Deportasi Tatar Krimea
Deportasi Tatar Krimea (Tatar Krimea: Qırımtatar halqınıñ sürgünligi; Rusia: Депортация крымских татар; Ukraina: Депортація кримських татар) adalah pembersihan etnis yang berdampak terhadap setidaknya 191.044 orang Tatar dari Krimea pada tanggal 18-20 Mei 1944. Deportasi ini dilancarkan oleh Lavrentiy Beria, kepala polisi rahasia dan keamanan negara Soviet, yang bertindak atas nama Josef Stalin. Dalam waktu tiga hari, polisi rahasia NKVD menggunakan kereta-kereta ternak untuk mendeportasi orang-orang Tatar Krimea, termasuk wanita, anak-anak, lansia, dan bahkan komunis dan anggota Tentara Merah. Mereka dipindahkan secara paksa ke Uzbekistan yang terletak ribuan kilometer jauhnya. Mereka sendiri merupakan salah satu dari sepuluh suku bangsa yang terkena dampak kebijakan perpindahan populasi di Uni Soviet yang dicanangkan oleh Stalin.
Deportasi Tatar Krimea | |
---|---|
Bagian dari pemindahan penduduk di Uni Soviet dan Perang Dunia II | |
Lokasi | Semenanjung Krimea |
Tanggal | 18–20 Mei 1944 |
Sasaran | Tatar Krimea |
Jenis serangan | Pemindahan penduduk, pembersihan etnis |
Korban tewas | Beberapa perkiraan a) 34.000[1] b) 40.000–44.000[2] c) 42.000[3] d) 45.000[4] (antara 18-27% populasi Tatar Krimea) |
Pelaku | NKVD Uni Soviet |
Deportasi tersebut dimaksudkan sebagai hukuman kolektif karena terdapat orang-orang Tatar Krimea yang berkolaborasi dengan Jerman Nazi. Sumber-sumber Soviet mendakwa mereka sebagai pengkhianat, tetapi kaum nasionalis Tatar membantahnya dan mengklaim bahwa program deportasi ini adalah bagian dari rencana Soviet untuk mengakses Selat Dardanella dan memperoleh wilayah di Turki yang dihuni oleh kerabat etnis Tatar. Walaupun Nazi awalnya menganggap rendah orang-orang Tatar Krimea, kebijakan mereka berubah akibat perlawanan yang sengit dari Uni Soviet. Banyak tahanan perang Soviet yang direkrut oleh Wehrmacht dan dimasukkan ke dalam satuan-satuan pendukung. Sementara itu, 15.000 hingga 20.000 orang Tatar Krimea berhasil diyakinkan untuk membentuk batalion pertahanan diri untuk melindungi desa-desa Tatar Krimea dari serangan-serangan kelompok partisan Soviet serta untuk memburu mereka, walaupun satuan-satuan tersebut biasanya membela pihak yang terkuat di wilayah tertentu. Selain itu, Komite Muslim juga dibentuk, meskipun komite tersebut memiliki hak yang terbatas dalam memerintah. Tindakan-tindakan ini menguatkan kecurigaan di pihak Soviet bahwa suku bangsa Tatar Krimea adalah suku bangsa pengkhianat, walaupun sebenarnya terdapat lebih banyak orang-orang Tatar Krimea yang bergabung dengan Tentara Merah, dan ribuan masih mengabdi untuk Soviet selama Pertempuran Berlin; selain itu, sejumlah orang Tatar Krimea juga bergabung dengan kelompok-kelompok partisan. Saat Nazi mundur dari wilayah Krimea, kebanyakan hiwi (pemberi bantuan secara sukarela) dan anggota keluarga mereka bersama-sama dengan orang-orang yang terkait dengan Komite Muslim turut dievakuasi. Meskipun banyak pejabat Soviet yang mengakui bahwa para kolaborator Tatar Krimea telah dievakuasi, permintaan untuk menghukum orang-orang Tatar Krimea secara keseluruhan semakin menguat.
Sekitar 8.000 orang Tatar Krimea tewas saat dideportasi, sementara puluhan ribu orang hilang akibat kondisi pengasingan yang keras. Selain itu, sekitar 80.000 rumah dan 360.000 hektare lahan di Krimea ditinggalkan. Stalin mencoba menghilangkan semua unsur Tatar Krimea dan pada sensus-sensus berikutnya melarang penyebutan nama suku bangsa Tatar Krimea. Pada tahun 1956, pemimpin Soviet yang baru, Nikita Khrushchev, mengecam kebijakan-kebijakan Stalin, termasuk deportasi berbagai suku bangsa, tetapi tidak mencabut arahan yang melarang kembalinya orang Tatar Krimea. Mereka kemudian terpaksa menetap di Asia Tengah selama beberapa dasawarsa. 260.000 orang Tatar Krimea baru dapat kembali ke tanah air mereka pada masa perestroika pada akhir era 1980-an, setelah larangan kembalinya kelompok-kelompok etnis yang telah dideportasi dinyatakan batal demi hukum pada tahun 1989. Secara keseluruhan, pengasingan mereka berlangsung selama 45 tahun.
Pada tahun 2004, jumlah orang Tatar yang ada di Krimea sudah mencapai 12 persen. Namun, pemerintah setempat tidak membantu upaya mereka untuk kembali atau memberikan ganti rugi atas tanah yang telah dirampas. Federasi Rusia sebagai negara penerus Uni Soviet tidak menawarkan pemulihan maupun ganti rugi, dan mereka juga tidak menindak pelaku deportasi secara hukum. Meskipun begitu, pada tanggal 12 Desember 2015, Parlemen Ukraina mengeluarkan sebuah resolusi yang mengakui peristiwa ini sebagai sebuah genosida, dan menetapkan 18 Mei sebagai "Hari Mengenang Para Korban Genosida Tatar Krimea". Deportasi ini sendiri merupakan peristiwa yang sangat penting dalam sejarah Tatar Krimea, dan telah dipandang sebagai lambang penderitaan dan penindasan yang dialami oleh kelompok-kelompok etnis kecil di Uni Soviet.
