Kabupaten Gunungkidul

kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia
(Dialihkan dari Gunungkidul)

Kabupaten Gunungkidul (bahasa Jawa: ꧋ ꦒꦸꦤꦸꦁꦏꦶꦢꦸꦭ꧀ ꧉) adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kapanewon Wonosari. Nama kabupaten ini berasal dari Bahasa Jawa, yaitu "Gunungkidul" (bahasa Indonesia: gunung di selatan), yang wilayahnya terletak di jajaran Pegunungan Sewu, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kabupaten Gunungkidul
Gunung Kidul
Transkripsi bahasa daerah
 • Hanacarakaꦒꦸꦤꦸꦁꦏꦶꦢꦸꦭ꧀
Kawasan Pantai Ngobaran
Gondala Pantai Timang
Gua Song Gilap
Lambang resmi Kabupaten Gunungkidul
Julukan: 
  • Gaplek
  • Tiwul
  • Bumi Handayani
  • Yogyakarta Lantai Dua
Motto: 
Dhaksinarga Bhumikarta
(Jawa Kuno) Pegunungan Selatan (Gunungkidul) yang subur makmur negerinya
Peta
Peta
Kabupaten Gunungkidul di Jawa
Kabupaten Gunungkidul
Kabupaten Gunungkidul
Peta
Kabupaten Gunungkidul di Indonesia
Kabupaten Gunungkidul
Kabupaten Gunungkidul
Kabupaten Gunungkidul (Indonesia)
Koordinat: 7°58′00″S 110°36′09″E / 7.96668°S 110.602561°E / -7.96668; 110.602561
Negara Indonesia
ProvinsiDaerah Istimewa Yogyakarta
Dasar hukumUU 15 Tahun 1950, PP No 32 tahun 1950
Hari jadi27 Mei 1831 (umur 193)
Ibu kotaWonosari
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kapanewon: 18
  • Kalurahan: 144
Pemerintahan
 • BupatiH. Sunaryanta
 • Wakil BupatiHeri Susanto
 • Sekretaris DaerahDrajad Nuswatoro
 • Ketua DPRDEndah Subekti Kuntariningsih
Luas
 • Total1.485,36 km2 (573,50 sq mi)
Populasi
 (30 Juni 2024)[1]
 • Total776.584
 • Kepadatan520/km2 (1,400/sq mi)
Demografi
 • Agama
  • 96,52% Islam
  • 0,12% Hindu
  • 0,05% Buddha
  • 0,03% Kepercayaan[1][2]
 • BahasaIndonesia, Jawa.
 • IPMKenaikan 70,16 (2021)
tinggi[3]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode pos
Kode BPS
3403 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon+62 274
Pelat kendaraanAB
Kode Kemendagri34.03 Edit nilai pada Wikidata
DAURp 965.080.463.000,00- (2019) [4]
Semboyan daerahGunungkidul HANDAYANI
(Hijau, Aman, Normatif, Dinamis, Amal, Yakin, Asah Asih Asuh, Nilai Tambah, Indah)
Flora resmiNangka[5]
Fauna resmiLebah madu[5]
Situs webwww.gunungkidulkab.go.id

Dengan luas sekitar sepertiga dari luas daerah induknya, kepadatan penduduk di kabupaten ini relatif rendah daripada kabupaten-kabupaten yang lainnya. Populasi Gunungkidul pada tahun 2021 berjumlah 758.168 jiwa, laki-laki 374.558 jiwa dan perempuan 383.610 jiwa. Dan pada pertengahan 2024, jumlah penduduk Gunungkidul sebanyak 776.584 jiwa.[1]

Kabupaten ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah di sebelah utara dan sebelah timur, Samudra Hindia di sebelah selatan, serta Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman di sebelah barat. Kabupaten Gunungkidul memiliki 18 kapanewon.[1] Sebagian besar wilayah kabupaten ini berupa perbukitan dan pegunungan kapur, yakni bagian dari Pegunungan Sewu. Gunungkidul dikenal sebagai daerah tandus dan sering mengalami kekeringan di musim kemarau, akan tetapi menyimpan kekhasan sejarah yang unik, selain potensi pariwisata, budaya, maupun kulinernya.

