Distrik Wayanad adalah salah satu dari 14 distrik yang ada di Negara Bagian Kerala, India. Distrik ini termasuk ke dalam wilayah Kerala Utara dan tergolong sebagai distrik berpendapatan rendah.[2] Wayanad terletak di lereng Ghat Barat, dengan morfologi daerah yang berbukit-bukit. Daerah ini memiliki iklim yang unik serta keanekaragaman hayati yang tinggi. Namun, pesatnya perkembangan penanaman tanaman dagang mengancam kelestarian alam distrik ini. Tanaman dagang yang lebih menguntungkan turut menjadi kontributor utama bagi pengurangan luas sawah dan terancamnya varietas-varietas padi asli daerah ini.[3]

Distrik Wayanad
Dari atas, searah jarum jam:
Puncak Chembra, Suaka Margasatwa Wayanad, sebuah mall di Sultanbathery, sawwah yang menginspirasi nama distrik, pintu masuk Dam Karapuzha, dan Gua Edakkal.
Koordinat: 11°36′18″N 76°04′59″E / 11.605°N 76.083°E / 11.605; 76.083
Negara India
Negara bagianKerala
Markas besarKalpetta
Pemerintahan
 • District CollectorA. Geetha, IAS[1]
Luas
 • Total2.132 km2 (823 sq mi)
Populasi
 (2011)
 • Total846.637
 • Kepadatan400/km2 (1,000/sq mi)
Bahasa
 • ResmiMalayalam, Inggris
Zona waktuUTC+5:30 (IST)
Kode ISO 3166IN-KL
IPM (2005)Kenaikan 0.753 ( High)
Situs webDistrik Wayanad

Etimologi

sunting

Nama Wayanad berasal dari gabungan dua kata dalam bahasa Malayalam, vayal (വയൽ) yang berarti ladang atau sawah dan nāṭ (നാട്) yang berarti negeri.[4] Kedua kata ini dapat diartikan sebagai negeri dengan banyak sawah. Sesuai dengan asal-usul namanya, distrik ini memproduksi beras dalam jumlah yang cukup besar. Tercatat ada delapan varietas beras yang ditanam dan dipanen oleh masyarakatnya.[5] Jumlah ini jauh menurun dibanding dekade-dekade sebelumnya, ketika masyarakat Wayanad menanam dan memanen lebih kurang 75 varietas padi.[6]

Sejarah

sunting

Kolonisasi Inggris

sunting

Malabar sejak lama dikenal sebagai penyuplai rempah-rempah bagi bangsa Eropa.[7] Daerah pesisirnya merupakan daerah yang sejak lama menerima persilangan budaya dengan bangsa asing. Namun, daerah pedalamannya yang bertopografi kasar dan berbukit-bukit, termasuk Wayanad, adalah daerah terbelakang yang menjadi markas kawanan pemburu, penambang, dan pelaku aktivitas ilegal lainnya. Baik pesisir maupun pedalaman Malabar jatuh ke tangan Inggris pada 1805, menyusul peperangan antara Kemaharajaan Britania dengan Kerajaan Mysore yang terjadi antara abad ke-18 dan ke-19.[7] Selama peperangan terjadi, penduduk Adivasi di wilayah Wayanad menjadi tidak aman karena kontak senjata dapat muncul sewaktu-waktu. Pasukan kedua belah pihak dapat memasuki Wayanad melalui Celah Tamarasseri, jalur utama penghubung Mysore dengan Kalikut, yang sekarang menjadi Jalan Raya 212.[8]

Setelah memenangkan wilayah Malabar, termasuk Wayanad di dalamnya, Inggris menjadikan daerah ini sebagai sebuah distrik di bawah Kepresidenan Madras. Pada awal abad ke-20, Inggris memulai serangkaian kolonisasi melalui pembukaan kebun-kebun berskala besar di daerah Wayanad.[8] Sebagian hutan tidak dibuka, melainkan dijadikan semacam cagar alam.[8] Namun, di balik usaha kolonisasi tersebut, terdapat banyak tantangan, salah satunya adalah penyakit mematikan yang mengancam keselamatan para pekerja perkebunan. Dua penyakit paling berbahaya di Wayanad kala itu adalah malaria dan kolera, dengan kolera sebagai penyakit paling mematikan.[9] Angka kematian akibat penyakit di Wayanad tahun 1920an mencapai 26 kematian per 1.000 jiwa, jauh lebih tinggi dibanding angka kematian distrik Malabar yang cuma 8,1 kematian per 1.000 jiwa.[9] Sedangkan untuk kasus malaria sendiri, ada 99 kasus per 1.000 jiwa pada 1926.[9]

Keganasan malaria memicu kegagalan kolonisasi karena para pekerja perkebunan mengungsi ke kampung halaman mereka. Hal tersebut memaksa The India Tea & Produce Company untuk mendirikan Wayanad Medical Association, yang sayangnya kurang bekerja maksimal untuk menekan penyebaran malaria.[9] Pada 1930 Institut Ross di Meppadi didirikan. Institut ini menaungi unit riset malaria di Wayanad dan Anaimalai sekaligus. Delapan tahun kemudian giliran Malaria Institute of India (MII) yang didirikan di Sultanbathery. Per pendirian MII tahun 1938, Wayanad telah memiliki tiga organisasi antimalaria.[9] Meskipun belum berhasil tereradikasi, angka kasus malaria setelah 1926 terus menurun.[9] Penurunan lebih jauh kasus malaria berkorelasi pula dengan peningkatan aktivitas pertanian dan perkebunan, yang memakai banyak DDT.[8]

