Gilda (perhimpunan)
Gilda atau serikat dagang adalah perhimpunan pengrajin atau saudagar yang dibentuk guna memantau kegiatan usaha atau perniagaan mereka di daerah tertentu. Gilda-gilda tertua dibentuk sebagai serikat-serikat persaudaraan awam Kristen atau paguyuban-paguyuban usahawan. Gilda diatur mirip perhimpunan profesi, serikat pekerja, kartel, dan perkumpulan rahasia. Keberadaan gilda acap kali bergantung kepada surat paten yang dianugerahkan kepala monarki atau kepala pemerintahan lainnya kepada gilda yang bersangkutan sebagai izin tertulis untuk menguasai dan mengendalikan kegiatan usaha tertentu demi kepentingan anggota-anggotanya, untuk mempertahankan kepemilikan sarana kerja, dan untuk menjamin kelancaran pasokan bahan baku. Petilasan gilda-gilda tradisional yang masih terlestarikan sampai sekarang adalah balai gilda, yakni gedung balai pertemuan anggota-anggota gilda. Anggota gilda yang kedapatan berlaku curang di muka umum akan dikenai denda atau dicabut keanggotaannya.
Salah satu kemajuan penting yang lahir dari kegiatan berserikat ala gilda adalah pendirian universitas di Bologna (berdiri tahun 1088), Oxford (berdiri selambat-lambatnya sejak tahun 1096), dan Paris (berdiri sekitar tahun 1150). Universitas-universitas tersebut mula-mula didirikan sebagai gilda pelajar (Universitas Bologna) atau gilda pengajar (Universitas Paris).[1]
Sejarah gilda
suntingSerikat-serikat kuno semacam gilda
suntingSerikat-serikat semacam gilda sudah terbentuk pada zaman Kekaisaran Romawi, dan disebut collegium (perhimpunan profesi) atau corpus (badan usaha). Serikat-serikat tersebut adalah perhimpunan-perhimpunan yang bersifat sukarela dan beranggotakan usahawan-usahawan yang bergerak di bidang usaha sejenis. Salah satu contohnya adalah corpus naviculariorum, serikat pengusaha angkutan laut yang bermarkas di bandar Ostia, pelabuhan Roma. Gilda-gilda Romawi ini kemudian hari bubar seiring runtuhnya Kekaisaran Romawi.[2]
Para tukang dan pengrajin di kota-kota Abad Pertengahan cenderung berserikat menurut bidang usaha masing-masing. Serikat-serikat pengrajin wastra, tukang batu, tukang kayu, tukang ukir, maupun pengrajin gelas menyembunyikan rapat-rapat rahasia teknologi masing-masing, yakni "seni" atau "kiat-kiat" usaha, yang diwariskan laksana harta pusaka dari generasi ke generasi. Lazimnya pendiri gilda adalah para empu yang membuka usaha sendiri dan mempekerjakan para cantriknya.[3]
Gilda Abad Pertengahan
suntingSelain dua kategori utama gilda, yakni gilda saudagar dan gilda pengrajin,[4] ada pula gilda kerukunan dan gilda keagamaan.[5] Gilda-gilda terbentuk pada permulaan Puncak Abad Pertengahan, manakala para pengrajin mulai bersatu menjaga kepentingan bersama. Di Jerman, nama sejumlah gilda pengrajin tercantum di dalam piagam pembentukan Kotapraja Augsburg tahun 1156.[6]
Sistem gilda dan usaha dagang kulakan menyebar ke Inggris dari daratan Eropa sesudah kepulauan Inggris ditaklukkan bangsa Norman. Kala itu, perhimpunan-perhimpunan saudagar dalam bentuk badan usaha di tiap-tiap kota dianugerahi hak istimewa untuk berniaga di kota masing-masing. Perhimpunan-perhimpunan saudagar ini sering kali menjadi lembaga pemerintahan kota. Sebagai contoh, Balai Gilda London adalah gedung Sidang Umum Dewan Kota Tua London, badan pemerintahan daerah pilihan rakyat secara berkesinambungan yang tertua di dunia.[7] Menurut aturan yang masih berlaku sampai sekarang, para pejabat pemerintah Kota Tua London harus dipilih dari kalangan warga bebas London, yakni warga kota London yang telah menerima anugerah Bebas Masuk Kota.[8] Anugerah Bebas Masuk Kota dari pemerintah Kota Tua London, yang berlaku semenjak Abad Pertengahan sampai tahun 1835, adalah pemberian hak untuk membuka usaha, dan hanya dianugerahkan kepada anggota gilda atau serikat berseragam.[9]
Komunitas-komunitas egaliter yang disebut "gilda" (karena menyimpan gulden, emas, sebagai dana cadangan bersama) dikecam oleh rohaniwan Katolik karena "jampi-jampi" mereka, yakni sumpah yang diikrarkan para anggotanya untuk bertolong-tolongan dalam kemalangan, bersatu padu membinasakan seteru, dan saling membela dalam menghadapi musuh bebuyutan atau dalam menjalankan usaha. Sumpah ini diikrarkan dalam perjamuan mabuk-mabukan yang diselenggarakan para penganut kepercayaan leluhur setiap tanggal 26 Desember untuk merayakan hari Jul. Hincmar, Uskup Negeri Franka Barat, berusaha mengkristenkan gilda-gilda di negeri itu pada tahun 858, tetapi tidak berhasil.[10]
Pada Awal Abad Pertengahan, sebagian besar organisasi kriya Romawi, yang mula-mula dibentuk sebagai konfreria (serikat-serikat persaudaraan awam Kristen), telah menghilang, kecuali serikat tukang batu dan mungkin pula serikat pengrajin gelas yang sebagian besar adalah tukang-tukang dan pandai-pandai dengan keahlian bertaraf lokal. Gregorius dari Tours meriwayatkan sebuah kisah ajaib tentang seorang tukang bangunan yang mendadak kehilangan ilmu dan keahliannya, tetapi pulih seperti sediakala setelah berjumpa dengan Bunda Maria dalam mimpi. Menurut Michel Rouche,[11] kisah ajaib ini adalah kiasan dari pentingnya keahlian undagi (bahasa Belanda: gezel, tenaga ahli, lebih tinggi daripada tenaga magang tetapi masih di bawah empu) yang diasah melalui praktik kerja selama bertahun-tahun.