Makanan ringan dan makanan tradisional dari Gunungkidul termasuk "Gathot" dan "Thiwul". Mereka terbuat dari Singkong Fermentasi dan Singkong Kering.

Pesisir selatan Gunungkidul memiliki beberapa pantai yaitu Baron, Kukup, Krakal, Drini, Sepanjang, Sundak, Siung, Wediombo, Jungwok, Greweng, Sedahan dan Sadeng. Beberapa pantai ini menyediakan ikan segar dan hasil laut lainnya yang dipasok oleh nelayan setempat. Yang paling terkenal adalah Pantai Baron. Ada sebuah taman di sebelah pantai yang dikelilingi oleh restoran seafood dan hostel. Ada pasar ikan segar di sisi timur pantai. Di sisi barat, sungai mengalir keluar dari gua yang hampir setinggi laut di sisi punggungan barat. Pantainya sendiri berwarna khaki dan terbentang dengan perahu nelayan tradisional. Di samping pantai utama, terdapat satu kilometer pantai pasir putih yang terletak di balik punggungan timurnya. Itu bisa dicapai dengan sedikit pendakian.

Geografi

sunting

Sesuai namanya, Kabupaten Gunungkidul didominasi oleh pegunungan yang merupakan bagian barat dari Pegunungan Sewu atau Pegunungan Kapur Selatan (dari nama alias inilah, penamaan "Gunungkidul" diturunkan), yang membentang di Pulau Jawa bagian selatan mulai dari kawasan tersebut ke arah timur hingga Kabupaten Tulungagung.

Pegunungan Sewu terbentuk dari batu gamping, menandakan bahwa pada masa lalu merupakan dasar laut. Temuan-temuan fosil hewan laut purba mendukung anggapan ini. Kawasan ini mulai menjadi daratan akibat pengangkatan-pengangkatan tektonik dan vulkanik sejak Kala Miosen[6]

Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibu kotanya di Kapanewon Wonosari. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul 1.485,36 km2 atau sekitar 46,63 % dari luas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Kapanewon Wonosari terletak di sebelah tenggara Kota Yogyakarta (Ibu kota Daerah Istimewa Yogyakarta), dengan jarak ± 39 km. Wilayah Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 18 Kapanewon dan 144 desa.

Batas wilayah

sunting

Batas wilayah kabupaten Gunungkidul antara lain;

Utara Kabupaten Sleman dan Provinsi Jawa Tengah
Timur Provinsi Jawa Tengah
Selatan Samudra Hindia
Barat Kabupaten Bantul

Topografi

sunting

Berdasarkan kondisi topografi Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 3 (tiga) zona pengembangan, yaitu:

Klimatologi

sunting

Wilayah Kabupaten Gunungkidul termasuk daerah beriklim monsun tropis (Am), dengan topografi wilayah yang didominasi dengan daerah kawasan perbukitan karst. Wilayah selatan didominasi oleh kawasan perbukitan karst yang banyak terdapat goa-goa alam dan juga sungai bawah tanah yang mengalir. Dengan kondisi tersebut menyebabkan kondisi lahan di kawasan selatan kurang subur yang berakibat budidaya pertanian di kawasan ini kurang optimal.

Kondisi klimatologi Kabupaten Gunungkidul secara umum menunjukkan kondisi sebagai berikut:

