalah mengadakan Kongres darurat HMI, yang kemudian disahkan sebgai Kongres II di Yogyakarta 15 Desember 1951. Untuk priode 1951-1953 A.Dahlan Ranuwihardja duduk Sebagai Ketum PB HMI, Sekum I dipegang oleh M.Rajab Lubis.xxii Pembinaan anggota, dengan membentuk basis-basis, sejak Dari komisariat, cabang, badko, lembaga-lembaga otonom.[15]

5. Fase Tantangan Dan Penghianatan PKI (1964-1965)

Dalam rencana kerja 4 tahun PKI 1964-1967, dimana menurut dokumen itu, HMI termasuk salah satu musuh PKI yang harus dibubarkan. Tugas untuk membubarkan HMI diserahkan kepada CGMI, organisasi mahasiswa yang bernaung dibawah PKI. Puncak aksi tuntutan pembubaran HMI terjadi dibulan September 1965, jika tanggal 13 September 1965, DN.Aidit sebagai Ketua CC PKI dianugerahi Bintang Mahaputra, pada saat yang sama pula Generasi Muda Islam Jakarta Raya, menunjukan solidaritas pembelaan terhadap HMI, empat hari berikutnya tanggal 17 September 1965, dengan keputusan komando tertinggi Retoling Aparatur Revolusi atau Kotrar (Bung Karno), HMI dinyatakan jalan terus tidak dibubarkan.

Besoknya 30 September 1965, PKI mengambil jalan pintas, sudah siap main kekerasan, dari pada didahului lebih baik mendahului, dengan makar, mengambil kekuasaan dari pemerintah yang sah dengan pemberontakan G30S. Berkat kesiap-siagaan ABRI dan rakyat yang anti PKI, dalam waktu relatif singkat Gestapu/PKI dapat digulung.[15]

6. Fase HMI Penggerak Angkatan 66, Pelopor Orde Baru (1966-1968)

Atas inisiatif Wakil Ketua PB HMI Mar’ie Muhammad, Memprakarsai mendirikan Kesatuan Aksi Mahasiswa Islam (KAMI) 25 oktober 1965, kemudian disyahkan Manteri PTIP Prof. Dr. Syarif Thayeb, dengan tugas (1) Mengamankan Pancasila, (2) memperkuat bantuan kepada ABRI dalam penumpasan Gestapu/PKI sampai ke akar-akarnya. Massa aksi KAMI yang pertama, berupa rapat umum, dilaksanakan tangga 3 november 1965 dihalaman Fakultas Kedokteran UI Salemba Jakarta.

Tanggal 10 Januari 1966 KAMI mengumandangkan suara hati Nurani rakyat dalam bentuk Tritura, yang berisi: (1) bubarkan PKI, (2) Retooling Kabinet, (3) Turunkan Harga. Mengikuti kelahiran KAMI, Tanggal 9 Februari 1966 berdirilah Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) dengan Ketum M. Thamrin dari PII.

Tuntutan Retol Kabinet malah dijawab dengan pembentukan Kabinet Dwikora.Kemarahan rakyat kemudian bergejala beralamat Pada Soekarno, yang dimata rakyat terkesan memandang ringan Tritura. Demonstrasi-demonstrasi rakyat dalam bentuk Kesatuan Aksi sejak 1 Maret1966, sudah 111 hari non stop, mencapai Puncaknya tanggal 11 Maret 1966. Dari Aksi Massa mahasiswa dan Rakyat itulah lahirnya surat Perintah 11 Maret atau Supersemar. Dengan menggunakan Supersemar, besoknya 12 Maret 1966, PKI dibubarkan dan dinyatakan dilarang diseluruh Indonesia, beserta segala organisasi mantel PKI.Setelah turunya Soekarno dan naiknya Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia HMI ikut mendukung pemerintahan yang baru.[15]

7. Fase Partisipasi HMI Dalam Pembangunan dan Modernisasi (1969-1970)

Setelah tatanan orde baru mantap, maka sejak 1 April 1969 dimulailah Rencana Pembangunan Lima Tahun atau Repelita. Bentuk-bentuk partisapasi HMI, anggota dan alumninya dalam era Pembagunan yang dimulai tahun 1969 hingga sekarang meliputi: (a) partisapasi dalam pembentukan suasana, situasi dan iklim yang memungkinkan dilaksanakan nya pembangunan, (b) partisapasi dalam pemberian konsep-konsep dalam berbagai aspekpemikiran, (c) partisapasi dalam bentuk pelaksanaan langsung dari pembagunan.[15]

