Geografi Selandia Baru

Selandia Baru (Aotearoa) merupakan negara kepulauan yang terletak di Samudra Pasifik barat daya. Negara ini terdiri dari sejumlah besar pulau yang diperkirakan sekitar 700 pulau, dan sebagian besar sisa-sisa dari daratan yang lebih besar yang sekarang berada di bawah laut. Berdasarkan ukurannya, daratan tersebut dibagi menjadi dua yaitu Pulau Selatan (Te Waipounamu) dan Pulau Utara (Te Ika-a-Māui) yang dipisahkan oleh Selat Cook (Te Moana-o-Raukawa). Yang terbesar ketiga adalah Pulau Stewart yang terletak 30 kilometer (19 mil) di ujung Pulau Selatan di seberang Selat Foveaux, sedangkan pulau-pulau lainnya memiliki luas yang jauh lebih kecil. Tiga pulau terbesar itu membentang 1.600 kilometer (990 mil) melintasi garis lintang 35° hingga 47° selatan.[1]

Geografi Selandia Baru
KawasanOseania
Koordinat42°S 174°E / 42°S 174°E / -42; 174
WilayahPeringkat 75
268,680 km² (103,7 mil²)
97.9% daratan
2.1 % perairan
Perbatasan0 km
Titik tertinggiAoraki / Gunung Cook
3.724 m (12.218 ft)
Titik terendahDataran Taieri
−2 m
Sungai terpanjangSungai Waikato
425 km (264 mi)
Danau terbesarDanau Taupō
3.487 km2 (1.346 sq mi)

Pulau Selatan didominasi oleh Pegunungan Alpen Selatan sementara dataran tinggi vulkanis meliputi sebagian besar Pulau Utara bagian tengah. Suhu umumnya turun di bawah 0 °C (32 °F) dan naik di atas 30 °C (86 °F) kemudian kondisinya bervariasi dari basah dan dingin di pantai barat Pulau Selatan hingga kering dan kontinental di jarak yang dekat melintasi pegunungan dan hingga iklim seperti tundra di Deep South Southland.

Sekitar dua pertiga daratannya bermanfaat secara ekonomi, sedangkan sisanya berupa pegunungan. Pulau Utara adalah pulau terpadat dengan populasi mencapai 4 juta penduduk, dan Auckland sejauh ini merupakan wilayah metropolitan terbesar di negara ini berdasarkan jumlah penduduk dan wilayah perkotaan. Pulau Selatan adalah pulau terpadat kedua, dengan lebih dari 1,18 juta penduduk, tetapi secara geografis Pulau Selatan memiliki ukuran lebih besar daripada Pulau Utara.

Selandia Baru terletak di perbatasan lempeng Pasifik dan lempeng tektonik Australia, dan menjadikannya salah satu wilayah gempa dan gunung berapi paling aktif di dunia. Negara ini telah mengalami beberapa gempa bumi dahsyat sepanjang sejarahnya.

Daratan utama Selandia Baru terletak sekitar 2.000 kilometer (1.200 mil) di sebelah timur daratan utama Australia di seberang Laut Tasman, tetangga terdekat dengan pulau-pulau utamanya adalah Pulau Norfolk (Australia) sekitar 750 kilometer (470 mil) di sebelah barat laut. Kelompok pulau lainnya di sebelah utara adalah Kaledonia Baru, Tonga dan Fiji. Selandia Baru adalah negara paling selatan di Oseania, sehingga kedekatan Selandia Baru dengan Antartika telah menjadikan Pulau Selatan sebagai pintu gerbang utama bagi ekspedisi ilmiah ke benua tersebut.