  • Curah hujan rata-rata pada Tahun 2010 sebesar 1.954,43 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 130 hari per tahun. Bulan basah 7 bulan, sedangkan bulan kering berkisar 5 bulan. Wilayah Kabupaten Gunungkidul sebelah utara merupakan wilayah yang memiliki curah hujan paling tinggi dibanding wilayah tengah dan selatan. Wilayah Gunungkidul wilayah selatan mempunyai awal hujan paling akhir.
  • Suhu udara rata-rata harian 27,7 °C, suhu minimum 23,2 °C dan suhu maksimum 32,4 °C.
  • Kelembaban nisbi berkisar antara 80 %–85 %, tidak terlalu dipengaruhi oleh tinggi tempat, tetapi lebih dipengaruhi oleh musim.
Data iklim Gunungkidul, DIY, Indonesia
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rata-rata tertinggi °C (°F) 31.2
(88.2)
32.5
(90.5)
33.7
(92.7)
32.6
(90.7)
31.4
(88.5)
30.5
(86.9)
31.3
(88.3)
32.1
(89.8)
33.4
(92.1)
34.5
(94.1)
33.1
(91.6)
32.6
(90.7)
32.41
(90.34)
Rata-rata harian °C (°F) 27.7
(81.9)
27.9
(82.2)
28
(82)
27.5
(81.5)
27.2
(81)
26.6
(79.9)
26.8
(80.2)
27.7
(81.9)
28.1
(82.6)
29.5
(85.1)
28.2
(82.8)
27.9
(82.2)
27.76
(81.94)
Rata-rata terendah °C (°F) 23.3
(73.9)
23.3
(73.9)
24.3
(75.7)
23.4
(74.1)
22.2
(72)
21.9
(71.4)
21.1
(70)
22.1
(71.8)
23.2
(73.8)
24.4
(75.9)
25.3
(77.5)
24.2
(75.6)
23.23
(73.8)
Presipitasi mm (inci) 358
(14.09)
348
(13.7)
314
(12.36)
202
(7.95)
88
(3.46)
52
(2.05)
27
(1.06)
15
(0.59)
33
(1.3)
104
(4.09)
262
(10.31)
340
(13.39)
2.143
(84,35)
Rata-rata hari hujan 21 20 18 14 8 5 2 1 3 9 16 19 136
% kelembapan 85 83 82 81 80 79 78 77 78 79 81 83 80.5
Rata-rata sinar matahari harian 5.6 5.9 6.1 7.1 7.4 7.6 8.2 8.1 7.5 7.4 6.5 6.1 6.96
Sumber #1: Climate-Data.org[7] & BMKG[8]
Sumber #2: Weatherbase[9]

Sejarah

sunting

Prasejarah

sunting

Dari temuan-temuan arkeologi, kawasan Gunungkidul diperkirakan telah dihuni oleh manusia (Homo sapiens) sejak 700 ribu tahun lalu.[10] Banyak ditemukan petunjuk keberadaan manusia yang ditemukan di gua-gua & ceruk-ceruk di perbukitan karst Gunungkidul, terutama di Kapanewon Ponjong. Kecenderungan manusia menempati Gunungkidul saat itu disebabkan sebagian besar dataran rendah di Yogyakarta masih digenangi air.[11] Kedatangan manusia pertama di Gunungkidul terjadi pada akhir periode Pleistosen. Saat itu, manusia Ras Australoid bermigrasi dari Pegunungan Sewu di Pacitan, Jawa Timur melewati lembah-lembah karst Wonogiri, Jawa Tengah hingga akhirnya mencapai pesisir pantai selatan Gunungkidul melalui jalur Bengawan Solo purba.[12]

Dari sekitar 460 gua karst di Gunungkidul, hampir setengahnya menjadi hunian manusia purba. Dari 72 gua horizontal di ujung utara Gunung Sewu, tepatnya di Kapanewon Ponjong yang terapit Ledok Wonosari di barat dan Ledok Baturetno di timur, 14 goa di antaranya merupakan bekas hunian manusia purba, dan dua di antaranya sudah diekskavasi yaitu Song Bentar dan Song Blendrong.[12] Di ceruk Song Bentar yang pernah menjadi hunian Homo sapiens ditemukan delapan individu yang terdiri dari: 5 dewasa, 2 anak-anak, dan 1 bayi juga ditemukan alat-alat batu seperti batu giling, beliung persegi, dan mata panah. Sementara di Song Blendrong ditemukan banyak tulang, peralatan batu, tanduk, dan serut kerang yang berserakan di lantai ceruk.[11]