Di Prancis, gilda disebut corps de métier (badan kejuruan). Menurut Viktor Ivanovich Rutenburg, "di dalam gilda itu sendiri jarang sekali dilakukan pemilahan bidang keahlian para tenaga kerja, yang cenderung bekerja berpindah-pindah dari gilda ke gilda. Inilah sebabnya, berdasarkan keterangan dari Le Livre des Métiers (kitab bidang-bidang kejuruan) yang disusun oleh Étienne Boileau, pada pertengahan abad ke-13 ada tidak kurang dari 100 gilda di Paris, dan pada abad ke-14 telah bertambah menjadi 350 gilda."[12] Ada berbagai macam gilda pandai logam: Pengrajin ladam, pengrajin pisau, tukang kunci, pengrajin rantai, pengrajin paku, sering kali membentuk serikat usaha sendiri-sendiri, sementara para pengrajin senjata terbagi-bagi menjadi juru ketopong, juru perisai, juru zirah, juru poles zirah, dan lain-lain.[13] Di kota-kota negeri Katala, teristimewa di Barcelona, gilda atau gremi merupakan salah satu unsur hakiki dari masyarakat: Keberadaan gilda tukang sepatu sudah tercatat pada tahun 1208.[14]
Di Inggris, khususnya di Kota Tua London, ada lebih dari 110 gilda[15] yang sintas sampai sekarang; gilda-gilda ini disebut serikat berseragam (bahasa Inggris: livery company),[16] yang tertua di antaranya sudah berdiri lebih dari seribu tahun lamanya. Kelompok-kelompok lain, semisal Serikat Terhormat Para Penasihat Pajak (bahasa Inggris: Worshipful Company of Tax Advisers), dibentuk jauh lebih kemudian. Menjadi anggota dari sebuah serikat berseragam merupakan prasyarat bagi orang-orang yang hendak menduduki suatu jabatan dalam pemerintahan Kota Tua London, seperti jabatan Lord Mayor (wali kota) dan jabatan Remembrancer (kepala bagian hubungan komunikasi).
Sistem gilda mencapai tahap kedewasaannya di Jerman sekitar tahun 1300 dan bertahan di kota-kota Jerman sampai memasuki abad ke-19, dengan sejumlah hak istimewa bagi beberapa profesi tertentu yang masih kekal hingga hari ini. Pada abad ke-15, ada 100 gilda di Hamburg, 80 gilda di Koln, dan 70 gilda di Lübeck.[17] Gilda-gilda yang terbentuk paling akhir di Eropa Barat adalah gremios (tunggal: gremio, gilda) di Spanyol, misalnya di Valencia pada 1332, atau di Toledo pada 1426.
Tidak semua kota dikendalikan perekonomiannya oleh gilda-gilda; ada pula sejumlah kota yang "bebas" gilda. Di kota-kota yang dikendalikannya, gilda-gildalah yang mereka-bentuk ketenagakerjaan, produksi, dan perniagaan. Gilda-gilda memegang kendali besar atas modal instruksional, dan konsep-konsep modern mengenai proses penyempurnaan keahlian yang berlangsung seumur hidup, mulai dari tahap tenaga magang ke tahap tenaga terampil, selanjutnya ke tahap undagi, dan akhirnya mencapai tahap empu dan mahaguru ternama. Untuk menjadi empu, seorang undagi harus melakukan perjalanan kerja berpindah-pindah selama tiga tahun yang disebut tahun-tahun kelana (bahasa Jerman: Wanderjahre). Praktik semacam ini masih hidup di Jerman dan Prancis.
Manakala produksi menjadi lebih terspesialisasi, gilda-gilda pun mengalami pemilahan jurusan dan pemekaran, memunculkan sengketa seputar yurisdiksi yang menghasilkan dokumen-dokumen tertulis yang digunakan para sejarawan ekonomi untuk menelusuri perkembangan mereka: gilda pengolah logam di Nuremberg dipecah menjadi lusinan bidang usaha mandiri sewaktu terjadi lonjakan ekonomi pada abad ke-13, dan ada 101 bidang usaha di kota Paris pada tahun 1260.[18] Sebagaimana di Firenze, industri tekstil wol di Gent dikembangkan menjadi sekumpulan gilda yang terspesialisasi. Kemunculan gilda-gilda Eropa berkaitan erat dengan kemunculan ekonomi uang (penggunaan uang fiat sebagai alat tukar) dan urbanisasi. Sebelum itu, mustahil orang dapat menjalankan organisasi yang digerakkan dengan uang, karena uang komoditas masih lumrah digunakan dalam menjalankan usaha.
Gilda merupakan pusat organisasi kriya Eropa sampai dengan abad ke-16. Di Prancis, kembali maraknya gilda-gilda pada paruh kedua abad ke-17 merupakan wujud nyata dari kehendak monarki untuk memaksakan kesatuan, mengendalikan produksi, dan meraup manfaat dari struktur yang transparan dalam bentuk pengenaan pajak yang lebih efisien.
Gilda-gilda dikenali sebagai organisasi-organisasi yang dibenarkan menikmati keistimewaan-keistimewaan (surat-surat paten) tertentu, yang lazimnya diterbitkan oleh raja atau negara dan dipantau oleh ketua-ketua dunia usaha kota setempat (semacam kamar dagang). Surat-surat semacam ini adalah cikal bakal dari sistem paten dan merek dagang pada Zaman Modern. Gilda-gilda juga menyisihkan dana-dana khusus untuk menyantuni anggotanya yang mengalami gangguan kesehatan atau sudah uzur, untuk menyantuni para janda dan anak-anak yang ditinggal mati oleh anggotanya, untuk ongkos pemakaman, dan untuk tunjangan 'berkelana' bagi yang perlu melakukan perjalanan jauh untuk mencari pekerjaan. Ketika sistem gilda Kota Tua London merosot pada abad ke-17, serikat-serikat berseragam bertransformasi menjadi perkumpulan-perkumpulan persaudaraan yang saling bantu dengan cara-cara yang serupa.
Gilda-gilda Eropa mewajibkan praktik magang yang baku dalam jangka waktu yang lama, dan mempersulit orang-orang tak bermodal yang hendak berusaha sendiri atau berusaha tanpa tanpa persetujuan rekan-rekan seprofesi mereka untuk mendapatkan bahan baku maupun ilmu yang diperlukan, maupun untuk menjual barang-barang buatannya di pasar-pasar tertentu, yakni perkara yang juga menjadi pokok keprihatinan gilda-gilda. Hal-hal semacam ini merupakan ciri-ciri khas merkantilisme dalam perekonomian, yang mendominasi pandangan sebagian besar warga masyarakat Eropa mengenai ekonomi politik sampai dengan munculnya ekonomi klasik.