Geografi fisik

sunting
 
Angin kencang di Selat Cook menghasilkan gelombang tinggi yang mengikis pantai, seperti yang ditunjukkan pada gambar ini

Gambaran Umum

sunting
 
Peta relief beranotasi

Selandia Baru terletak di Samudra Pasifik Selatan pada 41°S 174°E / 41°S 174°E / -41; 174, dekat pusat belahan air.[2] Selandia Baru adalah negara yang panjang dan sempit, membentang 1.600 kilometer (990 mi) sepanjang sumbu utara-timur laut dengan lebar maksimum 400 kilometer (250 mi).[3] Luas daratan 268.680 km2 (103.740 sq mi) menjadikannya negara kepulauan terbesar keenam.[4] Selandia Baru terdiri dari sejumlah besar pulau yang diperkirakan sekitar 600 pulau.[5] Kepulauan ini memiliki 15.134 km (9.404 mi) garis pantai dan sumber daya laut yang luas. Selandia Baru mengklaim zona ekonomi eksklusif terbesar kesembilan di dunia, meliputi 4.083.744 km2 (1.576.742 sq mi), lebih dari 15 kali luas daratannya.[6]

Pulau Selatan adalah daratan terbesar di Selandia Baru dan merupakan pulau terbesar ke-12 di dunia. Sepanjang pulau ini di bagi oleh Pegunungan Alpen Selatan. Sisi timur pulau ini memiliki Dataran Canterbury sementara Pantai Barat terkenal dengan garis pantainya yang kasar, curah hujan yang tinggi, proporsi semak belukar (hutan) asli yang sangat tinggi, dan gletser.[7]

Pulau Utara adalah pulau terbesar kedua, dan terbesar ke-14 di dunia. Pulau ini dipisahkan dari Pulau Selatan oleh Selat Cook dengan jarak terpendeknya adalah 23 kilometer (14 mi).[8][9] Pulau Utara tidak terlalu bergunung-gunung dibandingkan Pulau Selatan,[7] meskipun serangkaian pegunungan sempit membentuk sabuk di timur laut yang menjulang hingga 1.700 meter (5.600 ft). Sebagian besar hutan yang masih ada terletak di pulau ini, dan di daerah pegunungan dan perbukitan lainnya.[10]

Selain Pulau Utara dan Selatan, lima pulau berpenghuni terbesar adalah Pulau Stewart / Rakiura (30 kilometer (19 mi) di sebelah selatan Pulau Selatan), Pulau Chatham (Māori Wharekauri atau Rēkohu dalam Moriori) (sekitar 800 kilometer (500 mi) di sebelah timur Pulau Selatan),[11] Pulau Penghalang Besar (di Teluk Hauraki),[12] Rangitoto ki te Tonga / Pulau D'Urville (di Marlborough Sounds)[13] dan Pulau Waiheke (sekitar 22 km (14 mi) dari pusat Auckland).[14]

Titik-titik ekstrem

sunting
 
Pulau Forty-Fours dilihat dari utara; pulau paling kiri merupakan titik paling timur Selandia Baru.

Frasa "Dari Tanjung Reinga ke Tebing" kerap digunakan di Selandia Baru untuk merujuk pada luas keseluruhan negeri tersebut.[15] Tanjung Reinga / Te Rerenga Wairua adalah ujung paling barat laut dari Semenanjung Aupōuri di ujung utara Pulau Utara. Bluff adalah pelabuhan Invercargill yang terletak di dekat ujung selatan Pulau Selatan, di bawah Paralel selatan ke-46. Namun, titik-titik ekstrem Selandia Baru sebenarnya terletak di beberapa pulau-pulau terpencil.[16]

Antipoda

sunting
 
Selandia Baru adalah Antipode ke titik-titik di Atlantik Utara, Semenanjung Iberia, dan Maroko.

Selandia Baru sebagian besar merupakan antipodal dari Semenanjung Iberia di Eropa.[17] Bagian utara Pulau Selatan berbatasan dengan Galicia dan Portugal utara.[17][butuh sumber yang lebih baik] Sebagian besar Pulau Utara berbatasan dengan Spanyol tengah dan selatan, dari Valladolid (berseberangan dengan titik selatan Pulau Utara, Tanjung Palliser), melalui Madrid dan Toledo hingga Cordoba (tepat di antipodal ke Hamilton), Lorca (berseberangan dengan Tanjung Timur), Málaga (Tanjung Colville), dan Gibraltar. Bagian dari Semenanjung Northland berbatasan dengan Maroko, dengan Whangārei hampir berhimpitan dengan Tangier. Antipoda Kepulauan Chatham terletak di Prancis, tepat di utara kota Montpellier.[17] Kepulauan Antipodes diberi nama berdasarkan posisi antipodalnya terhadap Britania Raya; meskipun merupakan daratan terdekat dengan antipoda Britania Raya yang sebenarnya, lokasinya 49°41′S 178°48′E tepat antipodal ke suatu titik beberapa kilometer di sebelah timur Cherbourg di pantai utara Prancis.[18]