Selain teh yang ditanam secara ekstensif oleh perusahaan, terdapat beberapa tanaman lain yang diusahakan oleh para pendatang baru di Wayanad. Mereka yang bukan buruh kebun ini umumnya menempati tanah yang kering (kara) dan oleh karenanya bergantung pada ketela pohon atau kappa sebagai sumber pangan utama dikarenakan penanamannya yang mudah.[10] Para pendatang juga menanam serai dan mengekstrak minyaknya melalui penyulingan yang menggunakan bekas tebangan pohon di sekitar mereka sebagai bahan bakar. Tanah kering yang mereka tanami serai nantinya akan ditanami kopi, sebelum akhirnya fokus menanam lada.[10]

Pembentukan distrik

sunting

Wayanad sejak 1905 telah menjadi bagian dari Distrik Malabar. Menyusul reorganisasi India atas dasar linguistik pada tahun 1956, Malabar bersama bekas Kepangeranan Travancore-Kochi digabungkan untuk membentuk Kerala, negara bagian bagi orang Malayali. Di bawah distrik Malabar, Wayanad terbagi menjadi dua taluk, Wayanad Utara dan Selatan.[11] Pada 1 Januari 1957, Malabar dipecah menjadi tiga distrik yang lebih kecil, Kannur (Cannanore), Palakkad (Palghat), dan Kozhikode (Calicut). Taluk Wayanad Utara menjadi bagian distrik Kannur, sedangkan Wayanand Selatan ditransfer dari Kannur ke Kozhikode.[11]

Pada masa pemecahan distrik Malabar tersebut, dua taluk Wayanad adalah daerah tertinggal dan endemik malaria, sama seperti daerah-daerah lain di India Selatan yang diperuntukkan oleh Inggris sebagai lokasi perkebunan skala besar. Alhasil daerah ini menjadi tempat yang tidak disukai oleh para pejabat yang ditempatkan di sana. Lokasinya yang jauh dari Thiruvananthapuram serta tantangan alamnya yang luar biasa menjadikan Wayanad sebagai pelarian bagi buronan dari bekas wilayah Kerajaan Travancore pada masa-masa awal kemerdekaan India. Mereka melarikan diri ke Wayanad dan memulai hidup baru. Banyak di antara mereka yang sukses dan bertahan dengan modal keberanian.

Wayanad Utara dan Wayanad Selatan, demi kelancaran dan kemudahan administrasi, digabungkan dan dinaikkan statusnya menjadi sebuah distrik pada 1 November 1980, distrik kedua belas tersebut dibagi secara administratif ke dalam tiga taluk yang baru, yaitu Mananthavady, Sulthanbathery, dan Vythiri.[4]

Administrasi

sunting
 
Taluk di distrik Wayanad

Wayanad memiliki empat level hierarki administrasi.[12] Pertama, taluk dan desa yang dikelola oleh pemerintah negara bagian. Kemudian ada panchayath yang merupakan kewenangan masyarakat setempat. Selanjutnya ada daerah pemilihan Lok Sabha untuk memilih anggota parlemen negara dan daerah pemilihan perwakilan untuk memilih anggota parlemen negara bagian.[12]

Distrik ini terdiri dari tiga taluk, Mananthavady, Sulthan Bathery, dan Vythiri, yang selanjutnya dibagi lagi menjadi 49 desa.[12]

Referensi

sunting
  1. ^ "District Magistrate & District Collector Wayanad". Distrik Wayanad. Diakses tanggal 24 November 2021. 
  2. ^ Kumar & Mohanakumar 2016, hlm. 215.
  3. ^ Jayaraj, Nandita (9 Februari 2016). "Returning to Greener Pastures in Wayanad". The Wire. Diakses tanggal 26 November 2021. 
  4. ^ a b "Home | About District". Distrik Wayanad. Diakses tanggal 24 November 2021. 
  5. ^ T.R., E., K.K., Joseph, & Anilkumar 2018, hlm. 14.
  6. ^ Thomas, Alina (25 November 2020). "Why climate change studies on rice production are important in Wayanad". Down to Earth. Diakses tanggal 26 November 2021. 
  7. ^ a b Zehmisch, Münster, Zickgraf, & Lang 2018, hlm. 103.
  8. ^ a b c d Zehmisch, Münster, Zickgraf, & Lang 2018, hlm. 104.
  9. ^ a b c d e f Raman 2010, hlm. 112.
  10. ^ a b Zehmisch, Münster, Zickgraf, & Lang 2018, hlm. 105.
  11. ^ a b Director of Census Operations, Kerala 1990, hlm. 11.
  12. ^ a b c "Administrative Setup". Distrik Wayanad. Diakses tanggal 24 November 2021. 

Daftar pustaka

sunting

Laporan

sunting

Pranala luar

sunting