Selain itu, di Goa Seropan di Kapanewon Semanu juga ditemukan bukti keberadaan manusia purba. Di lorong lama gua itu banyak ditemukan cetakan tulang purba di dinding-dinding lorong. Sementara di lorong baru, yang berada pada kedalaman 60 m, dan baru muncul setelah terjadinya banjir di sungai bawah tanah tahun 2008, ditemukan potongan tulang kaki, gigi, dan rusuk mamalia.[11]

Berdirinya Kabupaten

sunting

Pada waktu Gunungkidul masih merupakan hutan belantara, terdapat suatu desa yang dihuni beberapa orang pelarian dari Majapahit. Desa tersebut adalah Pongangan, yang dipimpin oleh R. Dewa Katong saudara raja Brawijaya. Setelah R. Dewa Katong pindah ke Desa Katongan 10 km utara Pongangan, puteranya yang bernama R. Suromejo membangun Desa Pongangan, sehingga semakin lama semakin ramai.

Perkembangan penduduk di daerah Gunungkidul itu didengar oleh raja Mataram Sunan Amangkurat Amral yang berkedudukan di Kartosuro. Kemudian ia mengutus Senopati Ki Tumenggung Prawiropekso agar membuktikan kebenaran berita tersebut. Setelah dinyatakan kebenarannya, Tumenggung Prawiropekso menasihati R. Suromejo agar meminta izin pada raja Mataram, karena daerah tersebut masuk dalam wilayah kekuasaannya.

R. Suromejo tidak mau dan akhirnya terjadilah peperangan yang mengakibatkan dia tewas. Begitu juga 2 anak dan menantunya. Ki Pontjodirjo yang merupakan anak R Suromejo akhirnya menyerahkan diri. Kemudian oleh Pangeran Sambernyowo diangkat menjadi Bupati Gunungkidul I. Namun Bupati Mas Tumenggung Pontjodirjo tidak lama menjabat karena adanya penentuan batas-batas daerah Gunungkidul antara Sultan dan Mangkunegaran II pada tanggal 13 Mei 1831. Daerah Gunungkidul (selain Ngawen sebagai daerah enclave Mangkunegaran) menjadi kabupaten di bawah kekuasaan Kasultanan Yogyakarta.

Mas Tumenggung Pontjodirjo digantikan oleh Mas Tumenggung Prawirosetiko (R. Tumenggung Prawirosetiko), yang mengalihkan kedudukan kota kabupaten dari Kapanewon Ponjong ke Kapanewon Wonosari (Kota Wonosari).

Menurut Mr. R.M Suryodiningrat dalam bukunya ”Peprentahan Praja Kejawen” yang dikuatkan buku de Vorstenlanden terbitan 1931 tulisan G.P. Rouffaer, dan pendapat B.M.Mr. A.K. Pringgodigdo dalam bukunya Onstaan En Groei van het Mangkoenegorosche Rijk, berdirinya Gunungkidul (daerah administrasi) tahun 1831 setahun seusai Perang Diponegoro, bersamaan dengan terbentuknya kabupaten lain di Yogyakarta. Disebutkan bahwa Goenoengkidoel, wewengkon pareden wetan lepen opak. Poeniko siti maosan dalem sami kaliyan Montjanagari ing zaman kino, dados bawah ipun Pepatih Dalem. Ing tahoen 1831 Nagoragung sarta Mantjanagari-nipoen Ngajogjakarta sampoen dipoen perang-perang, Mataram dados 3 wewengkon, dene Pangagengipoen wewengkon satoenggal-satoenggalipoen dipoen wastani Boepati Wadono Distrik kaparingan sesebatan Toemenggoeng, inggih poeniko Sleman (Roemijin Denggoeng), Kalasan sarta Bantoel. Siti maosan dalem ing Pengasih dipoen koewaosi dening Boepati Wedono Distrik Pamadjegan Dalem. Makanten oegi ing Sentolo wonten pengageng distrik ingkang kaparingan sesebatan Riya. Goenoengkidoel ingkang nyepeng siti maosan dalem sesebatan nipoen Riya.