Latar belakang
Suku bangsa Tatar Krimea menguasai Kekhanan Krimea dari tahun 1441 hingga 1783. Sebagian besar penduduk Krimea yang menuturkan bahasa yang tergolong ke dalam rumpun bahasa Turk mulai memeluk agama Islam setelah Ozbeg Khan dari Gerombolan Emas menjadi seorang Muslim. Kekhanan Krimea sendiri adalah negara penerus Gerombolan Emas yang paling bertahan lama.[5] Mereka sering terlibat dalam konflik melawan Moskwa dari tahun 1468 sampai abad ke-17, dan orang Tatar Krimea hampir setiap tahun menyerang wilayah-wilayah Slavia dan menangkapi banyak orang untuk diperbudak.[6]. Setelah Krimea dianeksasi oleh Kekaisaran Rusia pada tahun 1783, mereka sangat menolak kekuasaan Rusia. Maka dari itu, orang-orang Tatar mulai meninggalkan Krimea. Antara tahun 1784 hingga 1790, dari jumlah penduduk sekitar satu juta, sekitar 300.000 orang Tatar Krimea pindah ke Kesultanan Utsmaniyah.[7]
Perang Krimea yang dimulai pada tahun 1853 kembali mengakibatkan keluaran massal orang Tatar. Antara tahun 1855 hingga 1866, sekitar 500.000 Muslim (atau mungkin bisa mencapai 900.000) meninggalkan Kekaisaran Rusia dan pindah ke Kesultanan Utsmaniyah. Dari angka tersebut, sekitar sepertiganya berasal dari Krimea, sementara sisanya berasal dari Kaukasus. Para emigran tersebut mencakup 15–23% jumlah penduduk Krimea. Maka dari itu, orang Tatar Krimea menjadi kelompok minoritas di Krimea; pada tahun 1783, jumlah mereka mencakup 98% populasi,[8] namun pada tahun 1897, persentasenya turun menjadi 34,1%.[9] Kekaisaran Rusia sendiri memanfaatkan perpindahan ini untuk menggalakkan proses Rusifikasi di Semenanjung Krimea dan mengisinya dengan orang Rusia, Ukraina, dan kelompok etnis Slavia lainnya; proses Rusifikasi juga terus berlanjut pada masa Soviet.[9]
Seusai Revolusi Oktober 1917, Krimea diberi status otonomi di Uni Soviet pada tanggal 18 Oktober 1921,[10] tetapi program kolektivisasi pada era 1920-an berujung pada bencana kelaparan yang merenggut lebih dari 100.000 nyawa orang Krimea karena hasil panen mereka dibawa ke kawasan-kawasan yang "lebih penting" di Uni Soviet.[11] Menurut salah satu perkiraan, tiga per empat korban bencana kelaparan tersebut adalah orang Tatar Krimea.[10] Status mereka semakin memburuk setelah Josef Stalin menjadi pemimpin Soviet dan mulai melakukan penindasan-penindasan yang mengakibatkan kematian sekitar 5,2 juta warga Soviet antara tahun 1927 hingga 1938.[12]
Perang Dunia II
Pada tahun 1940, jumlah penduduk Republik Sosialis Soviet Krimea tercatat sekitar 1.126.800 jiwa, dan 218.000 di antaranya (atau sekitar 19,4% dari populasi) adalah orang Tatar.[13] Pada tahun 1941, Jerman Nazi menyerbu wilayah Uni Soviet dan mengambil alih sebagian besar wilayah barat negara tersebut. Orang-orang Tatar Krimea pada awalnya menyambut Jerman sebagai pembebas, dan sebelumnya mereka juga diperlakukan dengan cukup baik oleh Jerman selama Perang Dunia I.[14]
Berkat keberhasilan Jerman pada permulaan perang, banyak anggota Tentara Merah yang tertangkap, termasuk orang-orang Tatar Krimea yang mengabdi untuk angkatan perang tersebut. Mereka pun dijebloskan ke dalam kamp-kamp tahanan perang. Meskipun awalnya Nazi menyerukan pembunuhan semua kaum "rendahan Asiatik", kebijakan ini diubah akibat perlawanan yang sengit dari Tentara Merah. Jerman Nazi mulai merekrut para tahanan Soviet pada tahun 1942. Kemudian pasukan Jerman mendirikan beberapa pasukan-pasukan pendukung yang terdiri dari para tahanan perang Soviet.[15] Semenjak November 1941, aparat Jerman juga telah mengizinkan orang Tatar Krimea untuk mendirikan Komite Muslim di berbagai kota sebagai pengakuan secara simbolis terhadap otoritas pemerintahan lokal, meskipun mereka tak diberi kekuasaan politik apapun.[16]
Tahun | Jumlah | Persentase |
---|---|---|
1783 | 500.000 | 98% |
1897 | 186.212 | 34,1% |
1939 | 218.879 | 19,4% |
1959 | — | — |
1979 | 5.422 | 0,3% |
1989 | 38.365 | 1,6% |
Beberapa orang Tatar Krimea juga dikerahkan ke dalam brigade-brigade Schutzmannschaft (batalion kepolisian) dan Selbstschutz (pertahanan diri) untuk melindungi desa-desa Tatar Krimea dari serangan-serangan kelompok partisan serta untuk memburu partisan-partisan Soviet. Namun, satuan-satuan tersebut biasanya mendukung pihak yang terkuat di kawasan tertentu. Kelompok-kelompok partisan juga menyerbu desa-desa Tatar Krimea karena mereka dianggap telah bekerjasama dengan Nazi.[18] Menurut bukti Jerman dan Tatar Krimea, pasukan Jerman berhasil meyakinkan sekitar 15.000 hingga 20.000 orang Tatar Krimea untuk membentuk batalion-batalion pertahanan diri.[19]
Namun, tak semua orang Tatar Krimea ikut membantu Jerman; contohnya, Ahmet Özenbaşlı sangat menentang pendudukan Jerman dan menjalin hubungan rahasia dengan gerakan perlawanan Soviet untuk menyediakan informasi politik dan strategis.[16] Banyak orang Tatar Krimea yang juga bergabung ke dalam kelompok-kelompok partisan, seperti gerakan Tarhanov yang terdiri dari 250 orang Tatar yang bertempur sepanjang tahun 1942 hingga kehancuran kelompok ini.[20] Terdapat pula 25.033 orang Tatar Krimea yang mengabdi untuk Tentara Merah selama Perang Dunia II.[21] Delapan orang Tatar Krimea bahkan diangkat sebagai Pahlawan Uni Soviet.[22] Selain itu, meskipun terdapat lebih banyak orang-orang Tatar Volga yang berkolaborasi dengan Jerman (tercatat sekitar 35.000–40.000 sukarelawan untuk Blok Poros), mereka tidak diganjar hukuman kolektif apapun.[19] Banyak pula etnis-etnis lain yang menjadi kolaborator Nazi, termasuk orang Rusia dan Yahudi, sehingga terdapat kemungkinan bahwa orang-orang di wilayah pendudukan di rekrut secara paksa.[23]