Sesungguhnya mantan pemimpin HMI 1950-an dan angkatan 66 adalah generasi pertama HMI yang berpartisipasi kepada pemerintah dibawah patronase “kelompok teknokrat”. Hanya saja menurut M. Dawam Rahardja, mereka masuk ke birokrasi dan secara tegas mendukung modernisasi, tidak melalui diskusi yang sifatnya intelektual, tetapi berpartisipasi langsung dalam kegiatan pembangunan.[16]

8. FasePergolakanPemikiran(1970-1997)

Fase pergolakan pemikiran ini muncul tahun 1970, tetapi gejala-gejalanya sudah nampak sekian tahun 1968. Generasi baru pemikir dan aktivis Islam sejak1970-an berusaha mengembangkan dimana substansi, bukan bentuk merupakan titik-tekannya utamanya. Paham Keislaman-Keindonesiaan memberikan legitimasi kultural Dan struktural terhadap pembentukan “Negara Kesatuan Nasional” Indonesia disini diintegrasikan secara harmonis.

Tema dan agenda yang menarik perhatian mereka adalah (1) Peninjauan kembali landasan teologis atau filosofis politik Islam; (2) pendefinisian kembali cita-cita politik Islam; dan (3) peninjauan kembali tentang cara dan cita-cita politik dapat dicapai secara efektif. Adapun idealisme dan aktivisme mereka dapat dipetakan dalam tiga wilayah penting: (1) pembaharuan teologis atau keagamaan; (2) reformasi politik atau birokrasi; (3) tarnsformasi sosial.[17]

9. Fase Reformasi (Mei 1998- Sekarang)

Terlepas dari faktor dukungan politik ABRI terhadap Soeharto Mulai melemah pada tahun 1990-an, yang pasti, upaya yang telah dirintis generasi intelektualisme baru ini membuahkan hasil. Pada era ini mulai tumbuh sikap akomodatif negara terhadap Islam dengan diterapkannya kebijakan-kebijakan yang sejalan dengan kepentingan sosial-ekonomi dan politik umat Islam.Setelah itu tidak ada lagi demonstrasi mahasiswa secara besar-besaran sampai muncul gerakan reformasi pada tahun 1998. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa turun kejalan itu buruk. Buktinya ketika rezim orde baru melemah mahasiswa kembali turun kejalan dan krisis moneter yang membuat Dolar Amerika ketika waktu normal hanya Rp 2.200 per dolar lalu tiba-tiba naik sampai Rp 17.000 perdolar, Akibatnya harga barang melambung tinggi, sementara pemerintah Soeharto tidak dapat mengendalikan keadaan, maka diapun jatuh.[15][6][16][17][18]

Lembaga-Lembaga di HMI

Lembaga Pengembangan Profesi (LPP)

Lembaga Pengembangan Profesi adalah lembaga pengkaderan untuk pengembangan profesi di lingkungan HMI. Lembaga Pengembangan Profesi terdiri dari:

  1. Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI), pencetus terbentuknya Lembaga Dakwah Kampus (LDK)
  2. Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI).
  3. Lembaga Teknologi Mahasiswa Islam (LTMI)
  4. Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI)
  5. Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI)
  6. Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam (LAPENMI)[1]
  7. Lembaga Seni Budaya Mahasiswa Islam (LSMI)
  8. Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum Mahasiswa Islam (LKBHMI)
  9. Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam (LPMI)
  10. Lembaga Pariwisata dan Pecinta Alam Mahasiswa Islam (LEPPAMI)

Dalam Perkembangannya Himpunan Mahasiswa Islam kemudian terpecah menjadi dua karena upaya Orde Baru dalam meletakkan asas tunggal pancasila, yang merapat pada kekuasaan Orde Baru disebut HMI Dipo dan HMI MPO yang tetap sesuai asas Islam, tetapi keduanya tetap menyebut sebagai HMI dalam dokumen organisasi.