Geologi

sunting
 
 
Topografi Zealandia, benua yang tenggelam, dan dua lempeng tektonik

Selandia Baru merupakan bagian dari Zealandia yang merupakan sebuah Benua Mikro yang luasnya hampir setengah dari Australia yang secara bertahap tenggelam setelah terpisah dari superbenua Gondwana.[19] Zealandia membentang cukup jauh ke timur hingga Samudra Pasifik dan ke selatan menuju Antartika, dan juga membentang ke arah Australia di barat laut. Benua yang terendam ini dihiasi dengan topografi dataran tinggi yang terkadang membentuk pulau. Beberapa di antaranya seperti pulau utama (Utara dan Selatan), Pulau Stewart, Kaledonia Baru, dan Kepulauan Chatham. Pulau-pulau kecil lainnya merupakan suaka ekologi dengan akses yang dikontrol dengan cermat.

 
Teluk berlekuk yang membelah pantai utara dan barat Danau Taupō merupakan ciri khas tepian kaldera vulkanik yang besar. Kaldera yang mengelilinginya terbentuk selama Letusan Oruanui yang dahsyat.

Daratan Selandia Baru terangkat akibat adanya transpresi tektonik antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Lempeng Pasifik (kedua lempeng ini bergesekan dengan salah satu lempeng bergerak ke atas dan di atas lempeng lainnya),[20] inilah penyebab banyaknya gempa bumi di Selandia Baru.[21] Di sebelah timur Pulau Utara, lempeng Pasifik dipaksa masuk ke bawah lempeng Indo-Australia. Pulau Utara Selandia Baru mengalami aktifitas vulkanik busur belakang yang meluas sebagai akibat dari subduksi ini. Ada banyak gunung berapi besar dengan letusan yang relatif sering terjadi. Ada juga beberapa kaldera yang sangat besar, dengan yang paling jelas membentuk Danau Taupō. Taupō memiliki sejarah letusan yang sangat kuat, dengan Letusan Oruanui approx. 26.500 tahun yang lalu dengan mengeluarkan 1.170 kilometer kubik (280 mil kubik) material dan menyebabkan keruntuhan ke bawah seluas beberapa ratus kilometer persegi untuk membentuk danau.[22] Letusan Hatepe terjadi sekitar tahun 180 M dan menyemburkan material seberat 100 kilometer kubik (24 mil kubik), serta dikaitkan dengan langit berwarna merah yang terlihat pada masa itu di Roma dan Tiongkok.[23] Energi panas bumi yang terkait dari daerah vulkanik ini digunakan dalam banyak pembangkit listrik tenaga hidrotermal.[24] Beberapa tempat vulkanik juga merupakan tujuan wisata terkenal, seperti geyser Rotorua.[25]

Melalui Pulau Selatan arah subduksi terbalik dengan lempeng Indo-Australia dipaksa berada di bawah lempeng Pasifik. Transisi antara dua gaya tabrakan benua yang berbeda ini terjadi melalui bagian atas Pulau Selatan. Daerah ini memiliki pengangkatan yang signifikan dan banyak patahan aktif sehingga gempa bumi besar sering terjadi di sini. Yang paling kuat dalam sejarah adalah gempa bumi Wairarapa M8,3, terjadi pada tahun 1855. Gempa bumi ini menghasilkan pengangkatan vertikal lebih dari 6 meter (20 ft) di beberapa tempat, dan menyebabkan tsunami lokal. Untungnya korban jiwa rendah karena permukiman yang jarang di wilayah tersebut. Pada tahun 2013, daerah tersebut diguncang oleh gempa bumi Seddon M6,5, tetapi ini menyebabkan sedikit kerusakan dan tidak ada cedera.[26]

Pengangkatan cepat dan tingkat erosi yang tinggi di Pegunungan Alpen Selatan berpadu untuk mengekspos batuan sekis hijau bermutu tinggi ke batuan fasies amfibolit, termasuk batu permata pounamu. Ahli geologi yang mengunjungi Pantai Barat dapat dengan mudah mengakses batuan metamorf dan mylonit bermutu tinggi yang terkait dengan Sesar Alpen, dan di tempat-tempat tertentu dapat berdiri di atas jejak sesar batas lempeng yang aktif.[27] Pulau Selatan juga memiliki dua ladang emas utama di Otago dan Pantai Barat.[28]

 
Fiordland didominasi oleh lembah curam yang diukir oleh gletser.