Secara keseluruhan, lebih dari 130.000 orang tewas selama pendudukan Semenanjung Krimea oleh Blok Poros.[24] Nazi melakukan penindasan yang brutal dan menghancurkan lebih dari 70 desa yang dihuni oleh sekitar 25% populasi Tatar Krimea. Ribuan orang Tatar Krimea dipindahkan untuk dijadikan "pekerja paksa dari timur" (Ostarbeiter) di pabrik-pabrik Jerman di bawah naungan Gestapo, sehingga Jerman Nazi tidak lagi didukung oleh orang-orang Tatar Krimea.[25] Nazi sendiri menganggap Tatar Krimea dan berbagai suku bangsa lainnya sebagai "ras rendah".[26] Pada April 1944, Tentara Merah berhasil memukul mundur pasukan Blok Poros dari semenanjung tersebut.[27]
Saat pasukan Nazi mundur dari Krimea, kebanyakan hiwi, anggota keluarga mereka, dan semua orang yang berkaitan dengan Komite Muslim turut dievakuasi ke Jerman dan Hungaria atau Dobruca oleh Wehrmacht dan tentara Rumania, dan di situ mereka bergabung dengan divisi Turk Timur. Banyak pejabat Soviet yang mengakui bahwa orang-orang Tatar Krimea yang "bersalah" telah dievakuasi, dan mereka menolak klaim bahwa orang-orang Tatar Krimea telah mengkhianati Uni Soviet secara massal. Namun, setelah mundurnya pasukan Jerman, suara-suara yang menuntut penghukuman orang-orang Tatar semakin bertumbuh. Keberadaan Komite Muslim di Berlin yang dibentuk oleh Edige Kirimal dan para anggota diaspora Turki dan Dobruca lainnya juga semakin memperburuk citra orang Tatar Krimea di mata pemerintah Soviet. Selain itu, dengan mengaitkan orang Tatar Krimea dengan Turki, kaum nasionalis "Turki Krimea" semakin memperparah kecurigaan.[23]
Deportasi
"Kami diberitahu bahwa kami sedang diusir dan diberi waktu 15 menit untuk bersiap-siap pergi. Kami menaiki gerbong-gerbong barang – masing-masing ditumpangi 60 orang, tetapi tak ada yang tahu ke mana kami akan dibawa. Untuk ditembak? Digantung? Tangis dan panik menyelimuti."[28] |
— Saiid, yang dideportasi dengan keluarganya dari Yevpatoria saat ia masih berumur 10 tahun |
Akibat anggapan bahwa mereka telah berkolaborasi dengan Blok Poros selama Perang Dunia II, pemerintah Soviet memberlakukan hukuman kolektif terhadap sepuluh suku bangsa,[29] termasuk Tatar Krimea.[30] Hukuman yang diganjar adalah deportasi ke kawasan Asia Tengah dan Siberia.[29] Catatan-catatan Soviet dari akhir era 1940-an menyatakan orang Tatar sebagai suku bangsa pengkhianat. Walaupun ditentang oleh orang Tatar Krimea, anggapan semacam ini menyebarluas pada masa Soviet dan masih muncul di dalam literatur-literatur ilmiah dan populer di Rusia.[31]
Pada tanggal 10 Mei 1944, Lavrentiy Beria merekomendasikan kepada Stalin agar orang-orang Tatar Krimea dideportasi dari wilayah-wilayah yang dekat perbatasan akibat "tindakan-tindakan pengkhianatan" mereka.[32] Stalin kemudian mengeluarkan Perintah GKO No. 5859ss, yang berisi tentang pemindahan orang-orang Tatar Krimea.[33] Deportasi tersebut hanya berlangsung selama tiga hari,[34] yaitu pada tanggal 18–20 Mei 1944. Para agen NKVD datang dari rumah ke rumah untuk mengumpulkan orang-orang Tatar Krimea di bawah ancaman pistol dan memaksa mereka memasuki kereta-kereta ternak tersegel[35] yang akan memindahkan mereka sejauh hampir 3.200 km[36] ke tempat-tempat terpencil di Republik Sosialis Soviet Uzbek (RSS Uzbek). Orang-orang Tatar diizinkan untuk membawa 500 kg harta benda mereka per keluarga.[37] Pada pukul 08.00 pada hari pertama, NKVD sudah memasukkan 90.000 Tatar Krimea ke dalam 25 kereta.[38] Keesokan harinya, 136.412 orang lainnya diangkut ke dalam gerbong-gerbong kereta.[38] Satu-satunya yang dapat menghindari hukuman kolektif ini adalah para perempuan Tatar Krimea yang menikah dengan laki-laki dari kelompok etnis yang tidak diganjar hukuman tersebut.[39] Mereka yang dideportasi harus berdiam di dalam gerbong-gerbong yang penuh sesak selama beberapa minggu dan mengalami kekurangan makanan dan air.[40] Diperkirakan sekitar 228.392 orang dideportasi dari Krimea, dan dari antara mereka setidaknya 191.044 adalah orang Tatar Krimea[41] yang tergabung ke dalam 47.000 keluarga.[42] Terdapat 7.889 orang yang menjemput ajal selama perjalanan, sehingga NKVD mencatat terdapat 183.155 orang Tatar Krimea yang tiba di Asia Tengah.[43] Mayoritas orang yang dideportasi adalah orang desa, sementara hanya 18.983 orang yang berasal dari kawasan perkotaan.[44]
Pada tanggal 4 Juli 1944, NKVD secara resmi memberitahukan kepada Stalin bahwa proses "pemindahan" sudah selesai.[45] Namun, tak lama setelah laporan tersebut, NKVD mendapati bahwa salah satu satuannya lupa untuk mendeportasi orang-orang dari Gosong Arabat. Mereka enggan menyiapkan kereta tambahan, sehingga mereka malah memaksa ratusan orang Tatar Krimea menaiki sebuah kapal tua, membawanya ke tengah-tengah Laut Azov, dan lalu menenggelamkan kapal tersebut pada tanggal 20 Juli. Orang-orang yang tidak mati tenggelam dihabisi dengan menggunakan senapan mesin.[39]
Secara resmi, tidak ada orang Tatar Krimea yang tersisa di Krimea. Semua orang yang memiliki darah Krimea terkena dampaknya, termasuk anak-anak, wanita dan lansia, dan bahkan orang-orang yang pernah menjadi anggota partai komunis atau Tentara Merah. Pada Maret 1949, sebanyak 8.995 mantan prajurit Tentara Merah berdarah Tatar Krimea didaftarkan di "permukiman-permukiman khusus". Di antara para veteran tersebut, terdapat 534 perwira, 1.392 sersan, dan 7.079 prajurit. Terdapat juga 742 anggota Partai Komunis Uni Soviet dan 1.225 anggota Komsomol.[46] Menurut seorang saksi mata Rusia, beberapa orang masih bertempur di Front Timur, tetapi deportasi menanti mereka seusai perang.[47] Hal ini sungguh memalukan bagi para pahlawan perang berdarah Tatar Krimea; contohnya, Ilyas Ablayev berjuang di berbagai front perang dan mengabdi untuk Tentara Merah hingga Mei 1947, tetapi kemudian ia diasingkan ke kawasan Tashkent.[48]