Daftar Ketua Umum

Nomor urut Ketua Umum Potret Periode Asal cabang Almamater Pemilihan
1   Lafran Pane
 
1948 Yogyakarta Sekolah Tinggi Islam Kongres I (Yogyakarta, 1947)
2 Mohammad Syafa'at Mintaredja   1948 Yogyakarta Universitas Gadjah Mada ditunjuk
3 Achmad Tirtosudiro   1948–1949 Yogyakarta Universitas Gadjah Mada suksesi internal
4 Lukman El Hakim 1950–1951 Yogyakarta Universitas Gadjah Mada suksesi internal
5 Ahmad Dahlan Ranuwihardjo 1951–1953 Yogyakarta Universitas Gadjah Mada Kongres II (Yogyakarta, 1951)
6 Deliar Noer   1953–1955 Jakarta Universitas Nasional Kongres III (Jakarta, 1953)
7 Amir Rajab Batubara 1955–1957 Bandung Institut Teknologi Bandung[19] Kongres IV (Bandung, 1955)
8 Ismail Hasan Metareum
 
1957–1960 Jakarta Universitas Indonesia Kongres V (Medan, 1957)
9 Nursal 1960–1963 Kongres VI (Makassar, 1960)
10 Sulastomo 1963–1966 Jakarta Universitas Indonesia Kongres VII (Jakarta, 1963)
11 Nurcholish Madjid   1966–1969
1969–1971
Ciputat Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Kongres VIII (Surakarta, 1966)
Kongres IX (Malang, 1969)
12 Akbar Tanjung
 
1971–1974 Jakarta Universitas Indonesia Kongres X (Palembang, 1971)
13 Ridwan Saidi
 
1974–1976 Jakarta Universitas Indonesia Kongres XI (Bogor, 1974)
14 Chumaidi Syarif Romas 1976–1978 Yogyakarta Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Kongres XII (Semarang, 1976)
15 Abdullah Hehamahua 1978–1981 Ujungpandang Universitas Hasanuddin Kongres XIII (Ujungpandang, 1979)
16 Ahmad Zacky Siradj 1981–1983 Ciputat Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Kongres XIV (Bandung, 1981)
17 Harry Azhar Azis   1983–1986 Jakarta Akademi Pimpinan Perusahaan Jakarta Kongres XV (Medan, 1983)
18 Muhammad Saleh Khalid 1986–1988 Bogor Institut Pertanian Bogor Kongres XVI (Padang, 1986)
19 Herman Widyananda 1988–1990 Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kongres XVII (Lhokseumawe, 1988)
20 Ferry Mursyidan Baldan   1990–1992 Bandung Universitas Padjajaran Kongres XVIII (Jakarta, 1990)
21 Yahya Zaini 1992–1995 Surabaya Universitas Airlangga Kongres XIX (Pekanbaru, 1992)
22 Taufik Hidayat 1995–1997 Jember Universitas Jember Kongres XX (Surabaya, 1995)
23 Anas Urbaningrum   1997–1999 Surabaya Universitas Airlangga Kongres XXI (Yogyakarta, 1997)
24 Muhammad Fakhruddin 1999–2002 Banda Aceh Universitas Syiah Kuala Kongres XXII (Jambi, 1999)
25 Kholis Malik   2002 - 2003 Yogyakarta Institut Agama Islam Negeri Sunan Kaijaga Yogyakarta Kongres XXIII (Balikpapan) 2002
26 Hasanuddin 2003–2006 Makassar Institut Agama Islam Negeri Alauddin Makassar Kongres XXIV (Jakarta, 2003)
27 Fajar Zulkarnain 2006–2008 Jatinangor Universitas Padjajaran Kongres XV (Makassar, 2006)
28 Arip Mustofa 2008–2010 Bandar Lampung Universitas Lampung Kongres XXVI (Palembang, 2008)
29 Noer Fajrieansyah 2010–2013 Depok Universitas Indonesia Kongres XXVII (Depok, 2010)
30 Arief Rosyid   2013–2015 Makassar Timur Universitas Hasanuddin Kongres XXVIII (Jakarta, 2013)
31 Mulyadi P. Tamsir   2015–2018 Kuala Kapuas Universitas Kapuas Sintang Kongres XXIX (Pekanbaru, 2013)
32 Respiratori Saddam Al Jihad   2018-2020 Jatinangor Universitas Padjajaran Kongres XXX (Ambon, 2019)[20]
33 Arya Kharisma Hardy 2020-2021 Metro Universitas Muhammadiyah Metro Menggantikan R. Saddam yang mengundurkan diri.
34 Raihan Ariatama   2021–2023 Bulaksumur Universitas Gadjah Mada Kongres XXXI (Surabaya, 2021)
35 Bagas Kurniawan 2023–2025 Depok Universitas Indonesia Kongres XXXII (Pontianak, 2023)

Alumni HMI

Alumni HMI adalah anggota HMI yang telah habis atau selesai masa anggotanya.

