Ekspedisi Kerinci adalah sebuah ekspedisi hukuman Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger ke Kerinci (dulu Korintji), di pesisir barat Sumatra, pada tanggal 12 Mei sampai 4 September 1903. Rakyat Kerinci dipimpin oleh panglima perang Depati Parbo.

Ekspedisi Kerinci
Tanggal1903
LokasiKerinci
Hasil
  • Kemenangan Belanda
Pihak terlibat
Suku Kerinci Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger
Tokoh dan pemimpin
Depati Parbo Bolmar
Kekuatan
Tidak diketahui 120-500 pasukan
Korban
Tidak diketahui Tidak diketahui

Pertempuran

sunting

Belanda masuk ke Kerinci lewat Mukomuko, Bengkulu pada tahun 1900. Mereka menyusuri sungai Manjuto lalu membangun posko di puncak bukit Gunung Raya. Tindakan ini memicu kemarahan rakyat Kerinci. Pertempuran pertama antara rakyat Kerinci melawan Belanda dipimpin oleh Depati Parbo pecah di Manjuto Lempur. Korban banyak berjatuhan di pihak Belanda.

Akibat pertempuran yang terjadi pada tahun 1901 dengan banyak korban di pihak Belanda memaksa mereka mengurungkan niat memasuki Kerinci. Walaupun demikian, pada Oktober 1901 sejumlah 120 orang pasukan Belanda yang berada di Indrapura bersiap-siap menyerang Kerinci.

Pada bulan Maret 1902 sejumlah 500 orang pasukan Belanda di bawah pimpinan Komandan Bolmar mendarat di Muarosakai dengan Tuanku Regen sebagai penunjuk jalan ke Kerinci.

Belanda menyerang ke tiga tempat di Kerinci seperti Renah Manjuto, Koto Limau Sering, dan Tamiai. Perang hebat pun berkecamuk di ketiga tempat tersebut, tetapi setelah Koto Limau Sering dikuasai, pasukan Belanda tanpa kesukaran memasuki lembah Kerinci.

Pada perang di Pulau Tengah yang dipimpin oleh seorang ulama ternama, yaitu Haji Ismail dan Haji Husin turut bergabung para hulubalang dari dusun lainnya di Kerinci. Dalam sejarah Kerinci disebutkan bahwa pertempuran di dusun ini merupakan pertempuran yang tersengit dan terlama (lebih kurang 3 bulan). Pulau Tengah diserang Belanda sejak 27 Maret 1903 melalui 3 jurusan, yaitu di timur: Sanggaran Agung-Jujun; utara: Batang Merao-danau Kerinci; barat: Semerap-Lempur Danau.

Masjid Keramat Pulau Tengah merupakan salah satu tempat yang dijadikan benteng pertahanan masyarakat dalam menghadapi Belanda. Serangan terakhir pada Pulau Tengah dilakukan Belanda pada 9 hingga 10 Agustus 1903 dengan membakar Dusun Baru, tetapi Masjid Keramat luput terbakar. Perlawanan rakyat ini dapat diselesaikan Belanda.

Selanjutnya, pasukan Belanda melakukan penyerangan ke Lolo, markas panglima perang Kerinci, Depati Parbo. Pertempuran berlangsung selama 5 hari. Dalam proses yang tak berkesudahan itu, Belanda berhasil membujuk Depati Parbo mengadakan perundingan damai. Dalam perundingan itulah Depati Parbo ditangkap dan selanjutnya dibuang atau diasingkan ke Ternate, Maluku Utara selama 25 tahun.

Sumber

sunting