Sistem gilda bertahan sampai ke kurun waktu munculnya para kapitalis perdana, yang mulai memecah para anggota Gilda menjadi golongan "berpunya" dan golongan "tidak berpunya". Gejolak-gejolak sipil yang mewarnai kota-kota kecil dan besar pada abad ke-14 adalah gejolak-gejolak yang turut disebabkan oleh pertentangan antara gilda-gilda besar dan gilda-gilda pengrajin yang lebih kecil, yang bergantung pada sistem pengupahan berdasarkan jumlah hasil. "Di Firenze, kedua macam golongan gilda ini secara terang-terangan dibedakan menjadi Arti maggiori (kemahiran besar) dan Arti minori (kemahiran kecil) — sebelumnya sudah ada pembedaan antara popolo grasso (kaum kaya) dan popolo magro (kaum miskin)".[19] Perseteruan yang lebih sengit lagi timbul di antara gilda-gilda yang pada dasarnya bersifat konservatif dan golongan saudagar, yang kian lama kian menguasai alat-alat produksi dan modal yang dapat dikelola dalam bidang-bidang usaha yang ekspansif, sering kali dengan aturan-aturan gilda mereka sendiri. Penelusuran yang dilakukan para sejarawan sosial Jerman terhadap Zunftrevolution, revolusi daerah perkotaan yang dilakukan para anggota gilda melawan suatu golongan terkemuka yang berkuasa di kota-kota, kendati kadang-kadang terlampau membesar-besarkan hal-hal yang sesungguhnya tidak penting, memberi sedikit gambaran tentang perseteruan antargolongan pada abad ke-19.
Di daerah pedesaan, tempat aturan-aturan gilda tidak berlaku, para usahawan yang bermodal dengan leluasa membangun industri rumahan, yakni jaringan pekerja rumahan yang memintal dan menenun di tempat tinggal masing-masing atas pesanan usahawan yang menyediakan bahan baku bahan baku, bahkan mungkin pula alat tenun dari pemodal yang dijanjikan jatah laba. Sistem yang terserak semacam ini tidak mudah dikendalikan di tempat-tempat dengan pasar bahan baku yang ramai: wol mudah didapati di daerah-daerah pembiak biri-biri, tidak demikian halnya dengan sutra.
Organisasi
suntingDi Firenze, Italia, terdapat 7 sampai 12 "gilda besar" dan 14 "gilda kecil". Gilda-gilda besar yang dianggap paling penting adalah gilda hakim dan gilda notaris, yang menangani urusan-urusan hukum dari gilda-gilda lain dan sering kali bertindak selaku penengah bilamana timbul pertikaian. Gilda-gilda besar lainnya adalah gilda wol, gilda sutra, dan gilda jual beli uang asing. Gilda-gilda ini membanggakan reputasi mereka sebagai lembaga-lembaga dengan hasil kerja bermutu tinggi, dan yang diganjar dengan harga tertinggi. Gilda mendenda anggota-anggotanya yang menyimpang dari standar. Gilda tabib, gilda peramu obat, gilda tukang kulit bulu binatang juga tergolong gilda-gilda besar. Gilda-gilda kecil meliputi gilda tukang roti, gilda tukang pelana, gilda pandai besi, dan gilda-gilda kerajinan lainnya. Gilda-gilda ini memiliki cukup banyak anggotanya, tetapi tidak memiliki kekuatan politik maupun sosial sehingga tidak dianggap penting untuk dilibatkan dalam penyelenggaraan pemerintahan kota.[20]
Gilda dibentuk oleh orang-orang yang berpengalaman dan sudah diakui keahliannya di bidang usaha atau kriya yang mereka tekuni. Orang-orang ini disebut empu. Sebelum mencapai taraf piawai, seorang karyawan baru harus terlebih dahulu menjalani pelatihan selama jangka waktu tertentu dan disebut tenaga magang. Sesudah masa pelatihan berakhir, ia naik ke tingkat undagi. Tenaga magang biasanya cuma mempelajari teknik-teknik paling dasar sebelum diberi kepercayaan oleh rekan-rekan seprofesinya untuk menyimpan rahasia-rahasia gilda atau perusahaan.
Tidak seperti para tenaga magang, para undagi dapat bekerja di bengkel-bengkel atau sanggar-sanggar para empu lain, dan pada umumnya menerima upah harian, dan oleh karena itu tergolong pekerja harian. Setelah dipekerjakan oleh seorang empu selama beberapa tahun, dan sesudah menghasilkan karya dengan mutu memuaskan, seorang tenaga magang naik kelas ke tingkat undagi dan diberi dokumen-dokumen (surat atau sertifikat dari majikannya dan/atau langsung dari gilda) yang menyatakan kelulusannya menjadi seorang undagi sehingga layak berkelana dari kota ke kota dan dari negara ke negara guna memperdalam keahliannya dengan cara menimba ilmu dari empu-empu lain. Pengelanaan para undagi dapat saja berupa perjalanan jauh lintas negara di Eropa, dan merupakan cara tidak resmi untuk mengomunikasikan metode-metode dan teknik-teknik baru, kendati tidak semua undagi melakukan perjalanan semacam ini — biasanya cuma di Jerman dan Italia; di negara-negara lain, para undagi dari kota-kota kecil sering kali berkelana ke ibu kota.[21]
Selepas melakukan pengembaraan dan berpengalaman kerja beberapa tahun, seorang undagi dapat diterima sebagai seorang empu. Kendati demikian, dalam beberapa gilda, seorang tenaga magang dapat saja naik pangkat menjadi empu tanpa harus melewati tahapan tenaga magang. Orang yang naik pangkat menjadi empu lazimnya harus mendapat persetujuan dari seluruh empu dalam gilda, harus menyumbangkan sejumlah dana serta harta lain (sering kali ditiadakan jika yang bersangkutan adalah anak anggota gilda), dan harus sudah menghasilkan sebuah "mahakarya" yang menunjukkan kepiawaiannya. Mahakarya yang dihasilkan calon empu sering kali disimpan oleh gilda.[22]
Pada Abad Pertengahan, gilda dibentuk dengan piagam, surat paten, atau surat-surat kuasa sejenisnya, yang diterbitkan oleh kota atau penguasa, dan biasanya memonopoli bidang usaha yang ditekuninya di kota tempatnya beroperasi. Para pengrajin dilarang oleh undang-undang untuk menjalankan usaha apa saja jika tidak menjadi anggota sebuah gilda, dan hanya para empu yang dibenarkan menjadi anggota sebuah gilda. Sebelum hak-hak istimewa ini diatur dengan undang-undang, kelompok-kelompok pengrajin hanya disebut 'perhimpunan pengrajin'.
Pemerintah kota dapat saja mengutus wakilnya untuk menghadiri pertemuan-pertemuan gilda, dan dengan demikian dapat mengendalikan kegiatan-kegiatan dalam bidang usaha yang bersangkutan. Kebijakan semacam ini sangat penting, karena kota-kota sering kali mengandalkan nama baiknya untuk mengekspor berbagai jenis barang, yang bukan saja menjadi penentu nama baik gilda, melainkan juga nama baik kota. Kendali atas sejumlah lokasi fisik penghasil barang-barang ekspor terkenal, misalnya tuak anggur dari daerah Champagne dan Bordeaux di Prancis, gerabah berglazur timah dari beberapa kota di Holandia, renda dari Chantilly, dan lain-lain membantu mengukuhkan posisi sebuah kota dalam kancah perniagaan global. Kendali atas lokasi fisik semacam ini adalah cikal bakal dari merek dagang Zaman Modern.
