Gondulphus Doeriat
Raden Gondulphus Doeriat,[a] awalnya bernama Rabekan, (15 Maret 1913 – 18 Juli 1998) adalah seorang politikus Partai Katolik. Ia menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari tahun 1956 hingga 1960, lalu kembali duduk di parlemen dari tahun 1968 hingga 1971. Setelah Partai Katolik melebur ke dalam Partai Demokrasi Indonesia (PDI), ia menjabat sebagai Ketua Umum PDI dari tahun 1976 hingga 1980, dan mewakili partai tersebut di Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dari tahun 1978 hingga 1983.
Gondulphus Doeriat | |
---|---|
Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat | |
Masa jabatan 1 Oktober 1972 – 1 Oktober 1977 | |
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat | |
Masa jabatan 13 Februari 1968 – 28 Oktober 1971 | |
Masa jabatan 14 Juni 1956 – 26 Juni 1960 | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Rabekan 15 Maret 1913 Ceper, Kesultanan Yogyakarta, Hindia Belanda |
Meninggal | 18 Juli 1998 Rotterdam, Belanda | (umur 85)
Kebangsaan | Indonesia |
Partai politik | Katolik (sampai 1973) PDI (sejak 1973) |
Suami/istri | Felicitas Siti Rabini
(m. 1937; meninggal 1996) |
Sunting kotak info • L • B |
Riwayat Hidup
suntingKehidupan awal
suntingDoeriat lahir pada tanggal 15 Maret 1913 di Dukuh Ceper (kini bagian dari Desa Wedomartani di Kabupaten Sleman). Ayahnya, Raden Gunowijoyo, adalah kepala desa setempat. Dia terlahir dengan nama Rabekan. Berdasarkan adat Jawa, namanya diubah menjadi Doeriat setelah sembuh dari penyakit yang ia derita saat masih kecil.[1] Doeriat menempuh pendidikan dasar di Sekolah Ongko Loro di Dukuh Tanjung (sekarang bagian dari Ngaglik), yang merupakan cabang dari Taman Siswa di Yogyakarta.[2] Setelah menyelesaikan kelas satu di sana, atas permintaannya, ia pindah ke Normaalschool di Muntilan.[3]
Saat menetap di Muntilan, terjadi sebuah wabah penyakit pes. Akibatnya, Doeriat harus kembali ke desanya dan dipindahkan oleh ayahnya ke sekolah lain.[4] Ia kemudian melanjutkan ke Hollandsche Indische Kweekschool dan lulus pada tahun 1934 [5]
Karir
suntingSetelah lulus HIK, ia diterima menjadi guru di Katholieke Kweekschool (Sekolah Guru Katolik) di Muntilan.[6] Ia dipindahkan dari sekolah tersebut ke Schakelschool di Sleman dan ditunjuk menjadi kepala sekolahnya. Selama berada di Sleman, ia menyewa sebuah indekos di Yogyakarta.[7] Namun, setelah menikah dengan Siti Rabini, orang tuanya membelikannya sebuah rumah di Jalan Pakuningratan yang dekat dengan Tugu Yogyakarta.[8]
Pada tahun 1939, setelah ditawari pekerjaan oleh temannya di Batavia, Doeriat pindah ke kota tersebut. Di sana, ia bergabung dengan Pakempalan Politik Katolik Djawi (disingkat PPKD, kelak menjadi Partai Katolik) dan menjadi sekretarisnya. Ia juga mengajar di HIS Van Lith di Batavia, dan bergabung dengan Kepanduan Katolik (Katholieke Padvindersbonden). [9]
Saat masa pendudukan Jepang, istri Doeriat diminta oleh ayahnya mengungsi ke rumahnya di Boyolali, sedangkan Doeriat tetap bertahan di Batavia.[10] Pada tanggal 8 Maret 1942, sekolah Van Lith ditutup paksa oleh tentara Jepang, sehingga Doeriat mengikuti istrinya ke Boyolali.[11]
Selama tinggal di Boyolali, ia bekerja sebagai sinder (pengawas) di perkebunan teh milik tentara Jepang di Desa Baros Tampir, Kabupaten Boyolali.[12]
Kehidupan beragama
suntingDoeriat awalnya beragama Islam. Kakeknya menunaikan ibadah haji pada tahun 1925.[1] Dia masuk Katolik ketika duduk di bangku kelas lima di Normaalschool Muntilan.[13]
Catatan
sunting- ^ Terkadang juga ditulis "Gondolphus Duriat".
Referensi
suntingDaftar pustaka
sunting- Suhendro, Eddy (1987), "Anak-Anak Jaman", Satya Historika, Jakarta: Idola Grafika Utama
- Parlaungan (1956), Hasil Rakjat Memilih Tokoh-tokoh Parlemen (Hasil Pemilihan Umum Pertama – 1955) di Republik Indonesia, Jakarta: C.V. Gita