Dan oleh upaya yang dilakukan panitia untuk melacak Hari Jadi Kabupaten Gunungkidul tahun 1984 baik yang terungkap melalui fakta sejarah, penelitian, pengumpulan data dari tokoh masyarakat, pakar serta daftar kepustakaan yang ada, akhirnya ditetapkan bahwa Kabupaten Gunungkidul dengan Wonosari sebagai pusat pemerintahan lahir pada hari Jumat Legi tanggal 27 Mei 1831 atau 15 Besar Je 1758 dan dikuatkan dengan Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Gunungkidul No: 70/188.45/6/1985 tentang Penetapan hari, tanggal bulan dan tahun Hari Jadi Kabupaten Gunungkidul yang ditandatangani oleh bupati saat itu Drs. K.R.T. Sosro Hadiningrat tanggal 14 Juni 1985.

Sedangkan secara yuridis, status Kabupaten Gunungkidul sebagai salah satu daerah kabupaten yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta dan berkedudukan di Wonosari sebagai ibu kota kabupaten, ditetapkan pada tanggal 15 Agustus 1950 dengan UU no 15 Tahun 1950 jo Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1950 pada saat Gunungkidul dipimpin oleh K.R.T. Labaningrat.

Pusaka

sunting

Pusaka Tombak Kyai Marga Salurung merupakan pusaka pemberian dari Raja Yogyakarta, Hamengkubuwono X pada Minggu 27 Mei 2001, saat Perayakan Hari Jadi ke-170 Kabupaten Gunungkidul. Tombak pusaka yang memiliki dhapur baru cekel, warangka kajeng sanakeling melambangkan agar Pemerintah Kabupaten Gunungkidul tetap memiliki tekad utama untuk mencapai cita-cita luhur yang berakar kuat dan selalu berpihak kepada rakyat. Para pemimpin dan rakyatnya memiliki sikap salurung atau searah setujuan atau seiya sekata.

(saiyeg saeka kapti) ini memiliki arti kerukunan, persaudaraan, dan gotong royong atau dalam koridor demokrasi yang berarti berat sama dipikul, ringan sama dijinjing, yang sadar haknya, tetapi juga menghormati hak orang lain dan tahu pasti kewajibannya.

  • Tombak Kyai Panjolo Panjul
  • Songsong (Payung) Kyai Robyong

Pemerintahan

sunting

Kepala daerah

sunting
No. Bupati Awal Akhir Wakil Bupati
27   Sunaryanta 26 Februari 2021 Petahana   Heri Susanto

Dewan Perwakilan

sunting

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Gunungkidul dalam empat periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2009–2014[13] 2014–2019[14] 2019–2024[15] 2024–2029
PKB 3   3   4   6
Gerindra (baru) 2   6   4   5
PDI-P 11   11   10   8
Golkar 5   6   5   6
NasDem (baru) 2   9   8
PKS 4   5   4   5
Hanura (baru) 0   1   0   0
PAN 9   7   6   5
PBB 1   0   0   0
Demokrat 5   4   3   2
PPP 1   0   0   0
PDP (baru) 1
PKPB 2
PPRN (baru) 1
Jumlah Anggota 45   45   45   45
Jumlah Partai 12   9   8   8

Kapanewon

sunting

Kabupaten Gunungkidul memiliki 18 kapanewon dan 144 kalurahan. Pada tahun 2017, jumlah penduduk mencapai 755.977 jiwa yang tersebar di wilayah seluas 1.431,42 km² dengan tingkat kepadatan penduduk 528 jiwa/km².[16][17]