Di banyak kota di negara Jerman dan Italia, gilda-gilda yang lebih kuat sering kali memiliki pengaruh politik yang cukup besar, dan adakalanya mencoba mengendalikan pemerintah kota. Pada abad ke-14, keadaan semacam ini sering kali menyulut aksi perlawan berdarah, manakala gilda-gilda membubarkan dewan-dewan kota dan menyandera kaum bangsawan dalam rangka mendongkrak pengaruh mereka. Pada abad ke-14, orang Wendi (warga keturunan Slav) di kawasan timur laut Jerman, tidak diizinkan menjadi anggota beberapa gilda tertentu.[23] Menurut Wilhelm Raabe, "sampai dengan abad ke-18, tidak ada gilda di Jerman yang menerima orang Wendi menjadi anggotanya."[24]
Kejatuhan gilda
suntingSebagaimana yang ditunjukkan oleh Sheilagh Ogilvie (2004), keberadaan gilda berdampak buruk terhadap mutu, keterampilan, dan inovasi. Melalui apa yang kini disebut para ekonom sebagai tindakan "buru rente", gilda-gilda memaksakan beban-beban berlebih (deadweight loss) terhadap perekonomian. Menurut Sheilagh Ogilvie, gilda-gilda tidak menghasilakn eksternalitas-eksternalitas positif yang kasatmata, dan mencermati bahwa industri hanya baru berkembang sesudah gilda-gilda menghilang. Gilda-gilda mampu bertahan selama berabad-abad karena mendistribusikan kembali sumber-sumber daya kepada saudagar-saudagar yang berkuasa secara politik. Di lain pihak, Ogilvie sependapat, gilda-gilda menciptakan "modal sosial" berupa norma-norma bersama, informasi bersama, sanksi-sanksi timbal balik, dan aksi politik bersama. Modal sosial ini menguntungkan para anggota gilda, sekalipun merugikan pihak-pihak luar.[25]
Sistem gilda banyak dikecam menjelang akhir abad ke-18 dan permulaan abad ke-19. Gilda-gilda diyakini bertentangan dengan perdagangan bebas dan menghalangi inovasi teknologi, alih teknologi, dan perkembangan usaha. Menurut beberapa keterangan dari kurun waktu ini, gilda-gilda kian lama kian terlibat dalam sengketa-sengketa wilayah yang sepele di antara satu sama lain maupun antara gilda-gilda melawan para pelaku usaha di luar gilda.
Dua tokoh yang paling keras mengecam sistem gilda adalah Jean-Jacques Rousseau dan Adam Smith. Selain itu, timbul pula kecenderungan di seluruh Eropa untuk menentang kendali pemerintah atas dunia usaha. Keinginan akan terwujudnya suatu sistem pasar bebas yang berhaluan laissez-faire bertumbuh dengan cepat, dan merembet sampai ke ranah politik dan hukum. Revolusi Prancis menganggap gilda sebagai sisa-sisa terakhir feodalisme. Undang-undang Le Chapelier tahun 1791 meniadakan gilda di Prancis.[26] Dalam bukunya, Telaah Hakikat dan Sebab-Musabab Kemakmuran Bangsa-Bangsa alias Kemakmuran Bangsa-Bangsa (Buku I, Bab X, alinea 72), Adam Smith menulis sebagai berikut:
Demi mencegah penurunan harga inilah, dan dengan demikian juga mencegah penurunan upah dan laba, dengan cara membatasi persaingan bebas yang sudah barang tentu merupakan penyebabnya, maka semua badan usaha, dan sebagian besar dari hukum-hukum badan usaha diadakan. (...) dan bilamana ada segolongan pengrajin atau pedagang tertentu merasa sah-sah saja bertindak selayaknya suatu badan usaha tanpa piagam, maka gilda-gilda haram ini, sebagaimana disebut orang, tidak selamanya dicabut izin usahanya lantaran tindakannya itu, tetapi diwajibkan membayar denda setiap tahun kepada raja agar dibenarkan menikmati hak-hak istimewa yang sudah mereka serobot.
Dalam Manifesto Komunis, Karl Marx juga mengecam sistem gilda karena gradasi jenjang sosialnya yang kaku dan hubungan penindas - tertindas yang diberlakukan oleh sistem ini. Dari kurun waktu inilah muncul pandangan miring terhadap gilda yang masih dianut sebagian orang sampai sekarang. Nasib baik akhirnya berpaling dari gilda. Salah satu penyebabnya adalah ketidakmampuan gilda-gilda itu sendiri untuk mengendalikan perilaku korporat yang angin-anginan.
Akibat dari industrialisasi dan modernisasi dunia usaha dan industri, serta bangkitnya negara-negara bangsa berkekuatan besar yang dapat secara langsung melindungi hak paten dan hak cipta — yang sering kali menyingkap kiat-kiat usaha — kekuasaan gilda-gilda pun akhirnya meredup. Selepas Revolusi Prancis, gilda-gilda bertumbangan di sebagian besar negara Eropa sepanjang abad ke-19, karena sistem gilda ditiadakan dan diganti dengan undang-undang perdagangan bebas. Kala itu, banyak mantan pekerja di bidang kerajinan terpaksa mencari pekerjaan di bidang industri manufaktur yang sedang tumbuh. Industri manufaktur tidak menggunakan teknik-teknik yang dirahasiakan secara ketat, tetapi menggunakan metode-metode terbakukan yang dikendalikan oleh badan-badan usaha.
Pengaruh gilda
suntingGilda kadang-kadang disebut sebagai cikal bakal serikat buruh modern. Meskipun demikian, gilda juga dapat dilihat sebagai sekelompok pengrajin ahli yang berwiraswasta dengan kepemilikan dan kendali atas bahan baku dan sarana kerja yang mereka perlukan untuk menghasilkan barang-barang buatan mereka. Gilda lebih mirip dengan kartel daripada dengan serikat buruh (Olson 1982). Meskipun demikian, organisasi-organisasi undagi, yang ilegal kala itu,[27] mungkin saja merupakan bentuk organisasi yang telah mempengaruhi pembentukan serikat buruh.
Hak istimewa sebuah gilda untuk membuat barang-barang tertentu atau untuk menyediakan jasa-jasa tertentu sesungguhnya serupa dalam semangat dan sifatnya dengan sistem-sistem paten perdana yang muncul di Inggris pada 1624. Sistem-sistem ini turut berperan dalam mengakhiri dominasi gilda-gilda, manakala metode-metode kiat usaha diungguli oleh firma-firma modern yang menyingkap teknik-teknik mereka secara langsung, dan mengandalkan bantuan negara untuk mengukuhkan hak monopoli mereka yang sah.
