Gempa bumi antarlempeng
Gempa bumi antarlempeng atau gempa bumi lintas lempeng adalah sebuah gempa bumi yang terjadi di batas antara dua lempeng tektonik. Gempa bumi jenis ini menyumbang lebih dari 90 persen dari total energi seismik yang diluncurkan di seluruh dunia.[1] Jika satu lempeng sedang mencoba untuk bergerak melewati yang lain, mereka akan terkunci sampai tekanan energi yang cukup menumpuk menyebabkan lempeng untuk relatif lepas terhadap satu sama lain. Proses pelepasan menciptakan gempa bumi dengan deformasi tanah dan mengakibatkan gelombang seismik yang mengadakan perjalanan di muka bumi dan di sepanjang permukaan bumi. Gerak lempeng relatif dapat menjadi lateral seperti di sepanjang batas pergeseran sesar atau vertikal jika sepanjang batas subduksi konvergen atau celah pada batas divergen. Di batas subduksi, gerak tercipta karena salah satu lempeng terlepas di bawah lempeng lain yang mengakibatkan dorongan antarlempeng atau gempa berdorongan besar yang merupakan gempa bumi yang paling kuat.
Beberapa daerah di dunia yang sangat rentan terhadap peristiwa tersebut mencakup pantai barat Amerika Utara (terutama di California dan Alaska), timur laut wilayah Mediterania (pada khususnya Yunani, Italia, dan Turki), Iran, Selandia Baru, Indonesia, India, Jepang, dan sebagian dari Tiongkok.
Gempa bumi antarlempeng berbeda dengan gempa intralempeng dalam intensitas titik tekanan yang terjadi setelah gempa. Gempa intralempeng, rata-rata memiliki lebih titik tekanan lebih tinggi dari gempa antarlempeng. Gempa antarlempeng juga berbeda secara mendasar dari gempa intralempeng dalam cara tekanan energi dilepaskan dan pulih. Sebuah gempa bumi antarlempeng mengakibatkan tekanan langsung turun di sepanjang sesar. Berikut ini adalah periode pemulihan tekanan pascaseismik. Pemulihan ini terjadi dengan cepat dalam beberapa dekade pertama setelah pecah dan karena pemuatan tektonik dan relaksasi kental dalam kerak yang lebih rendah. Hal ini menghasilkan pemindahan tekanan ke atas kerak. Kemudian, peningkatan masa tekanan stabil terjadi karena pemuatan tektonik.
Lihat pula
suntingReferensi
sunting- ^ Bolt, Bruce (August 2005), Earthquakes: 2006 Centennial Update – The 1906 Big One (edisi ke-Fifth), W. H. Freeman and Company, hlm. 150, ISBN 978-0716775485