Doktrin Monroe adalah kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang diterapkan pada 2 Desember 1823. Dalam kebijakan ini, upaya negara-negara Eropa untuk menjajah atau melakukan campur tangan terhadap negara-negara di benua Amerika akan dipandang sebagai agresi, sehingga AS akan turun tangan.[1] Akan tetapi, Amerika Serikat tidak akan mengganggu jajahan Eropa yang sudah ada. Doktrin ini diterapkan setelah sebagian besar jajahan Spanyol dan Portugal di Amerika Latin telah merebut kemerdekaannya.

James Monroe, Presiden Amerika Serikat.

Presiden James Monroe mengumumkan doktirn ini dalam pidatonya di hadapan kongres. Selanjutnya, Doktrin Monroe digunakan oleh beberapa negarawan dan presiden AS, seperti Theodore Roosevelt, John F. Kennedy dan Ronald Reagan.

Pengaruh

sunting

Reaksi internasional

sunting

Karena tidak memiliki angkatan darat dan laut yang kuat dan kredibel, kebijakan Amerika Serikat ini kerap diabaikan secara internasional. Saat Monroe mengeluarkan doktrin tersebut, Pangeran Klemens von Metternich marah dengan pernyataan yang dikeluarkan Monroe, dan secara pribadi menulis bahwa doktrin tersebut adalah sebuah "tindakan pembangkangan" oleh Amerika Serikat yang akan memberikan "kekuatan baru bagi para rasul penghasut dan menghidupkan kembali keberanian setiap konspirator."[2]

Namun secara mendadak, Doktrin Monroe didukung oleh Britania Raya. Mereka meneggakkan doktrin ini sebagai bagian dari Pax Britannica, yang termasuk peneggakkan kebebasan laut. Hal ini sejalan dengan kebijakan perdagangan bebas laissez-faire Inggris yang sedang berkembang melawan merkantilisme. Industri Inggris yang berkembang pesat mencari pasar untuk barang-barang manufakturnya, dan, jika negara-negara Amerika Latin yang baru merdeka menjadi koloni Spanyol lagi, akses Inggris ke pasar-pasar ini akan terputus oleh kebijakan merkantilisme Spanyol.[3]

Kanada

sunting

Pada 1902, Perdana Menteri Kanada Wilfrid Laurier mengakui bahwa Doktrin Monroe sangat penting untuk keamanan nasional Kanada. Doktrin tersebut memberikan garansi keamanan dari Amerika secara de fakto; Angkatan Laut Amerika Serikat di Samudra Pasifik dan Angkatan Laut Britania Raya di Samudra Atlantik, membuat invasi ke Amerika Utara hampir mustahil. Karena relasi yang akrab antar kedua negara, Kanada dapat secara leluasa membantu Britania Raya dalam peperangan di Eropa tanpa harus mengkhawatirkan pertahanan nasionalnya sendiri.[4]

Pendekatan abad ke-21

sunting

Doktrin Kerry

sunting

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat pemerintahan Presiden Barack Obama, John Kerry, menyatakan kepada Organisasi Negara-Negara Amerika pada November 2013 bahwa "Doktrin Monroe sudah usai."[5] Beberapa komentator telah mencatat bahwa seruan Kerry untuk kemitraan bersama dengan negara-negara lain di Amerika lebih sesuai dengan niat Monroe daripada kebijakan yang ditetapkan setelah kematiannya.[6]

America First

sunting

Presiden Donald Trump mempertimbangkan untuk menggunakan Doktrin Monroe pada Agustus 2017 saat ia memikirkan untuk melakukan intervensi militer di Venezuela[7] setelah Direktur CIA Mike Pompeo mendeklarasikan bahwa erosi Venezuela disebabkan oleh intervensi dari kelompok pro-Iran atau Rusia.[8] Pada Februari 2018, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson memuji Doktrin Monroe sebagai "jelas … sebuah keberhasilan", memperingatkan ambisi perdagangan "imperialis" Tiongkok dan menggembar-gemborkan Amerika Serikat sebagai mitra dagang pilihan di kawasan tersebut.[9] Pompeo kemudian menggantikan Tillerson pada Mei 2018. Trump kembali mengutarakan komitmennya kepada Doktrin Monroe saat Sidang Umum PBB ke-73 pada 2018.[10] Duta Besar Rusia untuk Perserikatan Bangsa Bangsa Vasily Nebenzya mengkritik AS atas apa yang dianggap Federasi Rusia sebagai penerapan Doktrin Monroe pada pertemuan darurat ke-8.452 Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 26 Januari 2019. Perwakilan Venezuela mencantumkan 27 intervensi di Amerika Latin yang dianggap Venezuela sebagai penerapan Doktrin Monroe dan menyatakan bahwa, dalam konteks pernyataan tersebut, mereka menganggapnya sebagai "ancaman militer langsung terhadap Republik Bolivarian Venezuela". Perwakilan Kuba merumuskan pendapat serupa, "Pemerintahan Amerika Serikat saat ini telah menyatakan Doktrin Monroe berlaku..."[11]