Sejumlah tradisi gilda masih tersisa dalam segelintir bidang kriya, teristimewa di kalangan para tukang sepatu dan tukang cukur di Eropa. Sejumlah tradisi ritual gilda-gilda terlestarikan dalam organisasi-organisasi tarekat semisal Tarekat Mason Bebas yang konon berasal dari gilda tukang batu, dan Oddfellows yang konon berasal dari berbagai gilda kecil. Meskipun demikian, tradisi-tradisi ini tidak memiliki arti yang sangat penting secara ekonomi, tetapi hanya merupakan pengingat akan tanggung jawab sejumlah bidang usaha terhadap masyarakat.
Hukum persaingan usaha pada Zaman Modern boleh dikata diturunkan melalui satu dan lain cara dari statuta-statuta perdana yang digunakan untuk menghapuskan gilda-gilda di Eropa.
Konsekuensi ekonomi
suntingKonsekuensi-konsekuensi ekonomi dari keberadaan gilda-gilda telah menimbulkan sejumlah perdebatan sengit di kalangan sejarawan ekonomi. Di satu pihak, para ahli berpendapat bahwa karena gilda-gilda saudagar sudah bertahan melewati kurun waktu yang panjang maka sudah tentu gilda-gilda ini adalah lembaga-lembaga yang efisien (sebab lembaga-lembaga yang tidak efisien pasti akan bubar dengan sendirinya). Di lain pihak, ada pula yang mengatakan bahwa gilda-gilda ini bertahan bukan karena menguntungkan seluruh perekonomian melainkan karena menguntungkan para pemiliknya, yang berlindung di balik kekuatan politik. Ogilvie (2011) berpendapat bahwa mereka meregulasi kegiatan usaha bagi keuntungan diri mereka sendiri, di mana ada monopoli, distorsi pasar, harga-harga yang tetap, dan pembatasan masuk menjadi anggota gilda.[21] Menurut Ogilvie (2008), kewajiban magang dalam waktu lama yang diberlakukan gilda-gilda tidaklah penting bagi seseorang untuk menjadi mahir, dan sikap konservatif mereka menurunkan tingkat inovasi serta membuat masyarakat menjadi lebih miskin.Ia mengemukakan bahwa tujuan utama mereka adalah buru rente, yakni untuk mengalihkan aliran uang kepada para anggotanya dengan mengorbankan keseluruhan perekonomian.[28]
Dalam buku mereka (2008), Epstein dan Prak menyanggah kesimpulan Ogilvie.[29] Epstein secara khusus berpendapat bahwa gilda-gilda lebih merupakan lembaga-lembaga berbagi biaya (cost sharing) daripada lembaga-lembaga pemburu rente. Gilda-gilda menempatkan dan memasangkan para empu dan para tenaga magang melalui kegiatan belajar-mengajar yang terpantau. Mengingat penguasaan keterampilan kriya memerlukan pendidikan berbasis pengalaman, ia berpendapat bahwa proses ini membuat masa magang harus dijalani selama bertahun-tahun.[30]
Sejauh mana gilda-gilda mampu memonopoli pasar juga menjadi bahan perdebatan.[31]
Kaum perempuan dalam gilda
suntingSebagian besar gilda Abad Pertengahan membatasi keikutsertaan kaum perempuan, dan biasanya cuma para janda serta anak-anak perempuan para empu ternama yang diterima menjadi anggota. Sekalipun sudah menjadi anggota gilda, seorang perempuan tidak diberi jabatan dalam gilda. Perlu diketahui bahwa meskipun hal-hal seperti adalah praktik yang lazim di lingkungan gilda, ada pula gilda-gilda dan profesi-profesi yang membuka pintu selebar-lebarnya bagi kaum perempuan, dan sesungguhnya masyarakat Abad Pertengahan adalah masyarakat yang luwes dan senantiasa berubah-ubah, mengingat Abad Pertengahan mencakup kurun waktu ratusan tahun dan beraneka macam kebudayaan. Ada banyak catatan mengenai keikutsertaan kaum perempuan dalam gilda-gilda di Inggris dan Eropa daratan. Dalam kajiannya mengenai para saudagar sutra perempuan di London pada abad ke-15, Marian K. Dale mencermati bahwa kaum perempuan Abad Pertengahan dapat mewarisi properti, menjadi anggota gilda, mengelola tanah yasan, dan menjalankan usaha keluarga jika sudah menjanda. Livre des métiers de Paris (Buku Daftar Bidang Usaha di Paris) disusun oleh Étienne Boileau, Grand Prévôt de Paris (Pejabat Tinggi Paris) pada masa pemerintahan Raja Louis IX. Menurut buku ini, 5 dari 110 gilda di Paris dimonopoli oleh perempuan, dan hanya segelintir gilda yang secara sistematis tidak menerima perempuan menjadi anggota. Étienne Boileau mencatat bahwa sejumlah profesi juga terbuka bagi kaum perempuan, yakni juru bedah, peniup kaca, dan penempa baju halkah. Gilda-gilda dunia hiburan juga memiliki anggota perempuan dalam jumlah yang cukup signifikan. Jean, Adipati Berry, meninggalkan catatan-catatan pembayaran upah kepada para musikus perempuan dari Le Puy, Lyons, dan Paris.[32]
Kaum perempuan memang bermasalah bilamana menjadi anggota gilda-gilda tabib, bertolak belakang dengan keleluasaan relatif yang mereka nikmati di bidang niaga atau gilda-gilda pengrajin. Status mereka dalam gilda-gilda tabib sering kali dipertanyakan. Gereja Katolik, kepala-kepala monarki, dan pejabat-pejabat pemerintah kala itu mendukung gagasan yang mengatakan bahwa ilmu pengobatan sepatutnya dipraktikkan oleh kaum lelaki saja. Inkuisisi dan aksi perburuan tukang sihir dari masa ke masa diyakini sebagai salah satu penyebab sedikitnya kaum perempuan yang menjadi anggota gilda-gilda di bidang pengobatan.[32]
Gilda pada zaman modern
suntingPara ahli bidang ilmu sejarah gagasan telah mencermati bahwa para konsultan sekarang ini agak mirip dengan para undagi dalam sistem gilda, karena sama-sama sering melakukan perjalanan dinas, bekerja pada banyak perusahaan, dan menyebarluaskan praktik-praktik serta pengetahuan baru dari satu perusahaan atau badan usaha ke perusahaan atau badan usaha lain.
Organisasi-organisasi profesi mereplikasi struktur dan operasi gilda.[33] Profesi-profesi seperti arsitek, teknisi, geolog, dan juru ukur tanah mewajibkan masa magang dengan jangka waktu yang berbeda-beda sebelum seseorang mendapatkan sertifikat "profesional". Sertifikat semacam ini memiliki bobot legal yang besar, karena kebanyakan negara menjadikannya sebagai prasyarat membuka praktik.