  1. Nurcholish Madjid / Cak Nur (Tokoh Bangsa)
  2. Jusuf Kalla, (Wakil Presiden RI)
  3. Azyumardi Azra (Mantan Rektor UIN Jakarta)
  4. Komaruddin Hidayat (Mantan Rektor UIN Jakarta)
  5. Alm. Iqbal Abdu Rauf Saimima (Majalah PanjiMas)
  6. Yudi Latif (Intelektual)
  7. Amin Abdullah (Mantan Rektor UIN Jogja)
  8. Kuntowijoyo (alm) (sejarawan UGM)
  9. Muhammad Rizieq Shihab
  10. Taufik Ismail (Budayawan)
  11. Sulastomo
  12. Hamzah Haz (Wapres RI 2001-2004)
  13. Akbar Tanjung (Mantan Ketua DPR RI)
  14. Amien Rais (Mantan Ketua MPR RI)
  15. A. M. Fatwa (DPD RI)
  16. Fahmi Idris (Mantan Menteri Perindutrian)
  17. Mar'ie Muhammad (Mantan Menteri Keuangan)
  18. Mahfud MD, (Mantan Ketua MK 2008-2013)
  19. Anies Baswedan, (Mantan Gubernur DKI Jakarta 2017-2022)
  20. Anas Urbaningrum
  21. Karni Ilyas,
  22. Teguh Juwarno,
  23. Abraham Samad & Abdullah Hehamahua & Busyro Muqqodas, Bambang Widjoyanto, Adnan Pandu Praja, Chandra M Hamzah (KPK),
  24. Harry Azhar Azis (Ketua BPK),
  25. Ade Komarudin (Ketua DPR RI 2016-2019)
  26. Zulkifli Hasan (Mantan Menteri Kehutanan dan Ketua MPR 2014-2019)
  27. Bagir Manan (Mantan Ketua MA)
  28. Anwar Nasution (mantan Gubernur BI),
  29. Syafii Maarif (Mantan ketua Muhammadiyah),
  30. Ridwan Saidi (budayawan)
  31. Yusril Ihza Mahendra
  32. Adhiyaksa Daud
  33. Hidayat Nur Wahid (Ketua MPR RI 2004-2009)
  34. Didin Hafinuddin,
  35. Musni Umar (Pengamat Sosial Politik)
  36. Jimly Ashiddiqie (Mantan Ketua MK)
  37. Hamdan Zoelva (Mantan Ketua MK)
  38. Artijo Alkostar (MA)
  39. Irman Gusman (ketua DPD RI 2009-2014, 2014-2019)
  40. Rina Valinka, Ferry Rizkia, Sigit Pamungkas, Husni Kamil Manik (KPU RI)
  41. Muhammad (Bawaslu RI)
  42. Yuddi Chrisnandi (Menpan RB 2014-2019)
  43. Ferry Mursyidan Baldan (Menteri Agraria dan Tata Ruang RI 2014-2016)
  44. Amran Sulaiman (Menteri Pertanian 2014-2019)
  45. M. Nasir (Menteri Ristek dikti 2014-2019)
  46. Rudiantara (Menkominfo 2014-2019)
  47. Sudirman Said
  48. Andrinof Chaniago (Mantan kepala BAPPENAS)
  49. Sofyan Djalil (Menko Perekonomian)
  50. Siti Nurbaya (Menteri LH 2014-2019)
  51. M.S Kaban (Menteri Kehutanan 2004-2009)
  52. Saleh Husin (Menteri Perindustrian 2014-2019)
  53. Muhammad Nuh (Mendikbud 2009-2014)
  54. Bambang Sudibyo (Mendikbud 2004-2009)
  55. A Malik Fajar (Mendikbud 2001-2004)
  56. Hatta Rajasa (Menko Perekonomian 2009-2014)
  57. Bursah Zarnubi (Mantan Ketua Umum PBR)
  58. Ryas Rasyid (Menteri Negara Otonomi Daerah 1999-2000)
  59. Abu Bakar Ba'asyir
  60. Sutrisno Bachir
  61. dr.Taruna Ikrar (Ilmuwan di USA/Pakar Otak)
  62. Mukti Ali
  63. Burhanuddin Muhtadi
  64. Kak Seto (Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak)
  65. Dedi Mulyadi (Bupati Purwakarta)
  66. Sigit Pamungkas Komisioner KPU RI 2012-2017
  67. Muhammad Hafiz (Pengusaha Pempek Raihan Palembang)
  68. Muhammad Sholikhin
  69. Bahlil Lahadalia (Menteri ESDM)
  70. Panji Gumilang