Daftar kapanewon dan kalurahan di Kabupaten Gunungkidul, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kapanewon Hanacaraka Jumlah
Kalurahan
Kodepos[18] Status Daftar
Kalurahan
34.03.14 Gedangsari ꦒꦼꦝꦁꦱꦫꦶ 7 55855 Kalurahan
34.03.16 Girisubo ꦒꦶꦫꦶꦱꦸꦧꦺꦴ 8 55884 Kalurahan
34.03.09 Karangmojo ꦏꦫꦁꦩꦺꦴꦗꦺꦴ 9 55891 Kalurahan
34.03.13 Ngawen ꦔꦮꦺꦤ꧀ 6 55853 Kalurahan
34.03.02 Nglipar ꦔ꧀ꦭꦶꦥꦂ 7 55852 Kalurahan
34.03.05 Paliyan ꦥꦭꦶꦪꦤ꧀ 7 55871 Kalurahan
34.03.06 Panggang ꦥꦁꦒꦁ 6 55872 Kalurahan
34.03.04 Patuk ꦥꦛꦸꦏ꧀ 11 55862 Kalurahan
34.03.03 Playen ꦥ꧀ꦭꦪꦼꦤ꧀ 13 55861 Kalurahan
34.03.10 Ponjong ꦥꦺꦴꦤ꧀ꦗꦺꦴꦁ 11 55892 Kalurahan
34.03.18 Purwosari ꦥꦸꦂꦮꦺꦴꦱꦫꦶ 5 55873 Kalurahan
34.03.11 Rongkop ꦫꦺꦴꦁꦏꦺꦴꦥ꧀ 8 55883 Kalurahan
34.03.15 Saptosari ꦱꦥ꧀ꦠꦺꦴꦱꦫꦶ 7 55874 Kalurahan
34.03.08 Semanu ꦱꦼꦩꦤꦸ 5 55893 Kalurahan
34.03.12 Semin ꦱꦼꦩꦶꦤ꧀ 10 55854 Kalurahan
34.03.17 Tanjungsari ꦠꦤ꧀ꦗꦸꦁꦱꦫꦶ 5 55882 Kalurahan
34.03.07 Tepus ꦠꦼꦥꦸꦱ꧀ 5 55881 Kalurahan
34.03.01 Wonosari ꦮꦤꦱꦫꦶ 14 55811-55819 Kalurahan
TOTAL 144


Ekonomi

sunting

Kabupaten Gunungkidul mempunyai beragam potensi perekonomian mulai dari pertanian, Perkebunan, perikanan dan peternakan, hutan, flora dan fauna, industri, tambang serta potensi pariwisata. Pertanian yang dimiliki Kabupaten Gunungkidul sebagian besar adalah lahan kering tadah hujan (± 90 %) yang tergantung pada daur iklim khususnya curah hujan. Lahan sawah beririgasi relatif sempit dan sebagian besar sawah tadah hujan. Sumberdaya alam tambang yang termasuk golongan C berupa : batu kapur, batu apung, kalsit, zeolit, bentonit, tras, kaolin dan pasir kuarsa. Kabupaten Gunungkidul juga mempunyai panjang pantai yang cukup luas terletak di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, membentang sepanjang sekitar 65 Km dari Kapanewon Purwosari sampai Kapanewon Girisubo. Potensi hasil laut dan wisata sangat besar dan terbuka untuk dikembangkan.Potensi lainnya adalah industri kerajinan, makanan, pengolahan hasil pertanian yang semuanya sangat potensial untuk dikembangkan.

Kebudayaan

sunting

Bentuk wilayah atau fisografi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola kehidupan sosial budaya pada masyarakat. Unsur sosial budaya merupakan salah satu instrumen penting dalam pembangunan, hal ini terkait perencanaan, sasaran, dan capaian target kinerja pembangunan. Karakteristik sosial budaya masyarakat Gunungkidul adalah masyarakat tradisional yang masih memegang teguh budaya luhur warisan nenek moyang. Sehingga dalam melaksanakan pembangunan, pemerintah berupaya untuk mengadopsi karakteristik sosial budaya agar dapat berimprovisasi dengan kultur masyarakat yang ada. Masyarakat Kabupaten Gunungkidul secara umum menggunakan bahasa lokal (bahasa jawa) dalam berkomunikasi, sementara bahasa nasional (bahasa Indonesia) secara resmi dipakai dalam lingkungan formal (kantor, pendidikan, fasilitas umum, dan lain-lain).