Gilda di Eropa
suntingDi banyak negara Eropa, gilda-gilda kembali marak bermunculan sebagai organisasi-organisasi lokal bagi para pengrajin, terutama bagi para pengrajin di bidang keterampilan tradisional. Gilda-gilda juga difungsikan sebagai forum-forum bagi pengembangan kompetensi, dan sering kali merupakan cabang-cabang lokal dari suatu organisasi penyedia kerja nasional.
Di Kota Tua London, gilda-gilda kuno masih lestari dalam bentuk serikat-serikat berseragam, yang semuanya memiliki peran seremonial dalam berbagai adat istiadat Kota Tua London. Serikat-serikat berseragam Kota Tua London mempertahankan keterkaitan yang kuat dengan bidang-bidang usaha, jinis kriya, atau profesi mereka masing-masing. Beberapa di antaranya masih mempertahankan peran-perannya sebagai penyusun, pengawas, atau penegak peraturan. Anggota-anggota senior dari serikat-serikat berseragam Kota Tua London (bahasa Inggris: liveryman, orang berseragam) memilih para Sheriff dan mempertimbangkan calon-calon yang layak menduduki jabatan Lord Mayor London. Gilda-gilda juga masih lestari di kota-kota lain di Britania Raya, antara lain di Preston, Lancashire, karena Gilda Saudagar Preston masih menerima keturunan Burgess (pejabat kota tua atau wakil borough dalam Majelis Rakyat Jelata Kerajaan Inggris) menjadi anggota. Kerajaan Britania Raya memiliki lebih dari 300 gilda yang masih lestari dan berkembang, sudah termasuk serikat-serikat berseragam Kota Tua London.
Pada 1878, serikat-serikat berseragam Kota Tua London membentuk Institut Gilda-Gilda Kota Tua London yang menjadi cikal bakal dari sekolah teknik (sampai sekarang masih di sebut Kolese Gilda Kota Tua) di Imperial College London. Tujuan pendirian Institut Gilda-Gilda Kota Tua London adalah memajukan pendidikan teknik. Sejak tahun 2013, Institut Gilda-Gilda Kota Tua London beroperasi sebagai badan penguji dan pemberi akreditasi untuk kualifikasi-kualifikasi vokasi, manajerial, dan teknik, mulai dari tingkat pemula di bidang kejuruan kriya dan niaga sampai ke tingkat pascadoktoral.[34] Sekolah Kesenian Gilda-Gilda Kota Tua London, yang merupakan sebuah organisasi tersendiri, juga menjalin hubungan yang rapat dengan serikat-serikat berseragam Kota Tua London, dan dilibatkan dalam pelatihan magister pekerja kriya di jurusan keterampilan ukir batu dan kayu, serta pelatihan para seniman di jurusan seni murni.
Di Jerman sudah tidak ada lagi Zünfte (atau Gilden - istilah yang digunakan berbeda-beda dari kota ke kota) maupun pengkhususan suatu usaha kriya tertentu bagi perusahaan tertentu yang memiliki hak istimewa. Meskipun demikian, dengan menggunakan salah satu dari nama-nama lamanya yang jarang dipakai, yakni Innungen, gilda-gilda masih tetap lestari sebagai klub-klub privat dengan keanggotan terbatas bagi para pelaku usaha dari bidang usaha tertentu atau kegiatan tertentu. Klub-klub ini adalah badan usaha menurut hukum publik, meskipun keanggotaannya bersifat sukarela; presiden klub lazimnya berasal dari jenjang empu dan disebut Obermeister (empu kepala). Para undagi membentuk badan-badan perwakilan sendiri yang dipimpin oleh seorang presiden bergelar Altgesell (undagi ketua).
Ada pula "Kamar Kriya" (Handwerkskammern), yang tidak begitu mirip dengan gilda-gilda kuno karena kamar-kamar kriya ini mewadahi segala macam kriya yang ada di satu daerah tertentu, bukan untuk mewadahi satu macam kriya saja. Keanggotaan kamar kriya bersifat wajib, dan dibentuk sebagai tata kelola mandiri di bidang kriya.
Gilda di Amerika Utara
suntingDi Amerika Serikat, gilda-gilda terbentuk dalam sejumlah bidang usaha.
Dalam industri perfilman dan pertelevisian, menjadi anggota gilda sudah menjadi prasyarat umum untuk mendapatkan pekerjaan-pekerjaan tertentu dalam produksi-produksi film berskala besar. Gilda Pemeran Film (bahasa Inggris: Screen Actors Guild), Gilda Sutradara Amerika (bahasa Inggris: Directors Guild of America), Gilda Penulis Naskah Amerika Bagian Timur (bahasa Inggris: Writers Guild of America, East), Gilda Penulis Amerika Bagian Barat (bahasa Inggris: Writers Guild of America West), dan berbagai gilda profesi khusus sanggup menerapkan kontrol yang kuat dalam dunia perfilman Amerika Serikat sebagai hasil dari pemberlakuan sitem hak-hak properti-intelektual secara ketat dan adanya kenyataan sejarah bahwa para makelar kekuasaan juga menjadi anggota gilda (misalnya pendiri DreamWorks, Steven Spielberg, adalah salah seorang anggota Gilda Sutradara Amerika). Gilda-gilda ini berusaha mempertahankan ikatan kontrak antara mereka dengan perusahaan-perusahaan produksi demi menjamin ketersediaan kerja bagi anggota-anggota tertentu dalam setiap produksi film atau acara televisi, dan demi menjamin agar anggota-anggotanya mendapatkan upah minimum menurut standar gilda, berikut jaminan-jaminan ketenagakerjaan lainnya. Gilda-gilda ini menetapkan tolok ukur yang tinggi dalam penerimaan anggota, dan menolak para pemeran film profesional, penulis naskah profesional, dan seterusnya, yang tidak taat pada aturan-aturan persaingan yang ketat dalam industri pembuatan film dan acara televisi di Amerika.
Gilda Surat Kabar adalah serikat pekerja bagi para wartawan dan pekerja persuratkabaran lainnya, dengan lebih dari 30.000 anggota di Amerika Utara.