Di sebelah selatan Selandia Baru, lempeng Indo-Australia menunjam di bawah lempeng Pasifik, dan mulai menghasilkan aktifitas vulkanisme busur belakang. Vulkanisme termuda (secara geologis) di Pulau Selatan terjadi di wilayah ini yang kemudian membentuk Kepulauan Solander (berusia <2 juta tahun).[29]

Geografi manusia

sunting
 Galat Lua: .Galat Lua: .Galat Lua: .Galat Lua: .Galat Lua: .Galat Lua: .Galat Lua: .Galat Lua: .Galat Lua: .Galat Lua: .Galat Lua: .Galat Lua: .Galat Lua: .Galat Lua: .Galat Lua: .Galat Lua: .Galat Lua: .Galat Lua: .Galat Lua: .Galat Lua: .Galat Lua: .Galat Lua: .Galat Lua: .
Peta beranotasi yang menampilkan batas wilayah, wilayah perkotaan besar, dan fitur geografis

Geografi politik

sunting

Selandia Baru tidak memiliki perbatasan darat,[30] tetapi klaimnya di Antarktika yaitu Dependensi Ross, secara konseptual berbatasan dengan Wilayah Antarktika Australia di sebelah barat dan wilayah yang tidak diklaim di sebelah timur. Sebagian besar negara lain tidak mengakui Klaim wilayah di Antarktika.[31]

Selandia Baru proper secara administratif dibagi menjadi enam belas wilayah: tujuh di Pulau Selatan dan sembilan di Utara.[32] Terdapat hubungan geografis fisik dengan batas-batas regional yang sebagian besar didasarkan pada daerah aliran sungai.[33] Di antara wilayah-wilayah tersebut, sebelas wilayah dikelola oleh otoritas regional (tingkat atas pemerintahan daerah), sementara lima wilayahnya adalah Otoritas kesatuan yang menggabungkan fungsi otoritas regional dan otoritas teritorial (tingkat kedua). Otoritas regional bertanggung jawab atas pengelolaan sumber daya lingkungan, pengelolaan lahan, transportasi regional, keamanan hayati, dan pengelolaan hama. Otoritas teritorial kemudian mengelola jalan dan cagar alam lokal, pengelolaan limbah, izin bangunan, aspek penggunaan lahan dan pembagian sumber daya, dan masalah lokal lainnya.

Kepulauan Chatham bukan merupakan sebuah kawasan, meskipun dewannya beroperasi sebagai kawasan berdasarkan Undang-Undang Pengelolaan Sumber Daya 1991. Ada sejumlah pulau terluar Selandia Baru yang tidak termasuk dalam batas kawasan. Kepulauan Kermadec dan Kepulauan Subantartika Selandia Baru hanya dihuni oleh sejumlah kecil staf Departemen Konservasi Selandia Baru.[34]

Geografi pertanian

sunting

Lahan di Selandia Baru terbilang relatif kecil karena hanya memiliki tanah subur sebesar 1,76 persen, dengan tanaman permanen menutupi 0,27 persen lahan, dan sebanyak 7.210 kilometer persegi (2.780 sq mi) lahan merupakan wilayah irigasi.[30] Selandia Baru sebagai pengekspor domba terbesar di dunia, industri pertanian Selandia Baru kemudian berfokus pada sektor peternakan, khususnya sapi perah dan sapi potong, serta domba, dan secara khusus sapi perah menjadi ekspor utama.[35] Selain pertanian, komoditi keautan di Selandia Baru juga memiliki beberapa setor seperti pemanenan kerang, tiram, dan salmon, sementara petani hortikultura menanam buah kiwi, buah persik, nektarin, dan buah-buahan lainnya.[36]

