Dusun Tua, Kelayang, Indragiri Hulu
Dusun Tua merupakan sebuah desa di kecamatan Kelayang, kabupaten Indragiri Hulu, provinsi Riau, Indonesia. Walaupun namanya Dusun Tua tapi status Dusun Tua adalah sebuah desa yang mana didalamnya mempunyai empat (4) buah dusun.
Dusun Tua | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Riau | ||||
Kabupaten | Indragiri Hulu | ||||
Kecamatan | Kelayang | ||||
Kode pos | 29352 | ||||
Kode Kemendagri | 14.02.03.2022 | ||||
Luas | 6,2 km² | ||||
Jumlah penduduk | 798 jiwa | ||||
Kepadatan | 129 jiwa/km² | ||||
|
Empat (4) dusun dalam Desa Dusun Tua itu adalah Dusun 1: Dusun Pulau Sarap / Pulau Harapan; Dusun 2: Dusun Pulau Tengah; Dusun 3: Dusun Pulau Sialang; Dusun 4: Dusun Kasang Solobuai.
Asal-usul
suntingUkuran Dusun Tua yang asal jauh lebih besar dari Dusun Tua yang kini. Dusun Tua yang asal adalah Desa Dusun Tua kini dan Desa Dusun Tua Pelang, dua (2) desa ini adalah Dusun Tua yang asal. Ia kemudian dipecahkan menjadi dua (2) desa dengan dua (2) kepala desa dan kantor desa berbeda. Dusun-dusun di pinggir Sungai Indragiri, Pulau Sarap atau nama barunya Pulau Harapan, Dusun Pulau Tengah, Dusun Pulau Sialang, dan Dusun Kasang Solobuai kekal sebagai Desa Dusun Tua manakala bahagian "darat" (yang bukan di pinggir sungai) Dusun Tua diberi nama baru yang kini dikenal dengan nama Desa Dusun Tua Pelang. Penduduk kedua-dua Desa Dusun Tua dan Dusun Tua Pelang mayoritas adalah dari etnis sama dan hampir semua dari penduduk dua (2) desa ini mempunyai hubungan darah atau persaudaraan.
Suku, Bahasa, Budaya, Adat, dan Agama
suntingSuku
suntingMayoritas penduduk Desa Dusun Tua adalah Melayu (Jawi : ملايو; Pinyin : 末羅瑜國 Mòluóyú Guó) Terdapat juga suku minoritas lain seperti Jawa, Talang Mamak (Proto Malay), Batak, Minang, Banjar (Urang Banjar; Jawi : اورڠ بنجر), Sunda, dan Sasak (orang dari Pulau Lombok) yang sebahagian besar dari mereka kini sudah terasimilasi dengan bahasa dan kebudayaan mayoritas Melayu Desa Dusun Tua yang unik.
Selain keberadaan suku-suku dalam arti kata Bahasa Indonesia seperti yang disebutkan di paragraf diatas, di Desa Dusun Tua dalam kalangan orang Melayu yang mayoritas itu wujud pula apa yang mereka panggil "suku". Suku yang dimaksudkan itu tidak sama artinya dengan perkataan suku dalam Bahasa Indonesia, ia lebih tepat dimaknakan dengan perkataan Arab bani (بني ), atau bisa juga diterjemahkan sebagai jalur keluarga, atau marga, atau keturunan atau puak.
Masyarakat Desa Dusun Tua adalah masyarakat matrilineal (matrilineal society) yang berketurunan mengikut nasab dari sebelah perempuan, dari ibu ke ibu seperti matrilineal orang Minangkabau. Suku atau bani (بني ), atau jalur keluarga dalam kalangan mayoritas orang Desa Dusun Tua (orang Melayu) adalah dari ibu mereka dan bukan ayah mereka seperti kebanyakan suku bangsa di dunia ini.
Sebenarnya banyak etnis, suku atau bangsa didunia yang mengamalkan matrilineal, berketurunan dengan nasab sebelah ibu, antaranya orang Cherokee, Hopi, Choctaw, Iroquois, Lenape, Navajo dan Tlingit di Amerika Serikat; Gitksan di Kanada; Haida di Alaska; orang Kuna di Panama; orang Kogi dan Carib di Amerika Selatan; orang Negeri Sembilan, di Malaysia; orang Trobrianders, Dobu dan Nagovisi di Melanesia; orang Nairs, Bunts, Billava, Khasi, Jaintiaand Garo di India; orang Ngalops dan Sharchops di Bhutan; orang Tamil di Sri Lanka; orang Mosuo di Tiongkok; orang Basques di Spanyol and Perancis; orang Akan dan Ashanti Afrika Barat; dan yang paling terkenal sebagai masyarakat matrilineal adalah orang Yahudi yang bertebaran dimana-mana diseluruh dunia.
Ada enam (6) pecahan suku orang Melayu di Desa Dusun Tua. Lima (5) mempunyai nama dan satu (1) tidak punya nama. Lima (5) yang punya nama adalah: Suku Imam, Suku Panglimo Porang, Suku Manjolelo, Suku Monti dan Suku Pengulu; satu (1) yang tidak punya nama adalah mereka yang berketurunan dari dua (2) kakak dan adik yaitu Budut dan Koto. Keturunan dari Budut dan Koto ini membentuk sebuah suku atau keluarga yang besar jumlah anggotanya dan mereka tidak punya nama suku. Kadang-kadang mereka disebut sebagai "Suku Melayu" tapi itu bukanlah nama resmi suku mereka. Beberapa waktu dulu mereka dipanggil sebagai "uwang dak besuku" yang berarti "orang yang tidak bersuku". Kesemua enam (6) suku yang di Desa Dusun Tua ini juga ada di Desa Dusun Tua Pelang.
Bahasa
suntingBahasa untuk acara resmi yang melibatkan soal pemerintahan di Desa Dusun Tua dan khutbah di masjid adalah Bahasa Indonesia. Pun begitu dalam urusan harian dan adat penduduk menggunakan bahasa Melayu dengan dialek tersendiri yang mirip dengan bahasa orang Sakai di Gasib dan Siak; dan orang Negeri Sembilan di Malaysia. Orang Desa Dusun Tua memanggil dialek mereka itu sebagai baso kampung. Suku minoritas Desa Dusun Tua, Jawa, Talang Mamak (Proto Malay), Batak, Minang, Banjar, Sunda, dan Sasak (Lombok) juga fasih menuturkan baso kampung.
Budaya dan Adat
suntingDari segi pakaian adat, pakaian adat Melayu di Desa Dusun Tua adalah sama seperti pakaian adat Melayu lain di Nusantara, laki-laki berbaju Melayu, berkain samping dan bersongkok (peci) atau adakalanya memakai setanjak; wanita memakai baju kurung. Dari segi adat, mereka mengamalkan adat yang sangat mirip dengan adat perpatih yang diamalkan suku Minangkabau; juga adat-adat lama yang tidak Islami sama seperti yang dilakukan orang Sakai di pedalaman Riau seperti membuat lanchang kuning untuk membuang penyakit, menyimah kampung, mempersembahkan hidangan makanan untuk hantu air, orang bunian dan sebagainya.
Agama
suntingSetakat yang diketahui semua penduduk Desa Dusun Tua adalah beragama Islam bermazhab Ahli Sunnah Wal Jamaah dengan mayoritas mempraktek Mazhab Syafi'i dengan sedikit-sedikit Mazhab Maliki. Tidak diketahui kewujudan penduduk Desa Dusun Tua yang beragama selain Islam, bisa dikatakan Desa Dusun Tua adalah 100% Islam.