Usaha makelar lahan yasan merupakan salah satu contoh sistem gilda Amerika modern. Ciri-ciri khas gilda yang dijumpai dalam bidang usaha makelar lahan yasan meliputi patokan harga (6% dari harga rumah), eratnya hubungan antarpraktisi, diwadahi sebuah organisasi regulator mandiri, memiliki indetitas budaya yang kuat, sedikit variasi harga dengan perbedaan kualitas, dan penerapan metode-metode tradisional oleh seluruh praktisi. Pada bulan September 2005, Departemen Kehakiman Amerika Serikat mengajukan tuntutan antitrust terhadap Asosiasi Nasional Makelar Lahan Yasan. Departemen Kehakiman mempersoalkan keabsahan praktik-praktik asosiasi yang dinilainya menghalang-halangi persaingan dari para praktisi yang menggunakan berbagai metode lain. Pada tahun 2005, Departemen Kehakiman dan Komisi Perdagangan Federal, dengan dukungan Asosiasi Nasional Makelar Lahan Yasan berperkara melawan hukum-hukum negara bagian yang merugikan makelar-makelar jenis baru.[35] U.S. v. National Assoc. of Realtors, Civil Action No. 05C-5140 (N.D. Ill. Sept. 7, 2005).
Praktik hukum di Amerika Serikat juga merupakan contoh gilda-gilda Zaman Modern. Tiap-tiap negara bagian memiliki perhimpunan pengacaranya sendiri-sendiri, yang diawasi oleh lembaga peradilan tertinggi di negara bagian masing-masing. Mahkamahlah yang memutuskan syarat-syarat untuk masuk dan tetap berkecimpung dalam profesi hukum. Di kebanyakan negara bagian, setiap pengacara harus menjadi anggota perhimpunan pengacara di negara bagian yang bersangkutan agar dapat membuka praktik hukum. Undang-undang negara bagian melarang siapa saja untuk menjalankan praktik hukum tanpa izin, dan para pengacara harus menaati aturan-aturan tata krama profesi yang diwajibkan oleh Mahkamah Tinggi Negara Bagian.
Perhimpunan-perhimpunan di bidang kedokteran yang sebanding dengan gilda adalah ikatan dokter di tiap-tiap negara bagian, Ikatan Dokter Amerika (bahasa Inggris: American Medical Association), dan Ikatan Dokter Gigi Amerika (bahasa Inggris: American Dental Association). Izin praktik di kebanyakan negara bagian mewajibkan pelatihan khusus, ujian-ujian, dan magang dengan upah rendah selama bertahun-tahun (internsip maupun residen) di bawah kondisi kerja yang berat. Dokter-dokter bertaraf internasional maupun dokter-dokter dari negara bagian lain sekalipun tidak dibenarkan membuka praktik tanpa persetujuan gilda kedokteran setempat (ikatan dokter). Juru rawat dan dokter memiliki gilda-gilda tersendiri. Seorang dokter tidak dapat bekerja sebagai asisten dokter kecuali pernah menjalani pelatihan, ujian, dan magang sebagai asisten dokter.
Gilda di Australia
suntingDi Australia terdapat Gilda Farmasi Australia (perhimpunan tertinggi di bidang industri farmasi) dan Gilda Pekerja Film Komersial (perhimpunan para pekerja film iklan, film pendek, dan film cerita). Di ranah industri pembuat perhiasan di Australia, turut berkecimpung pula anggota-anggota Gilda Pandai Emas dan Perak Australia yang menjalankan usahanya di daerah masing-masing.
Gilda di dunia maya
suntingKelompok-kelompok yang disebut gilda juga terdapat dalam komunitas-komunitas daring seperti permainan daring multipemain masif.
Gilda-gilda ini biasanya beranggotakan orang-orang yang memiliki minat dan tujuan yang sama. Meskipun dapat dibentuk di sekitar kegiatan produksi dalam permainan, gilda-gilda ini tidak mengendalikan produksi. Ukuran gilda-gilda dalam permainan-permainan daring berkisar dari kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan segelitir pemain sampai gilda-gilda raksasa yang beranggotakan pemain-pemain dari seluruh dunia.
Lihat pula
sunting- Balai gilda
- Germania — gilda saudagar di Valensia, Spanyol
- Gilda-gilda niaga India Selatan
- Gilda Santo Bernulfus
- Gilda Santo Lukas — gilda pelukis
- Gilda Santo Stefanus
- Gōng Hàng — gilda saudagar Tionghoa
- Jāti — gilda di India dari Abad Pertengahan
- Liga Hansa
- Pedagang eceran
- Saudagar
- Serikat pekerja
- Sosialisme gilda
- Za — gilda saudagar di Jepang
Rujukan
sunting- ^ Rashdall, Hastings (1895). The Universities of Europe in the Middle Ages: Salerno. Bologna. Paris [Universitas-Universitas Eropa pada Abad Pertengahan: Salerno. Bologna. Paris]. Clarendon Press. hlm. 150.
- ^ Epstein S.A, Wage Labor and Guilds in Medieval Europe, University of North Carolina Press, 1991, hlmn. 10-49
- ^ Jovinelly, Joann; Netelkos, Jason (2006). The Crafts And Culture of a Medieval Guild. Rosen. hlm. 8. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-05. Diakses tanggal 2018-05-17.
- ^ "Guild". Britannica. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-05-09. Diakses tanggal 2018-05-17.
- ^ Starr, Mark (1919). A worker looks at history: being outlines of industrial history specially written for Labour College-Plebs classes. Plebs League. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-05. Diakses tanggal 2018-05-17.
- ^ Sczesny, Anke (2012). "Zuenfte". Bayerische Staatsbibliothek. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-09. Diakses tanggal 3 Maret 2018.
- ^ "History and heritage". City of London. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 Mei 2013. Diakses tanggal 25 Juni 2015.
- ^ "Archived copy" [Salinan arsip] (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2013-07-19. Diakses tanggal 2013-03-12.
- ^ "Freedom of the City" [Kemerdekaan Kota]. City of London. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 Mei 2013. Diakses tanggal 25 Juni 2015.
- ^ Rouche 1992, hlm. 432
- ^ Rouche 1992, hlm. 431ff
- ^ Rutenburg, Viktor Ivanovich (1988). Feudal society and its culture [Masyarakat feodal dan budayanya]. Progress. hlm. 30. ISBN 5-01-000528-X.
- ^ "Catholic Encyclopedia: Guilds". Newadvent.org. 1910-06-01. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-17. Diakses tanggal 2012-01-10.
- ^ Diccionario geográfico universal, por una sociedad de literatos, S.B.M.F.C.L.D. 1834. hlm. 730–. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-05. Diakses tanggal 2018-05-17.
- ^ "Alphabetical list". Cityoflondon.gov.uk. 2011-08-08. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-04-18. Diakses tanggal 2012-01-10.
- ^ Shaxson, Nicholas (2012). Treasure Islands: Tax Havens and the Men who Stole the World. Vintage. ISBN 978-0-09-954172-1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-05. Diakses tanggal 2018-05-17.
- ^ Centre international de synthese (1971). L'Encyclopedie et les encyclopedistes. B. Franklin. hlm. 366. ISBN 0-8337-1157-1.
- ^ Braudel 1992
- ^ Braudel 1992, hlm. 316
- ^ Magill, Frank N. (1972). Great Events from History: Ancient and Medieval Series: 951–1500. 3. Salem. hlm. 1303–7.