Bahaya alam

sunting

Banjir merupakan bencana alam yang paling sering terjadi,[37] karena Selandia Baru dilanda sistem cuaca yang membawa hujan lebat dengan pemukiman biasanya dekat dengan daerah perbukitan yang mengalami curah hujan jauh lebih tinggi daripada dataran rendah karena efek orografis. Aliran sungai pegunungan yang mengaliri sungai-sungai besar naik dengan cepat dan sering kali meluap sehingga menutupi lahan pertanian dengan air dan lumpur.[38] Akibat banjir tersebut, sehingga dilakukan pemantauan ketat, prakiraan cuaca, membuat bendungan, dan program penghijauan kembali di daerah perbukitan telah memperbaiki dampak terburuknya.[39]

Selandia Baru mengalami sekitar 14.000 gempa bumi setiap tahunnya,[40] dengan beberapa gempa bumi yang terjadi dapat melebihi 7 magnitudo (M7). Sejak tahun 2010, beberapa gempa bumi besar (M7, M6.3, M6.4, M6.2) dan dangkal (semuanya memiliki kedalaman <7 km) telah terjadi tepat di bawah Christchurch.[41] Bencana ini mengakibatkan 185 kematian, kerusakan bangunan yang luas, dan likuifaksi yang signifikan.[42] Gempa bumi ini melepaskan tekanan terdistribusi di lempeng Pasifik dari tabrakan yang sedang berlangsung dengan lempeng Indo-Australia di sebelah barat dan utara kota. Aktivitas vulkanik paling sering terjadi di Dataran Tinggi Vulkanik Pulau Utara bagian tengah.[43]

Lingkungan dan ekologi

sunting
 
Tanda polusi air di Sungai Waimakariri

Geografi Selandia Baru terisolasi selama 80 juta tahun[44] sehingga distribusi spesies dan ekosistem memengaruhi evolusi hewan, jamur, dan tanaman di negara ini. Isolasi fisik tidak menyebabkan isolasi biologis, dan hal ini menghasilkan ekologi evolusi yang dinamis dengan contoh-contoh tanaman dan hewan yang sangat khas serta populasi spesies yang tersebar luas.[45][46] Diketahui telah terjadi penyebaran kehidupan tanaman jarak jauh antara daratan Australia dan Selandia Baru meskipun jaraknya 2.000 km (1.200 mi).[47] Hutan asli yang di isi pohon cemara seperti kauri raksasa dan beech selatan mendominasi di Selandia Baru.[48] Negara ini juga memiliki beragam jenis burung, beberapa di antaranya merupakan burung yang tidak bisa terbang seperti kiwi (simbol nasional), kākāpō, takahē dan weka,[49] dan beberapa spesies penguin.[50]

Banyak spesies burung di Selandia Baru, termasuk Moa raksasa yang punah setelah kedatangan Orang Polinesia yang membawa anjing dan tikus, dan orang Eropa yang memperkenalkan spesies anjing dan tikus tambahan, serta kucing, babi, dan musang.[51] Flora dan fauna asli terus terdampak parah oleh spesies invasif. Para ahli konservasi Selandia Baru telah mempelopori beberapa metode untuk membantu satwa liar yang terancam, termasuk suaka pulau, pengendalian hama, translokasi satwa liar, pengasuhan, pemulihan ekosistem pulau, dan area terpilih lainnya.[52]

Penggundulan hutan besar-besaran di Selandia Baru terjadi setelah manusia tiba[53] dengan sekitar setengah tutupan hutan hilang akibat kebakaran setelah pemukim Polinesia tiba.[54] Sebagian besar hutan yang tersisa tumbang setelah pemukim Eropa datang, pohon ditebang dan dibuka untuk memberi ruang bagi pertanian dan penggembalaan, sehingga hutan hanya menempati 23% dari lahan.[55] Selandia Baru memiliki skor rata-rata Indeks Integritas Bentang Alam Hutan tahun 2019 sebesar 7,12/10, yang menempatkannya pada peringkat ke-55 secara global dari 172 negara.[56]

Polusi khususnya polusi air merupakan salah satu masalah lingkungan paling signifikan di Selandia Baru. Kualitas air tawar mengalami penurunan akibat pertanian, pemanfaatan tenaga air, pembangunan perkotaan, serangan hama, dan perubahan iklim,[57] meskipun sebagian besar limbah rumah tangga dan industri di negara ini kini semakin banyak disaring dan terkadang didaur ulang.