Selama pengusiran massal ini, pemerintah Soviet menyita sekitar 80.000 rumah, 500.000 ternak, 360.000 ekar lahan (145.687 hektare), dan 40.000 ton persediaan pertanian yang ditinggalkan.[49] Selain itu, semua orang Tatar Krimea dipecat dari Tentara Merah. Di samping 191.000 Tatar Krimea yang dideportasi, pemerintah Soviet juga mengusir 9.620 orang Armenia, 12.420 orang Bulgaria, dan 15.040 orang Yunani dari Krimea. Semuanya secara kolektif dicap sebagai pengkhianat dan menjadi warga kelas dua selama beberapa dasawarsa di Uni Soviet.[49] Di antara orang-orang yang dideportasi, terdapat juga 283 orang dari suku bangsa lainnya: orang Italia, Rumania, Karaim, Kurdi, Ceko, Hungaria, dan Kroasia.[50] Pada tahun 1947 dan 1948, 2.012 veteran lainnya yang sempat pulang ke Krimea pada akhirnya dideportasi oleh MVD setempat.[13]
Secara keseluruhan, 151.136 orang Tatar Krimea dideportasi ke RSS Uzbek; 8.597 ke Republik Sosialis Soviet Otonom Mari; dan 4.286 ke Republik Sosialis Soviet Kazakh (RSS Kazakh); sementara 29.846 sisanya dikirim ke berbagai wilayah terpencil di Republik Sosialis Federatif Soviet Rusia (RSFS Rusia).[51] Saat orang-orang Tatar Krimea tiba di RSS Uzbek, mereka sama sekali tidak disambut oleh warga Uzbek setempat, dan bahkan mereka dilempari batu (termasuk anak-anak juga menjadi korban) karena orang-orang Uzbek tersebut mendengar kabar bahwa orang-orang Tatar Krimea adalah "pengkhianat" dan "kolaborator fasis".[52] Orang-orang Uzbek menolak wilayah mereka dijadikan "tempat pembuangan untuk bangsa-bangsa pengkhianat." Pada tahun-tahun berikutnya, terjadi berbagai serangan terhadap penduduk Tatar Krimea, beberapa bahkan mengakibatkan kematian.[52]
Deportasi massal Krimea diatur oleh Lavrentiy Beria, ketua kepolisian rahasia NKVD, dan bawahan-bawahannya, yaitu Bogdan Kobulov, Ivan Serov, B. P. Obruchnikov, M.G. Svinelupov, dan A. N. Apolonov. Operasi-operasi lapangannya dilancarkan oleh G. P. Dobrynin, wakil kepala sistem Gulag; G. A. Bezhanov, Kolonel Keamanan Negara; I. I. Piiashev, Mayor Jenderal; S. A. Klepov, Komisar Keamanan Negara; I. S. Sheredega, Letnan Jenderal; B. I. Tekayev, Letnan Kolonel Keamanan Negara; dan dua pemimpin setempat, P. M. Fokin, kepala NKGB Krimea, dan V. T. Sergjenko, Letnan Jenderal.[13] Untuk melakukan deportasi ini, NKVD mengerahkan 5.000 agen bersenjata dan NKGB mengalokasikan 20.000 orang bersenjata tambahan, bersama dengan ribuan tentara reguler.[33] Dua arahan Stalin dari Mei 1944 menunjukkan bahwa seluruh aspek pemerintah Soviet, dari keuangan sampai transit, terlibat dalam proses deportasi tersebut.[13]
Pada tanggal 14 Juli 1944 GKO memerintahkan agar 51.000 orang didatangkan ke Krimea (kebanyakan orang Rusia) untuk mengisi 17.000 pertanian kolektif yang kosong. Kemudian, pada tanggal 30 Juni 1945, Republik Sosialis Soviet Otonom Krimea dibubarkan dan wilayahnya digabungkan dengan Rusia.[33]
Propaganda Soviet berusaha menyembunyikan peristiwa deportasi massal ini dengan mengklaim bahwa orang-orang Tatar Krimea "secara sukarela berpindah ke Asia Tengah".[53] Pada kenyataannya, Krimea "mengalami pembersihan etnis."[40] Setelah dilakukannya deportasi ini, istilah "Tatar Krimea" tidak lagi digunakan di dalam jargon-jargon Rusia dan Soviet, dan semua toponim Tatar (nama-nama kota, desa dan gunung) di Krimea diubah menjadi nama-nama Rusia di semua peta. Makam-makam Muslim dan objek-objek keagamaan di Krimea dihancurkan atau diubah menjadi tempat-tempat sekuler.[40] Pada masa pemerintahan Stalin, tidak ada orang yang diperbolehkan berkata bahwa etnis Tatar Krimea pernah ada di Uni Soviet. Bahkan orang-orang juga dilarang menyatakan diri mereka sebagai orang Tatar Krimea dalam sensus Uni Soviet tahun 1959, 1970, dan 1979. Mereka hanya dapat menyatakan diri mereka sebagai orang Tatar. Pelarangan ini baru dicabut selama sensus Soviet 1989.[54]
Akibat
Jumlah korban
Tahun | Jumlah korban tewas |
---|---|
Mei 1944 – 1 Januari 1945 | 13.592 |
1 Januari 1945 – 1 Januari 1946 | 13.183 |
Orang-orang pertama yang dideportasi mula-mula tiba di RSS Uzbek pada tanggal 29 Mei 1944 dan kebanyakan tiba pada tanggal 8 Juni 1944.[56] Tingkat kematian pada orang-orang Tatar Krimea yang telah tiba di Uzbekistan masih diperdebatkan; NKVD tidak memiliki catatan yang lengkap mengenai tingkat kematian pada kelompok-kelompok etnis di pengasingan. Seperti suku bangsa lainnya yang dideportasi, orang-orang Tatar Krimea ditempatkan di bawah rezim permukiman-permukiman khusus. Banyak dari antara mereka yang dijadikan pekerja paksa di pertambangan-pertambangan batubara dan batalion-batalion konstruksi di bawah pengawasan NKVD. Mereka yang lari diganjar hukuman mati.[57] Para pemukim rutin bekerja sebelas sampai dua belas jam sehari tanpa hari libur.[58] Selain harus melakukan kerja fisik yang keras, orang-orang Tatar Krimea hanya diberi roti dengan massa antara 200 gram[59] hingga 400 g per hari.[60] Tempat tinggal mereka pun tak mencukupi; beberapa orang terpaksa berdiam di gubuk-gubuk lumpur yang "tidak memiliki pintu atau jendela, atau apapun, hanya alang-alang" di lantai untuk tidur.[61]