- ^ a b Ogilvie 2011
- ^ Prak 2006
- ^ "The Situation with the Sorbs in the Past and Present" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2011-07-13.
- ^ Raabe, hlm. 189.
- ^ Ogilvie, Sheilagh (May 2004). "Guilds, efficiency, and social capital: evidence from German proto-industry". Economic History Review. 57 (2): 286–333. doi:10.1111/j.1468-0289.2004.00279.x. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-10-03. Diakses tanggal 2018-05-17.
- ^ Vardi, Liana (1988). "The abolition of the guilds during the French Revolution". French Historical Studies. 15 (4): 704–717. JSTOR 286554.
- ^ Bakliwal, V.K. (March 18, 2011). Production and Operation Management. Pinnacle Technology, 2011. ISBN 9788189472733.
- ^ Ogilvie, Sheilagh C. (February 2008). "Rehabilitating the Guilds: A Reply". Economic History Review. 61 (1): 175–182. doi:10.1111/j.1468-0289.2007.00417.x. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-06-29. Diakses tanggal 2018-05-17.
- ^ Epstein & Prak 2008
- ^ Epstein, Stephan R. (September 1998). "Craft Guilds, Apprenticeship, and Technological Change in Preindustrial Europe". Journal of Economic History. 58: 684–713. doi:10.1017/S0022050700021124. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-01. Diakses tanggal 2018-05-17.
- ^ Richardson G. (June 2001). "A Tale of Two Theories: Monopolies and Craft Guilds in Medieval England and Modern Imagination". Journal of the History of Economic Thought. 23 (2): 217–242. doi:10.1080/10427710120049237. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-01. Diakses tanggal 2018-05-17.
- ^ a b "GUILDS, WOMEN IN" in "Women in the Middle Ages", Greenwood Press 2004, hlmn. 384-385
- ^ Sarfatti Larson, Magali (1979). The Rise of Professionalism: A Sociological Analysis. Campus. 233. Berkeley: University of California Press. hlm. 15. ISBN 9780520039506. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-05. Diakses tanggal 2018-05-17.
[...] a cognitive basis of any kind had to be at least approximately defined before the rising modern professions could negotiate cognitive exclusiveness — that is, before they could convincingly establish a teaching monopoly on their specific tools and techniques, while claiming absolute superiority for them. The proved institutional mechanisms for this negotiation were the license, the ujian kualifikasi, the diploma, and formal training in a common curriculum. The typical institutions that administered these devices were, first, the guild-like professional association, and later the professional school, which superseded the association in effectiveness. [...] Obviously, none of this was in itself an organizational invention. The guilds of merchants that sprang up in eleventh-century Europe were also voluntary associations tending towards the monopolistic control of a new form of trade.[...]
- ^ "What We Do - vocational qualifications | City & Guilds". www.cityandguilds.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-07. Diakses tanggal 2016-10-11.
- ^ "U.S. v. National Association of Realtors". Usdoj.gov. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-05-30. Diakses tanggal 2010-07-01.
Sumber
sunting- Braudel, Fernand (1992) [1982]. The Wheels of Commerce. Civilization & capitalism, 15th–18th century. 2. University of California Press. ISBN 978-0-520-08115-4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-05. Diakses tanggal 2018-05-17.
- Epstein, S.R.; Prak, Maarten, ed. (2008). Guilds, Innovation and the European Economy, 1400–1800. Cambridge University Press. ISBN 978-1-139-47107-7. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-05. Diakses tanggal 2018-05-17. — essays by scholars covering German and Italian territories, the Netherlands, France, and England; plus guilds in cloth spinning, painting, glass blowing, goldsmithing, pewterware, book-selling, and clock making.
- Grafe, Regina; Gelderblom, Oscar (Spring 2010). "The Rise and Fall of the Merchant Guilds: Re-thinking the Comparative Study of Commercial Institutions in Premodern Europe". Journal of Interdisciplinary History. 40 (4): 477–511. doi:10.1162/jinh.2010.40.4.477. Comparative study of the origins and development of merchant guilds in Europe, esp. their emergence during the late Middle Ages and their decline in the Early Modern era
- Ogilvie, Sheilagh (2011). Institutions and European Trade: Merchant Guilds, 1000–1800. Cambridge University Press. ISBN 978-1-139-50039-5. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-05. Diakses tanggal 2018-05-17.
- Prak, Maarten Roy (2006). Craft Guilds in the Early Modern Low Countries: Work, Power and Representation. Ashgate Publishing. ISBN 978-0-7546-5339-4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-05. Diakses tanggal 2018-05-17.
- Rouche, Michel (1992). "Private life conquers state and society". Dalam Ariès, Philippe; Veyne, Paul; Duby, Georges. A History of Private Life: From Pagan Rome to Byzantium. 1. Harvard University Press. hlm. 419–. ISBN 978-0-674-39974-7. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-05. Diakses tanggal 2018-05-17.
- Weyrauch, Thomas (1999). Craftsmen and their Associations in Asia, Africa and Europe. VVB Laufersweiler. ISBN 3-89687-537-X.
Bacaan lebih lanjut
sunting- Emery, Gordon (1994). Curious Chester: Portrait of an English City Over Two Thousand Years. ISBN 978-1-872265-94-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-05. Diakses tanggal 2018-05-17. Gordon Emery, Curious Chester (1999) ISBN 1-872265-94-4
- Picard, Liza (2003). Elizabeth's London: Everyday Life in Elizabethan London. Weidenfeld & Nicolson. ISBN 0-297-60729-4.
- Brentano, Lujo (1969) [1870]. On the History and Development of Gilds and the Origin of Trade-Unions. Research & Source Works Series. Burt Frankin. ISBN 0833703684.
- Epstein, Steven A. (1991). Wage Labor and Guilds in Medieval Europe. UNC Press Books. ISBN 978-0-8078-4498-4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-05. Diakses tanggal 2018-05-17.
- Olson, Mancur (2008) [1982]. The Rise and Decline of Nations: Economic Growth, Stagflation, and Social Rigidities. Yale University Press. ISBN 978-0-300-15767-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-05. Diakses tanggal 2018-05-17.
- Gervase Rosser, The Art of Solidarity in the Middle Ages: Guilds in England 1250-1550, Oxford University Press, 2015, url:https://books.google.com.au/books?id=A0rTBgAAQBAJ&dq=consumption+%22Medieval+period%22&source=gbs_navlinks_s
Pranala luar
sunting- Gilda-gilda Abad Pertengahan Diarsipkan 2012-03-04 di Wayback Machine.
- Balai Penyantunan Sint Eloy Diarsipkan 2006-11-28 di Wayback Machine., balai gilda terakhir di Utrecht
- "Gilds". Encyclopædia Britannica (edisi ke-11). 1911.