Pemandangan dari The Remarkables dekat Queenstown, Otago, Pulau Selatan

Kawasan yang dilindungi

sunting

Beberapa wilayah daratan, laut, sungai, atau danau merupakan kawasan yang dilindungi oleh undang-undang, sehingga tumbuhan, hewan, bentuk lahan, dan fitur khas lainnya terlindungi dari kerusakan. Selandia Baru memiliki tiga Situs Warisan Dunia,[58] 13 taman nasional, 34 cagar alam laut, dan ribuan cagar alam indah, bersejarah, rekreasi, dan lainnya.[59] Departemen Konservasi bertanggung jawab untuk mengelola 8,5 juta hektar lahan publik (sekitar 30% dari total luas daratan Selandia Baru).[60]

Perjanjian lingkungan hidup

sunting

Selandia Baru merupakan pihak dalam beberapa perjanjian lingkungan hidup multilateral.[61] Perjanjian utama tercantum di bawah ini.

Lihat juga

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Walrond, Carl (8 February 2005). "Natural environment – Geography and geology". Te Ara: The Encyclopedia of New Zealand. Diakses tanggal 17 February 2019. 
  2. ^ Hobbs, Joseph J. (2008). World Regional Geography. Cengage Learning. hlm. 9. ISBN 978-0495389507. Diakses tanggal 16 August 2017. 
  3. ^ McKenzie, D. W. (1987). Heinemann New Zealand atlas. Heinemann Publishers. ISBN 978-0-7900-0187-6. 
  4. ^ "Island Countries of the World". WorldAtlas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 December 2017. Diakses tanggal 10 August 2019. 
  5. ^ McSaveney, Eileen (24 September 2007). "Nearshore islands". Te Ara: The Encyclopedia of New Zealand. 
  6. ^ Ministry for the Environment. 2005. Offshore Options: Managing Environmental Effects in New Zealand's Exclusive Economic Zone. Introduction Diarsipkan 5 November 2013 di Wayback Machine.
  7. ^ a b McSaveney, Eileen. "Landscapes – overview". Te Ara: The Encyclopedia of New Zealand. Diakses tanggal 11 June 2018. 
  8. ^ McLintock, A. H., ed. (1966). "Cook Strait – The Sea Floor". An Encyclopaedia of New Zealand. Diakses tanggal 11 October 2020. 
  9. ^ Editors of Encyclopaedia Britannica . "Cook Strait, New Zealand". Encyclopædia Britannica. Diakses tanggal 9 October 2018. 
  10. ^ Walrond, Carl (February 2005). "Natural environment – The bush and its plants". Te Ara: The Encyclopedia of New Zealand. Diakses tanggal 15 August 2017. 
  11. ^ Richards, Rhys (12 September 2012). "Chatham Islands". Te Ara: The Encyclopedia of New Zealand. Diakses tanggal 23 May 2019. They are to the east of New Zealand – 862 kilometres from Christchurch but only 772 kilometres from Napier. 
  12. ^ "Hauraki Gulf islands". Auckland City Council. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 December 2010. Diakses tanggal 13 January 2011. 
  13. ^ Hindmarsh (2006). "Discovering D'Urville". Heritage New Zealand. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 May 2011. Diakses tanggal 13 January 2011. 
  14. ^ "Distance tables". Auckland Coastguard. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 January 2011. Diakses tanggal 2 March 2011. 
  15. ^ Bennett, Joe (2005). A Land of Two-Halves. Simon and Schuster. hlm. 59. ISBN 9780743263573. 
  16. ^ "The Extreme Points of New Zealand". WorldAtlas. 29 March 2018. Diakses tanggal 11 June 2018. 
  17. ^ a b c "Antipodes Map – Tunnel to the other side of the world". antipodesmap.com. Diakses tanggal 16 August 2017. 
  18. ^ "Antipodes Islands". Twelve Mile Circle. Diakses tanggal 6 January 2011. 