Kondisi sarana transportasi yang dipakai untuk mengangkut mereka ke kawasan-kawasan terpencil ini juga sangat buruk. Secara teoretis, NKVD memasukkan 50 orang ke dalam setiap gerbong kereta bersama dengan harta benda mereka. Namun, seorang saksi mengklaim bahwa terdapat 133 orang di dalam gerbongnya.[62] Mereka hanya memiliki satu lubang di lantai gerbong yang dijadikan toilet.[63] Beberapa perempuan hamil bahkan terpaksa melahirkan di dalam gerbong.[64] Keadaan di dalam gerbong-gerbong kereta yang tertutup dan penuh sesak diperburuk dengan ketiadaan higenitas, yang menyebabkan penyakit tifus.[63] Kereta-kereta jarang berhenti untuk membuka pintu, sehingga yang sakit mudah menulari orang-orang lainnya di dalam gerbong-gerbong tersebut.[63] Mereka baru boleh keluar dari gerbong-gerbong tertutup tersebut setelah tiba di Uzbekistan.[63] Namun, beberapa masih harus melanjutkan perjalanan mereka ke tempat-tempat tujuan lainnya di Asia Tengah. Beberapa saksi mengklaim bahwa mereka diangkut di dalam gerbong-gerbong tertutup selama 24 hari berturut-turut,[65] dan mereka diberi sangat sedikit makanan dan air.[40] Udara segar sama sekali tidak tersedia, karena pintu-pintu dan jendela-jendela ditutup rapat. Di RSS Kazakh, para penjaga transportasi hanya membuka pintu untuk mengeluarkan jasad-jasad di sepanjang perjalanan. Maka dari itu, orang-orang Tatar Krimea menyebut gerbong-gerbong tersebut sebagai "krematorium yang memiliki roda."[66] Catatan-catatan sejarah menunjukkan bahwa 7.889 orang Tatar Krimea tewas selama perjalanan, atau sekitar 4% dari populasi mereka.[67]
"Kami dipaksa untuk memperbaiki tenda-tenda kami sendiri. Kami bekerja dan kami kelaparan. Banyak yang sungguh dilemahkan oleh rasa lapar hingga mereka tak dapat berdiri.... Laki-laki kami berada di barisan depan dan tak ada satu pun yang dapat menguburkan orang-orang mati. Terkadang jenazah-jenazah terbaring di tengah-tengah kami selama beberapa hari.... Beberapa anak Tatar Krimea menggali makam-makam kecil dan mengubur anak-anak kecil yang tidak beruntung.[68] |
— seorang perempuan Tatar Krimea yang mengisahkan kehidupan di pengasingan |
Tingkat kematian di pengasingan masih tetap tinggi akibat malnutrisi, eksploitasi buruh, penyakit, kurangnya perawatan medis, dan iklim gurun yang keras di Uzbekistan.[69] Orang-orang yang diasingkan sering kali ditempatkan di wilayah konstruksi terberat. Fasilitas-fasilitas medis Uzbek dipenuhi oleh orang-orang Tatar Krimea yang terserang penyakit-penyakit setempat yang tak dapat ditemui di Semenanjung Krimea karena airnya lebih murni; penyakit-penyakit tersebut meliputi demam kuning, distrofi, malaria, dan penyakit usus.[44] Jumlah korban tewas mencapai titik tertinggi pada lima tahun pertama. Pada tahun 1949, pemerintah Soviet menghitung populasi kelompok etnis yang dideportasi yang tinggal di permukiman-permukiman khusus. Menurut catatan mereka, terdapat 44.887 kematian yang berlebih dalam lima tahun ini, atau 19,6% dari jumlah kelompok tersebut.[1] Sumber-sumber lainnya menyebut angka 44.125 kematian pada masa itu,[70] sementara sumber ketiga yang menyelidiki arsip-arsip alternatif NKVD memberikan angka 32.107 kematian.[4] Laporan-laporan tersebut meliputi semua orang yang dipindahkan dari Krimea (termasuk orang-orang Armenia, Bulgaria dan Yunani), tetapi orang-orang Tatar Krimea merupakan mayoritas di dalam kelompok ini. Butuh waktu lima tahun hingga jumlah kelahiran di kalangan orang-orang yang dideportasi mulai melampaui jumlah kematian.[69] Arsip-arsip Soviet menunjukkan bahwa antara Mei 1944 dan Januari 1945, sebanyak 13.592 orang Tatar Krimea menjemput ajal di pengasingan, atau sekitar 7% dari seluruh populasi mereka.[55] Hampir separuh kematian tersebut (6.096) merupakan kematian anak-anak di bawah usia 16 tahun; 4.525 lainnya adalah wanita dewasa dan 2.562 adalah pria dewasa. Pada tahun 1945, 13.183 orang meninggal dunia.[55] Maka dari itu, pada akhir Desember 1945, sekitar 27.000 orang Tatar Krimea telah meninggal dalam pengasingan.[71] Seorang wanita Tatar Krimea yang tinggal di dekat Tashkent mengisahkan peristiwa-peristiwa dari tahun 1944:
Orang tuaku dipindah dari Krimea ke Uzbekistan pada Mei 1944. Orang tuaku memiliki saudari dan saudara, tetapi saat mereka tiba di Uzbekistan, yang selamat hanyalah mereka sendiri. Saudari dan saudara orang tuaku semuanya meninggal selama perjalanan akibat pilek berat dan penyakit lainnya.... Ibuku benar-benar ditinggal sendiri dan pekerjaan pertamanya adalah menebang pohon-pohon.[72]
Perkiraan-perkiraan yang ditaksir oleh orang-orang Tatar Krimea menunjukkan angka kematian yang jauh lebih tinggi dan meliputi 46% dari populasi mereka yang tinggal di pengasingan.[73] Pada tahun 1968, ketika Leonid Brezhnev memimpin Uni Soviet, para aktivis Tatar Krimea yang memakai angka kematian yang lebih tinggi mengalami penindasan karena hal tersebut dianggap sebagai "fitnah" terhadap Uni Soviet. Untuk menunjukkan bahwa klaim Tatar Krimea itu dilebih-lebihkan, KGB menerbitkan angka yang menunjukkan bahwa "hanya" 22% dari kelompok etnis tersebut yang meninggal.[73] Para ahli sendiri telah mengeluarkan perkiraan yang bermacam-macam. Hannibal Travis memperkirakan bahwa sebanyak 40.000–80.000 orang Tatar Krimea meninggal di pengasingan.[74] J. Otto Pohl mengutip angka Michael Rywkin yang menyatakan bahwa terdapat paling tidak 42.000 Tatar Krimea yang meninggal antara tahun 1944 hingga 1951, sehingga menunjukkan bahwa sekitar 20% populasi mereka tewas akibat kebijakan deportasi. Pohl menyebutnya sebagai "salah satu kasus pembunuhan massal bermotif etnis terburuk pada abad ke-20."[75] Komite Kenegaraan Krimea sendiri menaksir bahwa 45.000 orang Tatar Krimea meninggal antara tahun 1944 hingga 1948. Sementara itu, laporan resmi NKVD memperkirakan bahwa 27% orang Tatar Krimea meninggal.[4]