Organisasi kesenian sebagai budaya yang terus dipupuk dan dilestarikan oleh masyarakat berjumlah 1.878 organisasi, dengan tokoh pemangku adat berjumlah 144 orang. Sementara itu desa budaya yang dikembangkan oleh pemerintah untuk menunjang kesejahteraan masyarakat sebanyak 10 desa budaya, cagar budaya yang dimiliki sebanyak 5 buah serta benda cagar budaya sejumlah 692 buah yang tersebar di wilayah Kabupaten Gunungkidul.

Bahasa

sunting

Menurut Badan Bahasa, bahasa Jawa dialek Yogya-Solo merupakan bahasa daerah yang dituturkan mayoritas penduduk Kabupaten Gunungkidul.[19] Menurut Statistik Kebahasaan 2019, bahasa ini menjadi satu-satunya bahasa daerah asli Kabupaten Gunungkidul.[20] Bahasa resmi instansi pemerintahan di Kabupaten Gunungkidul adalah bahasa Indonesia.

Transportasi

sunting

Kabupaten Gunungkidul yang merupakan jalur lintas selatan jawa yang menghubungkan dari Cilacap sampai Wonogiri, serta dari Kota Yogyakarta via Kabupaten Bantul.

Angkutan Antar Kota

sunting

Terminal Wonosari Merupakan Terminal Terbesar Di Gunungkidul, Bus AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) Tujuan Jabodetabek mangkal di Wonosari ini. Berikut adalah operator Bus Tujuan Wonosari:

  • Maju Lancar
  • Santoso
  • Putera Mulya
  • dan masih banyak lagi

Selain itu, terdapat pula bus AKAP yang memiliki tujuan daerah lain di Gunungkidul seperti di Semin yang dilayani oleh P.O. (Perusahaan Otobus) Rosalia Indah.

Angkutan udara

sunting

Landasan Udara Gading merupakan lanud yang ada di Gunungkidul, yang digunakan untuk keperluan Militer.

Pariwisata

sunting

Wisata Pantai

sunting
 
Pantai Seruni
 
Pantai Gesing

Gunungkidul memiliki puluhan pantai indah nan eksotis di pesisir selatan. Tak kurang dari lima puluhan pantai berjajar dari ujung timur hingga ujung barat. Beberapa pantai dan tebing atau bukit pantai yang menjadi tujuan wisata utama antara lain:

1). Desa Balong: Air Terjun Banyutibo, Tebing Telak Boyo, Bukit Pengilon, Pantai Watu Lumbung, Pantai Brangkal, dan Pantai Nampu.

2). Desa Jepitu: Pantai Wedhiombo, Dander Wedhiombo, Tebing Grendan, Pantai Jungwok, Pantai Greweng, Pulau Gelatik, Pantai Sedahan, Pantai Dadapan, Tanjung Ndadapan, dan Mahbang Fishing Zone.

3). Desa Thileng: Tebing Tutup.

4). Desa Pucung: Tebing Ngungap, Pantai Srakung, dan Tebing Menyer Fishing Zone.

5). Desa Songbanyu: TPI Sadeng, Pantai Baronan, Pantai Brumbun, Pantai Mbongosan, dan Pantai Krokoh.

  • Kapanewon Tepus: Air Watunene, Watu Lawang, Busung, Jagang Kulon, Jogan, Klumpit, Lambor, Sundak, Ngetun, Ngondo, Nguluran, Ngungap, Pakundon, Sawahan, Siung, Ngandong, Seruni, Songlibeng, Watutogok, Weru, Timang, Muncar, Slili, Pantai Pulang Sawal/Indrayanti, Kelosirat, PokTunggal
  • Kapanewon Tanjungsari: Pantai Baron, Pantai Kukup, Pantai Krakal, Drini, Parangracuk, Sepanjang, Sarangan, Pantai Watukodok, Pantai Sanglen, Pantai Mesra
  • Kapanewon Panggang: Gesing, Grigak, Karangtelu, Kesirat, Nampu, Ngunggah
  • Kapanewon Saptosari: Butuh, Langkap, Ngobaran, Ngrenehan, Nguyahan, Turohudan
  • Kapanewon Purwosari: Klampok, Parangendog, Watugupit–Purwosari