Pada tanggal 3 Maret 2019, Penasihat Keamanan Nasional John Bolton menggunakan Doktrin Monroe saat menjelaskan kebijakan pemerintahan Trump di Benua Amerika, dengan mengatakan, "Dalam pemerintahan ini, kami tidak takut menggunakan kata Doktrin Monroe... Sudah menjadi tujuan presiden Amerika sejak masa Presiden Ronald Reagan untuk memiliki belahan bumi yang sepenuhnya demokratis."[12][13]

Kritik

sunting

Sejarahwan menilai bahwa walaupun Doktrin Monroe menbendungi ambisi kolonial Eropa baik di Amerika Utara dan Amerika Selatan, doktrin ini mengakibatkan beberapa implikasi agresif bagi kebijakan luar negeri Amerika, karena tidak ada batasan pada tindakan AS sendiri yang disebutkan di dalamnya. Sejarawan Jay Sexton mencatat bahwa taktik yang digunakan untuk menerapkan doktrin tersebut dimodelkan berdasarkan taktik yang digunakan oleh kekuatan kekaisaran Eropa selama abad ke-17 dan ke-18.[14] Sejarawan Amerika William Appleman Williams, melihat doktrin ini sebagai bentuk imperialisme Amerika, menggambarkannya sebagai bentuk "imperialisme anti-kolonialisme".[15] Noam Chomsky berpendapat bahwa dalam praktiknya Doktrin Monroe telah digunakan oleh pemerintah AS sebagai deklarasi hegemoni dan hak intervensi unilateral atas Amerika.[16]

Lihat pula

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ United States Department of State, Basic Readings in U.S. Democracy: The Monroe Doctrine (1823) Diarsipkan 2012-01-08 di Wayback Machine.
  2. ^ Herring, George C. (2008). From Colony to Superpower: U.S. Foreign Relations Since 1776. New York: Oxford University Press. ISBN 9780195078220. 
  3. ^ Hobson, Rolf (2002). Imperialism at Sea. 163. Brill Academic Publishers. hlm. 63. ISBN 978-0-391-04105-9. Diakses tanggal October 12, 2009. 
  4. ^ Dziuban, Stanley W. (1959). "Chapter 1, Chautauqua to Ogdensburg". Military Relations Between the United States and Canada, 1939–1945. Washington DC: Center of Military History, United States Army. hlm. 2–3. LCCN 59-60001. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 7, 2019. Diakses tanggal December 2, 2016. 
  5. ^ Johnson, Keith (November 18, 2013). "Kerry Makes It Official: 'Era of Monroe Doctrine Is Over'". Wall Street Journal. 
  6. ^ Keck, Zachary (November 21, 2013). "The US Renounces the Monroe Doctrine?". The Diplomat. Diakses tanggal November 28, 2013. 
  7. ^ "Trump Says He Is Considering Military Action in Venezuela". VOA News. August 11, 2017. 
  8. ^ "CIA Director Pompeo: Venezuela's Situation Continues to Deteriorate". VOA News. August 13, 2017. 
  9. ^ Gramer, Robbie (February 2, 2018). "Tillerson Praises Monroe Doctrine, Warns Latin America of 'Imperial' Chinese Ambitions". Foreign Policy. The Slate Group. 
  10. ^ "Remarks by President Trump to the 73rd Session of the United Nations General Assembly, New York, NY". whitehouse.gov. September 25, 2018 – via National Archives. 
  11. ^ "S/PV.8452 Security Council: Seventy-fourth year: 8452nd meeting". United Nations. January 26, 2019. hlm. 12. 
  12. ^ "John Bolton: 'We're not afraid to use the word Monroe Doctrine'". 3 March 2019. Diakses tanggal 4 March 2019. 
  13. ^ "What is the Monroe Doctrine? John Bolton's justification for Trump's push against Maduro". The Washington Post. 4 March 2019. 
  14. ^ Preston, Andrew; Rossinow, Doug (2016-11-15). Outside In: The Transnational Circuitry of US History (dalam bahasa Inggris). Oxford University Press. ISBN 9780190459871. 
  15. ^ Sexton, Jay (2011-03-15). The Monroe Doctrine: Empire and Nation in Nineteenth-Century America (dalam bahasa Inggris). Farrar, Straus and Giroux. hlm. 2–9. ISBN 9781429929288. 
  16. ^ Chomsky, Noam (2004). Hegemony Or Survival. Henry Holt. hlm. 63–64. ISBN 978-0-8050-7688-2. Diakses tanggal December 20, 2008. 

Pranala luar

sunting