Rehabilitasi
Pemerintah Stalin menolak memberikan kepada orang-orang Tatar Krimea hak pendidikan maupun penerbitan dalam bahasa asli mereka. Meskipun mereka harus belajar dengan bahasa Rusia atau Uzbek sebagai bahasa pengantar, mereka masih mampu mempertahankan identitas kebudayaan mereka.[76] Pada tahun 1956, pemimpin Soviet yang baru, Nikita Khrushchev, menyampaikan sebuah pidato yang mengecam kebijakan-kebijakan Stalin, termasuk deportasi massal berbagai suku bangsa. Namun demikian, meskipun banyak suku bangsa lain yang diizinkan kembali ke tanah air mereka, tiga kelompok dipaksa untuk menetap di pengasingan: orang Jerman Soviet, Turki Meskhetia, dan Tatar Krimea.[77] Pada tahun 1954, Khrushchev menggabungkan wilayah Krimea dengan Republik Sosialis Soviet Ukraina (RSS Ukraina) karena Krimea terhubung dengan Ukraina di daratan dan bukan dengan RSFS Rusia.[78] Pada tanggal 28 April 1956, arahan yang berjudul "Perihal Pencabutan Pembatasan terhadap Permukiman Khusus Tatar Krimea... yang Direlokasi Selama Perang Patriotik Raya" dikeluarkan, yang memerintahkan de-registrasi orang-orang yang dideportasi dan agar mereka tidak lagi diawasi secara administratif. Namun, berbagai batasan lainnya masih dipertahankan dan orang-orang Tatar Krimea tidak diizinkan untuk kembali ke Krimea. Selain itu, pada tahun yang sama, Dewan Menteri Ukraina melarang orang-orang Tatar, Yunani, Jerman, Armenia dan Bulgaria yang diasingkan untuk kembali ke Oblast Kherson, Zaporizhia, Mykolaiv, dan Odessa di RSS Ukraina.[79] Orang-orang Tatar juga tak diberi ganti rugi apapun untuk harta benda mereka yang hilang.[77]
Pada era 1950-an, orang-orang Tatar Krimea mulai secara aktif memperjuangkan hak mereka untuk kembali. Pada tahun 1957, mereka mengumpulkan 6.000 tanda tangan di dalam sebuah petisi yang dikirim ke Soviet Tertinggi, dan petisi ini menuntut rehabilitasi politik dan hak untuk pulang ke Krimea.[68] Pada tahun 1961, 25.000 tanda tangan dikumpulkan di dalam sebuah petisi yang dikirim ke Kremlin.[77]
Mustafa Dzhemilev, yang baru berusia enam bulan saat keluarganya dideportasi dari Krimea, dibesarkan di Uzbekistan dan menjadi seorang aktivis yang memperjuangkan hak orang-orang Tatar Krimea untuk kembali ke tanah air mereka. Pada tahun 1966, ia ditangkap untuk pertama kalinya dan menjalani hukuman 17 tahun penjara pada masa Soviet. Maka dari itu, ia diberi julukan "Mandela Tatar Krimea."[80] Pada tahun 1984, ia dihukum untuk keenam kalinya akibat "kegiatan anti-Soviet", tetapi diberi dukungan moral oleh pembangkang Soviet Andrei Sakharov yang pernah menyaksikan pengadilan keempat Dzhemilev pada tahun 1976.[81] Walaupun para pembangkang lama ditangkap, generasi muda muncul untuk menggantikan mereka .[77]
Pada tanggal 21 Juli 1967, para perwakilan Tatar Krimea yang dipimpin oleh Ayshe Seytmuartova diberi izin untuk bertemu dengan para pejabat Soviet berpangkat tinggi di Moskwa, termasuk Yuri Andropov. Selama pertemuan tersebut, para perwakilan Tatar Krimea menuntut penegakkan keadilan. Pada September 1967, Soviet Tertinggi mengeluarkan dekret yang memberikan amnesti kepada orang-orang Tatar Krimea terkait dengan tuduhan pengkhianatan massal pada masa Perang Dunia II dan juga memberikan mereka lebih banyak hak di Uni Soviet. Namun, orang-orang Tatar Krimea masih belum mendapatkan apa yang paling mereka inginkan: hak untuk kembali ke Krimea. Dekret yang ditulis secara hati-hati tersebut menyatakan bahwa "Warga negara berkebangsaan Tatar yang dulunya tinggal di Krimea […] telah mengakar di RSS Uzbek."[82] Individu-individu Tatar Krimea lalu bersatu dan membentuk kelompok-kelompok yang kembali ke Krimea pada tahun 1968 tanpa izin negara, tetapi pemerintah Soviet kemudian kembali mendeportasi 6.000 dari antara mereka.[83] Contoh paling terkenal dari gerakan perlawanan semacam ini adalah aktivis Tatar Krimea Musa Mahmut, yang telah dideportasi saat ia berusia 12 tahun dan kembali ke Krimea karena ia ingin melihat kampung halamannya lagi. Saat kepolisian memberitahukannya bahwa ia akan diusir, ia melumuri minyak ke sekujur tubuhnya dan membakar dirinya sendiri.[83] Meskipun begitu, 577 keluarga berhasil mendapatkan izin negara untuk menetap di Krimea.[84]
Pada tahun 1968, terjadi kerusuhan di kalangan Tatar Krimea di kota Uzbek Chirchiq.[85] Pada Oktober 1973, penyair dan profesor Yahudi Ilya Gabay bunuh diri dengan melompat dari sebuah gedung di Moskwa. Ia adalah salah satu pembangkang Yahudi di Uni Soviet yang memperjuangkan hak-hak orang tertindas, khususnya Tatar Krimea. Gabay pernah ditangkap dan dikirim ke kamp buruh, tetapi masih gigih dalam memperjuangkan hak asasi karena ia merasa yakin bahwa tindakan-tindakan Uni Soviet terhadap orang-orang Tatar Krimea dapat dianggap sebagai genosida.[86] Pada tahun yang sama, Dzhemilev juga ditangkap.[87]