  19. ^ Wallis, G. P.; Trewick, S. A. (2009). "New Zealand phylogeography: evolution on a small continent". Molecular Ecology. 18 (17): 3548–3580. doi:10.1111/j.1365-294X.2009.04294.x . PMID 19674312. 
  20. ^ Lewis, Keith; Nodder, Scott; Carter, Lionel (March 2009). "Sea floor geology – Active plate boundaries". Te Ara: The Encyclopedia of New Zealand. Diakses tanggal 14 August 2017. 
  21. ^ "Tectonic Uplift". gns.cri.nz. GNS Science. Diakses tanggal 6 November 2021. 
  22. ^ "The Power of Taupo". nzgeo.com. New Zealand Geographic. Diakses tanggal 15 August 2017. 
  23. ^ Wilson, C. J. N.; Ambraseys, N. N.; Bradley, J.; Walker, G. P. L. (1980). "A new date for the Taupo eruption, New Zealand". Nature. 288 (5788): 252–253. Bibcode:1980Natur.288..252W. doi:10.1038/288252a0. 
  24. ^ Hall, Matthew (2004) Existing and Potential Geothermal Resource for Electricity Generation. Ministry for Economic Development. Diarsipkan 27 September 2007 di Wayback Machine..
  25. ^ "Rotorua Geothermal Sites – Geothermal Sites in Rotorua New Zealand". New Zealand on the Web. Diakses tanggal 15 August 2017. 
  26. ^ "M 6.5 Cook Strait Sun, Jul 21 2013". GeoNet. Diakses tanggal 15 August 2017. A magnitude 6.5 earthquake occurred 20 km east of Seddon, New Zealand on Sun Jul 21 2013 5:09 PM 
  27. ^ Cooper, A. F. (1 October 1972). "Progressive Metamorphism of Metabasic Rocks from the Haast Schist Group of Southern New Zealand". Journal of Petrology. 13 (3): 457–492. Bibcode:1972JPet...13..457C. doi:10.1093/petrology/13.3.457. 
  28. ^ "New Zealand's goldfields". Te Ara: The Encyclopedia of New Zealand. 12 June 2006. Diakses tanggal 21 April 2022. 
  29. ^ Harrington, H. J.; Wood, B. L. (1958). "Quaternary andesitic volcanism at the Solander Islands". New Zealand Journal of Geology and Geophysics. 1 (3): 419–431. doi:10.1080/00288306.1958.10422772 . ISSN 0028-8306. 
  30. ^ a b "New Zealand". The World Factbook. Central Intelligence Agency. 2015. hlm. 537–542. ISBN 9780160925535. 
  31. ^ "Who owns Antarctica?". Australian Department of the Environment and Energy. 8 September 2017. Diakses tanggal 10 October 2018. 
  32. ^ "New Zealand – A regional profile". Statistics New Zealand. Diakses tanggal 15 August 2017. 
  33. ^ OECD Territorial Reviews OECD Territorial Reviews: The Metropolitan Region of Rotterdam-The Hague, Netherlands. OECD Publishing. 2016. hlm. 169. ISBN 9789264249387. 
  34. ^ "NZ Outlying Islands Regional Information & Travel Information". tourism.net.nz. New Zealand Tourism Guide. Diakses tanggal 23 August 2017. 
  35. ^ "Working in Dairy Farming | Guide for Migrants | New Zealand Now". newzealandnow.govt.nz. Diakses tanggal 22 November 2018. 
  36. ^ "Not just sheep! All about farming in New Zealand". newzealand.com. Tourism New Zealand. Diakses tanggal 13 November 2018. 
  37. ^ McSaveney, Eileen (1 August 2017). "Floods – New Zealand's number one hazard". Te Ara: The Encyclopedia of New Zealand. Diakses tanggal 16 August 2017. 
  38. ^ "Causes of flooding". Environment Canterbury. Diakses tanggal 23 March 2020. 
  39. ^ McSaveney, Eileen (1 August 2017). "Floods – New Zealand's number one hazard". Te Ara: The Encyclopedia of New Zealand. Diakses tanggal 23 March 2020. 
  40. ^ Radio NZ news Diarsipkan 27 January 2012 di Wayback Machine. report on 2007 Gisborne earthquake
  41. ^ Nicholls, Paul. "Christchurch Quake Map – Earthquakes since September 4 2010". christchurchquakemap.co.nz. Diakses tanggal 15 August 2017. 