Wisata Budaya

sunting
  • Pesanggrahan Gembirowati bangunan dari abad XVI seluas 13.200m2 diketinggian 138mdpl di Kalurahan Watugajah, Girijati, Purwosari
  • Pertapaan Banglanpir Kembang Lampir terletak di Kalurahan Girisekar, Kapanewon Panggang. Tempat bertapa Ki Ageng Pemanahan. Buka Senin & Kamis
  • Petilasan Gunung Gambar tempat bertapa Pangeran Samber Nyowo terletak di Jurangjero, Ngawen
  • Rasulan / Bersih Desa. Merupakan tradisi adat yang digelar setiap tahun sekali oleh sebagian besar desa-desa di Gunungkidul. Simbol perwujudan rasa syukur kepada sang pencipta. Biasanya dilakukan kenduri adat, sajian makanan khas serta pertunjukan kesenian seperti jathilan, reog dan wayang kulit.

Wisata Situs

sunting

Wisata Candi

sunting

Kabupaten Gunungkidul mempunyai candi:

Wisata Alam

sunting

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2024" (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 24 Agustus 2024. 
  2. ^ "Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kabupaten Gunungkidul 2014". Pemprov D.I Yogyakarta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-06-17. Diakses tanggal 21 Januari 2021. 
  3. ^ "Indeks Pembangunan Manusia 2020-2021". www.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-01. Diakses tanggal 4 Desember 2021. 
  4. ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2019" (PDF). www.djpk.kemenkeu.go.id. 2019. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2020-01-11. Diakses tanggal 21 Januari 2021. 
  5. ^ a b Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 3 tahun 1999
  6. ^ Bemmelen RG van. 1949. The Geology of Indonesia. Government Printing Office, Den Haag.
  7. ^ "Gunung Kidul, DIY, Indonesia". Climate-Data.org. Diakses tanggal 7 Oktober 2020. 
  8. ^ "Buku Prakiraan Musim Hujan 2023-2024 – Rerata Curah Hujan Kabupaten Gunung Kidul Zona Musim 271, 272, 274, dan 275 periode 1991-2020" (PDF). BMKG. hlm. 133. Diakses tanggal 13 September 2023. 
  9. ^ "Gunung Kidul, Indonesia". Weatherbase. Diakses tanggal 7 Oktober 2020. 
  10. ^ Kusuma M. Melacak Manusia Purba Gunung Kidul Diarsipkan 2013-03-24 di Wayback Machine.. Kompas daring. Edisi Minggu, 11 Oktober 2009. Diakses 15 Juni 2014
  11. ^ a b c Kompas - Melacak manusia purba Gunungkidul Diarsipkan 2009-10-15 di Wayback Machine. diakses pada 6 November 2009
  12. ^ a b Kompas - Daya Adaptasi Penghuni Lembah Karst diakses 28 Agustus 2006
  13. ^ "Gunungkidul Dalam Angka 2013". Badan Pusat Statistik Kabupaten Gunungkidul. 12-12-2013. Diakses tanggal 07-05-2023. 
  14. ^ Perolehan Kursi DPRD Gunungkidul 2014-2019
  15. ^ Perolehan Kursi DPRD Gunungkidul 2019-2024
  16. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  17. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  18. ^ Kode Pos Kabupaten Gunungkidul
  19. ^ "Bahasa di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta". Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-01. Diakses tanggal 23 Mei 2020. 
  20. ^ Statistik Kebahasaan 2019. Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan. 2019. hlm. 4. ISBN 9786028449182. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-04-30. Diakses tanggal 2020-05-23. 

Pranala luar

sunting