Walaupun proses de-Stalinisasi sudah dilakukan di Uni Soviet, nasib Tatar Krimea baru berubah setelah Mikhail Gorbachev mulai berkuasa dan memberlakukan program perestroika pada akhir era 1980-an. Pada tahun 1987, aktivis-aktivis Tatar Krimea mengadakan unjuk rasa di pusat kota Moskwa di dekat Kremlin.[68] Gorbachev kemudian membentuk sebuah komisi untuk menyelidiki hal ini. Kesimpulan pertama komisi tersebut, yang dipimpin oleh Andrei Gromyko, adalah "tidak ada dasar untuk memperbaharui otonomi dan memberikan kepada Tatar Krimea hak untuk kembali", tetapi Gorbachev memerintahkan pendirian komisi kedua yang kemudian menyarankan pembaharuan otonomi untuk Tatar Krimea.[88] Akhirnya, pada tahun 1989, larangan kembalinya etnis-etnis yang dideportasi secara resmi dinyatakan batal demi hukum, sementara Dewan Tertinggi Krimea pada tanggal 14 November 1989 mengumandangkan bahwa tindakan deportasi Tatar Krimea pada masa sebelumnya adalah sebuah tindakan kejahatan.[49] Maka terbukalah jalan bagi 260.000 Tatar Krimea untuk pulang ke tanah air mereka. Pada tahun yang sama, Dzhemilev pulang ke Krimea, dan pada tanggal 1 Januari 1992, sekitar 166.000 Tatar Krimea lainnya melakukan hal yang sama.[89] Selain itu, pada tahun 1991, dikeluarkan sebuah hukum di Rusia yang disebut Tentang Rehabilitasi Suku-suku yang Tertindas. Hukum ini berisi tentang proses rehabilitasi seluruh etnis yang tertindas di Uni Soviet. Hukum tersebut menghapuskan "semua hukum [RSFS Rusia] sebelumnya yang terkait dengan deportasi paksa yang ilegal" dan menyerukan "restorasi dan pengembalian arsip-arsip dan nilai-nilai kebudayaan dan spiritual yang mewakili warisan suku-suku yang tertindas."[90]
Pada tahun 2004, suku bangsa Tatar Krimea mencakup 12% populasi Krimea.[91] Walaupun begitu, proses kembalinya orang-orang Tatar Krimea bukanlah proses yang mudah; pada tahun 1989, saat mereka mulai kembali secara massal, berbagai kelompok nasionalis Rusia mengadakan unjuk rasa di Krimea dengan slogan: "Tatar pengkhianat - Keluarlah dari Krimea!" Bentrok juga dikabarkan terjadi antara warga setempat dengan orang-orang Tatar Krimea pada tahun 1990 di dekat Yalta, yang membuat militer turun tangan untuk menenangkan keadaan. Aparat Soviet merasa enggan untuk membantu orang-orang Tatar mencari pekerjaan atau tempat tinggal.[92] Orang-orang yang pulang mendapati bahwa 517 desa Tatar Krimea telah ditinggalkan, tetapi birokrasi menghalangi upaya mereka untuk memulihkan desa-desa ini.[68] Pada tahun 1991, paling tidak terdapat 117 keluarga Tatar Krimea yang tinggal di tenda-tenda di dekat Simferopol.[93] Setelah pembubaran Uni Soviet, Krimea menjadi wilayah negara Ukraina yang merdeka, tetapi Kiev tidak banyak memberikan bantuan kepada para pemukim Tatar Krimea. Sekitar 150.000 orang yang pulang mendapatkan kewarganegaraan secara otomatis berdasarkan Hukum Kewarganegaraan Ukraina tahun 1991, tetapi 100.000 orang yang pulang setelah negara tersebut merdeka menghadapi berbagai rintangan, termasuk proses birokrasi yang mahal.[94] Pengasingan orang-orang Tatar Krimea berlangsung selama hampir 50 tahun, dan ada beberapa orang Tatar Krimea yang memutuskan untuk menetap di Uzbekistan, sehingga mereka harus berpisah dengan anggota keluarga yang telah memutuskan untuk kembali ke Krimea.[95] Pada tahun 2000, terdapat 46.603 permintaan lahan dari orang-orang yang telah kembali. Kebanyakan tuntutan tersebut ditolak. Di sekitaran kota-kota besar, seperti Sevastopol, seorang Tatar Krimea rata-rata hanya diberi 0,04 ekar (0,016 hektare) lahan yang bermutu rendah atau tidak cocok untuk pertanian.[96]
Pandangan modern dan tinggalan sejarah
Kolaborator-kolaborator KGB murka saat kami mengumpulkan bukti statistik tentang orang-orang Tatar Krimea yang meninggal di pengasingan dan saat kami mengumpulkan material-material yang membongkar para komandan sadis yang memperolok [orang-orang Tatar Krimea] pada masa Stalin dan yang seharusnya diadili akibat kejahatan terhadap kemanusiaan, sesuai dengan aturan-aturan Pengadilan Nürnberg. Akibat kejahatan tahun 1944, aku kehilangan beribu-ribu saudara dan saudariku. Dan ini harus diingat![97] |
— Mustafa Dzhemilev, 1966 |
Sejarawan Ukraina-Kanada Peter J. Potichnyj menyimpulkan bahwa ketidakpuasan orang-orang Tatar Krimea di pengasingan mencerminkan gambaran yang lebih luas mengenai bagaimana kelompok etnis non-Rusia di Uni Soviet mulai meluapkan amarah mereka secara terbuka terhadap ketidakadilan yang dihasilkan oleh para ideolog Rusia Raya.[7] Pada tahun 1985, sebuah esai karya jurnalis Ukraina Vasil Sokil yang berjudul Tidak Melupakan Apapun, Tidak Melupakan Siapapun diterbitkan dalan jurnal imigran Rusia Kontinent. Dengan gaya bahasa yang sering kali bersifat sarkastik, esai ini menyoroti suku bangsa Soviet yang terlupakan dan menderita selama Perang Dunia II, dan bagaimana pengalaman mereka merusak narasi resmi Uni Soviet mengenai kemenangan yang berkepahlawanan selama Perang Dunia II: "Banyak orang yang berhasil melalui segala penyiksaan di kamp-kamp konsentrasi Hitler, hanya untuk kemudian dikirim ke gulag Siberia. […] Apa yang sesungguhnya seorang manusia butuhkan? Tak banyak. Hanya sekadar diakui sebagai manusia. Bukan sebagai seekor hewan." Sokil menjadikan pengalaman Tatar Krimea sebagai contoh suku bangsa yang tidak diberikan pengakuan sebagai manusia.[98]
Antara tahun 1989 hingga 1994, sekitar seperempat juta orang Tatar Krimea pindah dari Asia Tengah ke Krimea; ini dipandang sebagai kemenangan simbolis dari upaya mereka untuk pulang ke tanah air mereka.[99] Mereka pulang setelah 45 tahun di pengasingan.[100]