Anggota DPR-RI

Alumni HMI dari PDIP:

  1. Erwin Muslimin Singajuru (Sumatera Selatan II),
  2. Henri Yosodiningrat (Lampung II),
  3. Jalaluddin Rakhmat (Jawa Barat II),
  4. Mohamad Prakosa (Jawa Tengah IX),
  5. Idham Samawi (Daerah Istimewa Yogyakarta),
  6. Hamka Haq (Jawa Timur II),
  7. Nasyirul Falah Amru (Jawa Timur X),
  8. Pramono Anung Wibowo(Jawa Timur VI)
  9. Nurmansyah E Tanjung (Jawa Barat V)

Alumni HMI dari Partai Golkar:

  1. Rambe Kamaruzzaman (Sumatera Utara II),
  2. Kahar Muzakir (Sumatera Selatan I),
  3. Azhar Romli (Bangka Belitung),
  4. Deding Ishaq (Jawa Barat III),
  5. Eka Sastra (Jawa Barat III),
  6. Ichsan Firdaus (Jawa Barat V),
  7. Ade Komarudin (Jawa Barat VII),
  8. Agun Gunanjar Sudarsa (Jawa Barat X),
  9. Ahmad Zacky Siradj (Jawa Barat XI),
  10. Endang Maria Astuti (Jawa Tengah IV),
  11. Iqbal Wibisono (Jawa Tengah VI),
  12. Bambang Soesatyo (Jawa Tengah VII),
  13. Ridwan Hisjam (Jawa Timur V),
  14. Sarmuji (Jawa Timur VI),
  15. Zainudin Amali (Jawa Timur XI),
  16. Zulfikar Arse Sadikin (Jawa Timur III),
  17. Yayat Y. Biaro (Banten II),
  18. Aditya Anugerah Moha (Sulawesi Utara),
  19. Mohammad Said (Sulawesi Tengah),
  20. Syamsul Bachri (Sulawesi Selatan II),
  21. Andi Fauziah Pujiwatie (Sulawesi Selatan III)
  22. Saiful Bahri Ruray (Maluku Utara).
  23. Fadel Muhammad (Gorontalo)
  24. Zulfadhli (Kalimantan Barat)

Alumni HMI dari Partai HANURA:

  1. Fauzih Amro (Sumatera Selatan I),
  2. M. Farid Alfauzi (Jawa Timur XI)
  3. Syarifuddin Suding (Sulawesi Tengah)
  4. Saleh Husin (NTT II)

Alumni HMI dari PAN:

  1. Alim Abdullah (Lampung II),
  2. Mohammad Ichlas El Qudsi (Michel) (Sumbar 1)
  3. M. Fanshurullah Asa (Dapil Kalbar)
  4. Teguh Juwarno (Jawa Tengah IX),
  5. Totok Daryanto (Jawa Timur V),
  6. Sukiman (Kalbar)
  7. Viva Yoga Mauladi (Jawa Timur X)
  8. M. Yamin Tawary (Maluku Utara)
  9. Zulkifli Hasan (Lampung I)

Alumni HMI dari NASDEM:

  1. Zulvan Lindan (Nangroe Aceh Darussalam II)
  2. Taufiqulhadi (Jawa Timur IV)
  3. Akbar Faizal (Sulawesi Selatan II)
  4. Ahmad M. Ali (Sulawesi Tengah)

Alumni HMI dari Demokrat:

  1. Saan Mustopa (Jawa Barat VII)
  2. Nurhayati Ali Assegaf (Jawa Timur V)
  3. Wahidin Halim (Banten III)
  4. Syariefuddin Hasan (Jawa Barat III)

