Filolaos

ahli perbintangan dan filsuf Pythagoreanisme Yunani (k.470–c.385 SM)

Filolaos adalah seorang filsuf yang termasuk ke dalam Mazhab Phytagoras.[1] Selain sebagai filsuf, ia juga dikenal sebagai dokter dan juga penulis.[2] Ia adalah filsuf pertama dari Mazhab Phytagoras yang mengeluarkan karya tertulis.[3][4]

Ilustrasi Abad Pertengahan yang menggambarkan Pythagoras and Filolaos yang sedang menyelidiki musik

Namanya disebut-sebut di dalam koleksi-koleksi teori medis sejak awal abad ke-5 SM.[2] Selain itu, terdapat keterangan tentang dirinya dari sebuah papirus yang terdapat di British Museum.[2] Hanya ada sedikit fragmen dari tulisannya yang masih tersimpan hingga kini.[3] Salah satu karyanya yang terkenal adalah "Perihal Alam" (On Nature).[1]

Riwayat Hidup

sunting

Filolaos berasal dari Kroton.[1] Ia lahir sekitar tahun 470 SM.[1] Setelah sekolah mazhab Phytagoras di Kroton hancur dan anggotanya tercerai-berai, ia pergi dan menetap di Thebes.[1][2][5] Kemudian ia pergi lagi dan menetap di Targentum.[2][5] Kedua murid Sokrates yang mendampingi saat-saat terakhirnya, diketahui juga sebagai murid Filolaos.[1][2]

Pemikiran

sunting

Tentang Yang Terbatas dan Yang Tak Terbatas

sunting

Filolaos menyatakan bahwa ada dua prinsip di dalam segala yang ada.[3][5] Kedua prinsip tersebut disebutnya "yang terbatas" dan "yang tak terbatas".[1][4][5] Walau berbeda, keduanya dipersatukan oleh "keteraturan".[1][3][4][5] Dengan demikian, segala sesuatu berasal dari elemen-elemen berbeda yang dipersatukan oleh "keteraturan" tersebut.[1]

Selain itu, segala sesuatu yang ada juga dapat dikenal dengan angka-angka.[3] Alasannya adalah bahwa bila segala sesuatu yang ada terbatas, maka ia dapat dipisahkan satu dengan yang lain.[3] Bila sesuatu dapat dipisah-pisahkan, berarti sesuatu itu akan selalu dapat dihitung.[3] Karena itu, segala "yang terbatas" yang manusia ketahui selalu akan dapat dihitung.[3]

Tentang Alam Semesta

sunting

Mengenai alam semesta, Filolaos berpendapat bahwa hal pertama yang menjadi "teratur" adalah apa yang disebut "tungku api". "Tungku api" ini terletak di pusat alam semesta.[1][4] Dengan demikian, alam semesta dipandang sebagai suatu kesatuan.[1] Ke-ada-an dimulai dari pusatnya, "tungku api", lalu mengembang ke segala arah.[1] Filolaos berpendapat bahwa "tungku api" ini merupakan dunia dewa-dewi.[1] Kemudian di sekelilingnya terdapat langit, matahari, bulan, bumi, dan benda-benda lain yang terbentuk dari api yang bersumber dari "tungku api".[1]

Tentang Manusia

sunting

Ada empat prinsip dari manusia, yakni otak, jantung, pusar, dan alat kelamin.[1] Kepala adalah tempat berpikir.[1] Jantung adalah tempat jiwa dan tempat merasakan segala sesuatu.[1] Pusar adalah tempat pertumbuhan awal manusia.[1] Alat kelamin adalah tempat benih kehidupan dan perkembang-biakan manusia.[1] Otak adalah inti dari manusia yang membedakannya dengan makhluk hidup lain.[1]

Tentang Penyakit

sunting

Menurut Filolaos, penyakit disebabkan oleh empedu, darah, dan lendir.[1] Ketiga unsur itu adalah prinsip dari segala penyakit.[1][2] Ia mengatakan bahwa darah menggumpal ketika daging di dalam tubuh semakin padat.[1] Sedangkan darah akan menjadi lebih cair ketika pembuluh darah bercabang.[1] Lendir merupakan persenyawaan air hujan.[1] Kemudian empedu dianggap sebagai cairan dari daging.[1] Penyakit muncul ketika terjadi situasi yang terlalu dingin atau terlalu panas terhadap ketiga zat tersebut.[1][2]

Tentang Jiwa

sunting

Filolaos memandang jiwa sebagai yang terpenjara di dalam tubuh.[1] Jiwa adalah percampuran dan harmoni antara elemen-elemen berbeda yang terdapat di dalam tubuh.[2] Akan tetapi, berbeda dengan para filsuf mazhab Phytagoras lainnya, ia berpendapat bahwa jiwa akan menghilang bersama dengan tubuh.[2]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab (Inggris)Jonathan Barnes. 2001. Early Greek Philosophy. London: Penguin. P. 176-181.
  2. ^ a b c d e f g h i j (Inggris)Edward Zeller. 1957. Outlines of the History of Greek Philosophy. New York: Meridian Books. P. 54-56.
  3. ^ a b c d e f g h (Inggris)Ted Honderich (ed.). 1995. The Oxford Companion to Philosophy. Oxford, New York: Oxford University Press. P. 734.
  4. ^ a b c d (Inggris)Carl A. Huffman. 1999. "The Phytagorean Tradition". In The Cambridge Companion to Early Greek Philosophy. A.A. Long, ed. 66-87. London: Cambridge University Press.
  5. ^ a b c d e (Inggris)Albert A. Avey. 1954. Handbook in the History of Philosophy. New York: Barnes & Noble. P. 16.

Lihat Juga

sunting

Pranala luar

sunting