Melayu Myanmar
Etnis Melayu Burma (bahasa Melayu: Melayu Myanmar; Jawi: ملايو ميانمار; bahasa Burma: ပသျှူးလူမျိုး, Pashu[1]) terutama tinggal di wilayah Tanintharyi di bagian selatan Myanmar.
Jumlah populasi | |
---|---|
27,000 | |
Daerah dengan populasi signifikan | |
Tanintharyi (terutama di Distrik Kawthaung) | |
Bahasa | |
Melayu · Thai · Myanmar | |
Agama | |
Sunni Islam | |
Kelompok etnik terkait | |
Suku Melayu dan Melayu-Thai |
Pulau paling selatan di Kepulauan Mergui (juga Kepulauan Myeik) merupakan rumah bagi orang Moken, etnis minoritas nomaden yang memiliki relasi dengan orang Melayu. Ada juga beberapa Muslim Melayu dan Melayu terkait sebaran dari negara-negara bagian paling utara Malaysia dan Thailand bagian selatan. Beberapa orang Moken dan Muslim di pulau-pulau paling selatan ini berbicara menggunakan dialek Melayu. Suku Melayu yang ada di Myanmar diyakini keturunan Melayu Kedahan, meskipun Hikayat Merong Mahawangsa tidak menyebutkan apa pun tentang Kepulauan Mergui.
Pada tahun 1865, sebuah kelompok Arab-Melayu yang dipimpin oleh Nayuda Ahmed, yang melakukan perjalanan dan mengumpulkan hasil laut di sekitar Kepulauan Mergui menetap di Victoria Point Bay—yang sekarang terletak di Kawthaung modern. Orang Melayu Burma umumnya tinggal di Kotapraja Bokpyin dan beberapa pulau di bagian selatan Kepulauan Mergui.
Pengaruh Melayu jelas terlihat dalam nama-nama pemukiman tertentu di dekat Kawthaung—kata kampong, ulu, telok, tengah, dan pulau (kata-kata Melayu untuk desa, terpencil, teluk, tengah dan pulau) masing-masing muncul dalam beberapa nama pemukiman.