Alumni HMI dari PKB:

  1. Handayani (Jambi)

Alumni HMI dari PPP:

  1. Irgan Chairul Mahfiz (Banten III)
  2. Mohammad Arwani Thomafi (Jawa Tengah III)
  3. Reni Marlinawati (Jawa Barat IV)
  4. Arsul Sani (Jawa Tengah X)
  5. Marta Sulistiyaningsih (Jawa Barat VIII)

Alumni HMI dari Gerindra:

  1. Desmond Junaidi Mahesa (Banten II)
  2. Darori (Jawa Tengah VII)
  3. Supratman Andi Agtas (Sulawesi Tengah)

Alumni HMI dari PKS:

  1. Tamsil Linrung (Sulawesi Selatan I)
  2. Hermanto (Sumatera Barat I)
  3. Hidayat Nur Wahid (DKI Jakarta II)
  4. Soemandjaja (Jawa Barat V)

Referensi

  1. ^ a b c d Sitompul, Agussalim, 1995, Historiografi Himpunan Mahasiswa Islam Tahun 1947–1993, Intermasa, Jakarta
  2. ^ Wekka. "Mindamas". 
  3. ^ Sitompul, Agussalim, 1997, Citra HMI, Aditya Media, Yogyakarta
  4. ^ Tanja,Victor, 1991, Himpunan Mahasiswa Islam; Sejarah dan Kedudukannya di Tengah - Tengah Gerakan - Gerakan Muslim Pembaharu Di Indonesia
  5. ^ Al Mandari, Syafinudin, 2003, Demi Cita-cita HMI, Catatan Ringkas Perlawanan Kader dan Alumni HMI terhadap Rezim Orde Baru, Karya Multi Sarana, Jakarta
  6. ^ a b c d Drs. Agus Salim Sitompul, Sejarah Perjuangan HMI(1974-1975), Bina Ilmu
  7. ^ Prof. DR. Deliar Noer, Partai Islam Dipentas Nasional, Graffiti Pers, 1984
  8. ^ Sulastomo, Hari-hari Yang Panjang, PT. Gunung Agung, 1988
  9. ^ M. Rusli Karim, HMI MPO Dalam Pergulatan Politik di Indonesia, Mizan, 1997
  10. ^ Moksen ldris Sirfefa et. Al (ed), Mencipta dan Mengabdi, PB HMI, 1997
  11. ^ Ramli H.HM Yusuf (ed), Lima Puluh Tahun HMI mengabdi Republik, LASPI, 1997
  12. ^ Solichin, HMI: Kawah Candradimuka Mahasiswa, Sinergi Persadatama Foundation, 2013
  13. ^ Wahid, Abdul. Counterrevolution in a Revolutionary Campus: How Did the “1965 Event” Affect an Indonesian Public University?
  14. ^ Tempo Magazine. Karung Latihan itu Diisi Orang
  15. ^ a b c d e f g h Sitompul, Prof.Dr.H.Agussalim (1997). Pemikiran HMI Dan Relevansinya Dengan Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia. Yogyakarta: Aditya Media. ISBN 979-539-082-1. 
  16. ^ a b Anwar, Syafi'i (1995). Pemikiran Dan Aksi Islam Di Indonesia: Sebuah Kajian Politik Mengenai Cendikiawan Muslim Orde Baru. Jakarta: Paramadina. ISBN 979-8321-07-3.  line feed character di |title= pada posisi 71 (bantuan)
  17. ^ a b Efendy, Bahtiar (1998). Islam dan Negara:Transformasi Pemikiran dan Praktik Politik Islam di Indonesia. Jakarta. ISBN 979-8321-29-4. 
  18. ^ Zakaria, Rusydy (2012). Membingkai Perkaderan Intelektual Setengah Abad HMI Cabang Ciputat. Jakarta: Ciputat HMI Cabang Ciputat Presidum KAHMI Ciputat dan The Fatwa Center. ISBN 9786028033435. 
  19. ^ "Profile BPRS AlSalaam". Bank Syariah AlSalaam. Diakses tanggal 2024-10-17. 
  20. ^ Abas, Muslimin. "Saddam Al Jihad Terpilih Jadi Ketum PB HMI 2018-2022". detiknews. Diakses tanggal 2024-12-03. 

Pranala luar