Growol adalah penganan tradisional Jawa asal Kabupaten Kulon Progo, yang dibuat dari ketela atau singkong (ubi kayu).[1]

Infotaula de menjarGrowol
Asal
WilayahDaerah Istimewa Yogyakarta
Jawa Tengah
Jawa Timur
Negara asalIndonesia
PembuatKabupaten Kulon Progo

Growol merupakan produk singkong yang diolah dan difermentasi. Bentuknya menyerupai nasi dan sering dikonsumsi sebagai alternatif pengganti nasi, khususnya oleh masyarakat di Kabupaten Kulon Progo.[2]

Rasa penganan ini hambar dan sedikit gurih, sehingga biasa disajikan dengan sayur besengek, yakni sayur kuah yang terdiri dari tempe, daun melinjo, dan diberi sedikit santan. Terkadang juga bersama pentho (olahan kelapa muda dan telur) atau kethak yang merupakan olahan endapan minyak kelapa.[3]

Berdasarkan penelitan yang dilakukan oleh Suharni (1984), growol yang telah mengalami fermentasi alami ini menumbuhkan mikroba Coryneform, Streptococcus, Bacillus, Actinobacter yang kemudian diikuti oleh Lactobacillus dan yeast hingga akhir fermentasi.[4]

Sejarah

sunting

pada tahun 1814 dalam Serat Centhini Jilid V, Pupuh 349 Bait 25-29 diceritakan, makanan sayur besengek yang pada umumnya dihidangkan dengan nasi. Oleh masyarakat Kulon Progo, penyajiannya diubah menjadi dihidangkan bersama growol.[5]

Di masa lalu, makanan tradisional ini menjadi andalan bagi masyarakat desa di Kulon Progo untuk menghilangkan rasa lapar. Khususnya bagi para petani, growol dijadikan sebagai pengganti nasi saat mereka memanen padi di sawah atau saat terjadi musim paceklik (krisis pangan).[6]

Pembuatan

sunting

Cara membuat growol, pertama ketela atau singkong dikupas kulitnya. Kemudian, singkong yang sudah dikupas kulitnya, direndam selama tiga sampai empat hari berturut-turut di dalam bak besar. Untuk menghilangkan bau kecut setelah direndam, lalu singkong dicuci tujuh sampai sepuluh kali hingga bersih sambil dipisahkan dari serat-serat kasar. Selanjutnya dimasukan ke dalam karung atau bahan lain yang memungkinkan untuk ditekan agar kadar airnya berkurang. Setelah kadar airnya berkurang, kemudian di giling dan dikukus sampai matang. Lama pengukusan kurang lebih membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Proses terakhir, biasanya growol dicetak menggunakan ceting atau bakul dari bambu yang telah dibuat dengan dukuran khusus.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Pandu Hidayat. "Growol Khas Kulon Progo, Alternatif Makanan Pokok yang Baik untuk Kesehatan". goodnewsfromindonesia.id. Good News from Indonesia. 
  2. ^ Students of the Gastronomic Sciences at Pollenzo are collaborating with Slow Food to fill the Ark. "Growol". fondazioneslowfood.com. University of Gastronomic Sciences. 
  3. ^ Fransisca Shinta Maharini, Maria Amridjati, Sandeep Poddar. "Standardization of Growol processing and the effect of different processing processes on the potential of Growol as functional food". rjptonlind.org. Reasearch Journal of Pharmacy and Technology. 
  4. ^ "Growol Warisan Budaya Tak Benda". warisanbudaya.kemdikbud.id. Warisan Budaya Tak Benda Kemdikbud. 
  5. ^ Ricklefs, M. C.,. ""Centhini, Serat", in: Encyclopaedia of Islam". referenceworks.brillonline.com. Encyclopedia of Islam. Diakses tanggal 29 Januari 2024. 
  6. ^ "Revitalisasi dan Reaktualisasi Makanan Tradisional Jawa Dalam Serat Centhini" (PDF). staffnew.uny.ac.id. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. Diakses tanggal 29 Januari 2024.