  42. ^ "Christchurch earthquake kills 185: 22 February 2011". Ministry for Culture and Heritage. 12 April 2017. Diakses tanggal 15 August 2017. 
  43. ^ "Volcanoes – Pacific Ring of Fire". Te Ara: The Encyclopedia of New Zealand. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 June 2018. Diakses tanggal 11 June 2018. 
  44. ^ Cooper, R.; Millener, P. (1993). "The New Zealand biota: Historical background and new research". Trends in Ecology & Evolution. 8 (12): 429–33. doi:10.1016/0169-5347(93)90004-9. PMID 21236222. 
  45. ^ Trewick SA, Morgan-Richards M. 2014. New Zealand Wild Life. Penguin, New Zealand. ISBN 9780143568896
  46. ^ Lindsey, Terence; Morris, Rod (2000). Collins Field Guide to New Zealand Wildlife. HarperCollins (New Zealand) Limited. hlm. 14. ISBN 978-1-86950-300-0. 
  47. ^ Cox, C. Barry; Moore, Peter D.; Ladle, Richard (2016). Biogeography: An Ecological and Evolutionary Approach. John Wiley & Sons. hlm. 238. ISBN 9781118968581. 
  48. ^ Orwin, Joanna (24 September 2007). "Kauri forest". Te Ara: The Encyclopedia of New Zealand. Diakses tanggal 16 June 2022. 
  49. ^ Wilson, Kerry-Jayne (24 September 2007). "Land birds – overview". Te Ara: The Encyclopedia of New Zealand. Diakses tanggal 16 August 2017. 
  50. ^ "Penguins". doc.govt.nz. New Zealand Department of Conservation. Diakses tanggal 16 August 2017. 
  51. ^ Holdaway, Richard (24 September 2007). "Extinctions – New Zealand extinctions since human arrival". Te Ara: The Encyclopedia of New Zealand. Diakses tanggal 16 August 2017. 
  52. ^ Jones, Carl (2002). "Reptiles and Amphibians". Dalam Perrow, Martin; Davy, Anthony. Handbook of ecological restoration: Principles of Restoration. 2. Cambridge University Press. hlm. 362. ISBN 978-0-521-79128-1. 
  53. ^ Swarbrick, Nancy (24 September 2007). "Logging native forests'". Te Ara: The Encyclopedia of New Zealand. Diakses tanggal 16 August 2017. 
  54. ^ McGlone, M.S. (1989). "The Polynesian settlement of New Zealand in relation to environmental and biotic changes" (PDF). New Zealand Journal of Ecology. 12(S): 115–129. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 17 July 2014. 
  55. ^ Taylor, R. and Smith, I. (1997). The state of New Zealand's environment 1997 Diarsipkan 22 January 2015 di Wayback Machine.. Ministry for the Environment, Wellington.
  56. ^ Grantham, H. S.; et al. (2020). "Anthropogenic modification of forests means only 40% of remaining forests have high ecosystem integrity – Supplementary Material". Nature Communications. 11 (1): 5978. Bibcode:2020NatCo..11.5978G. doi:10.1038/s41467-020-19493-3 . ISSN 2041-1723. PMC 7723057 . PMID 33293507 Periksa nilai |pmid= (bantuan). 
  57. ^ Gluckman, Sir Peter (12 April 2017). "New Zealand's Fresh Waters" (PDF). Prime Minister's Chief Science Advisor. 
  58. ^ "New Zealand". whc.unesco.org. UNESCO World Heritage Centre. Diakses tanggal 23 August 2017. 
  59. ^ Molloy, Les (September 2015). "Protected areas". Te Ara: The Encyclopedia of New Zealand. Diakses tanggal 23 August 2017. 
  60. ^ "New Zealand – Country Profile". Convention on Biological Diversity. United Nations. Diakses tanggal 23 August 2017. 
  61. ^ "Multilateral environmental agreements". mfe.govt.nz. Ministry for the Environment. Diakses tanggal 24 August 2017. 

Pranala luar

sunting

  Artikel ini berisi bahan berstatus domain umum dari situs web atau dokumen CIA World Factbook.