Tidak ada satu pun dari sepuluh kelompok etnis yang dideportasi pada era Stalin yang mendapatkan ganti rugi dalam bentuk apapun.[29] Beberapa kelompok dan aktivis Tatar Krimea menyerukan agar masyarakat internasional membantu memberikan tekanan terhadap Federasi Rusia, negara penerus Uni Soviet, untuk membiayai rehabilitasi kelompok etnis tersebut dan memberikan ganti rugi keuangan.[101]
Deportasi Tatar Krimea diduga dilakukan karena Stalin berencana untuk mengendalikan Krimea secara penuh. Selain itu, rencana Soviet untuk mendapatkan akses ke Selat Dardanella dan juga untuk mengendalikan wilayah di Turki (yang merupakan tempat tinggal kerabat etnis Tatar) lagi-lagi memunculkan pandangan bahwa orang Tatar Krimea kemungkinan tidak akan setia kepada Uni Soviet.[22] Cendekiawan Walter Kolarz menganggap deportasi ini sebagai tindakan terakhir dari proses kolonisasi Krimea oleh Rusia yang sudah berlangsung sejak tahun 1783.[7] Sejarawan Gregory Dufaud berpendapat bahwa tuduhan Soviet terhadap Tatar Krimea hanya dijadikan dalih untuk memindahkan mereka secara paksa agar Moskwa dapat mengakses wilayah selatan wilayah Laut Hitam yang strategis tanpa perlu menghadapi persaingan, dan juga untuk menyingkirkan suku bangsa yang diduga merupakan suku bangsa pemberontak.[102] Profesor Brian Glyn Williams menyatakan bahwa deportasi orang-orang Turki Meskhetia yang tidak tinggal di dekat wilayah perang dan belum pernah dikenakan tuduhan kejahatan juga semakin memperkuat kemungkinan bahwa deportasi orang-orang Krimea dan Kaukasus disebabkan oleh kebijakan luar negeri Soviet dan bukan akibat "kejahatan massal universal" yang sesungguhnya.[103]
Pada Maret 2014, wilayah Krimea dianeksasi oleh Federasi Rusia. Aneksasi tersebut lalu dinyatakan ilegal oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (Resolusi 68/262). Pemerintah Federasi Rusia secara resmi mengeluarkan dekret No. 268 "Tentang Tindakan-Tindakan untuk Merehabilitasi Bangsa-Bangsa Armenia, Bulgaria, Yunani, Tatar Krimea dan Jerman dan Bantuan Negara untuk [Proses] Pemulihan dan Pembangunan Mereka" pada tanggal 21 April 2014.[104] Namun, Kantor Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Hak Asasi Manusia memberikan peringatan kepada Kremlin pada tahun 2016 karena mereka "mengintimidasi, mengganggu, dan memenjarakan para perwakilan Tatar Krimea, sering kali atas tuduhan-tuduhan yang meragukan",[34] sementara badan perwakilan Tatar Krimea yang disebut "Mejlis" secara resmi dilarang.[105]
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan bahwa lebih dari 10.000 orang meninggalkan Krimea setelah wilayah tersebut diambilalih oleh Rusia pada tahun 2014, dan kebanyakan adalah orang Tatar Krimea.[106] Terdapat berbagai alasan yang mendasari kepergian mereka, seperti ketidakamanan, ketakutan, dan intimidasi dari aparat Rusia yang baru.[107] Dalam laporannya pada tahun 2015, Kantor Komisioner Tinggi PBB untuk HAM menyatakan bahwa berbagai pelanggaran hak asasi manusia telah terjadi di Krimea, termasuk tindakan penghalangan terhadap upaya Tatar Krimea untuk memperingati 71 tahun deportasi mereka.[108] Dzhemilev, yang sedang berada di Turki saat Krimea dikuasai oleh Rusia, dilarang masuk Krimea selama lima tahun oleh pemerintah Rusia, sehingga ini adalah kedua kalinya ia diusir dari tanah airnya.[109]
Sejarawan dan ahli modern sering kali menganggap peristiwa deportasi massal Tatar Krimea sebagai sebuah kejahatan terhadap kemanusiaan,[110] pembersihan etnis,[111][99][40] depopulasi,[112] tindakan penindasan Stalinis,[113] atau "etnosida", yang artinya tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk memusnahkan identitas dan budaya dari suatu bangsa.[114][102] Tatar Krimea menyebut peristiwa ini dengan julukan Sürgünlik ("pengasingan").[115]
Beberapa aktivis, politikus, dan sejarawan menganggap deportasi tersebut sebagai sebuah genosida.[116] Contohnya adalah dua pembangkang Soviet, yaitu Ilya Gabay[86] dan Pyotr Grigorenko.[117] Selain itu, pada tanggal 12 Desember 2015, Parlemen Ukraina mengeluarkan sebuah resolusi yang mengakui peristiwa deportasi Tatar Krimea sebagai sebuah genosida dan menjadikan 18 Mei sebagai "Hari Mengenang Para Korban Genosida Tatar Krimea."[118] Namun, beberapa akademisi tidak setuju dengan penggunaan istilah genosida, terutama mengingat bahwa istilah tersebut merupakan istilah dalam hukum pidana internasional yang memiliki prasyarat-prasyarat tertentu. Profesor Alexander Statiev berpendapat bahwa pemerintahan Stalin tak memiliki maksud atau itikad untuk memusnahkan suku-suku bangsa yang dideportasi; menurutnya, "budaya politik, perencanaan yang buruk, ketergesa-gesaan, dan kekurangan [bahan pokok] pada masa perang mengakibatkan tingkat kematian yang seperti genosida di antara mereka." Ia justru menganggap deportasi tersebut sebagai contoh upaya asimilasi terhadap "bangsa-bangsa yang tak diinginkan."[119] Menurut Profesor Amir Weiner, "...Yang ingin dimusnahkan adalah identitas wilayah mereka dan bukan keberadaan mereka secara fisik atau identitas etnis mereka."[120] Sementara itu, Profesor Francine Hirsch berpendapat bahwa "Meskipun rezim Soviet mempraktikkan politik diskriminasi dan eksklusi, mereka tidak melakukan praktik yang dianggap sebagai politik rasial pada masa itu." Baginya, deportasi massal tersebut didasarkan pada konsep bahwa suku-suku bangsa tersebut adalah "kelompok-kelompok sosio-sejarah yang memiliki hati nurani bersama dan bukan kelompok-kelompok rasial-biologis".[121]
Dalam kebudayaan populer
Pada tahun 2008, Lily Hyde, seorang jurnalis Britania Raya yang tinggal di Ukraina, menerbitkan sebuah novel berjudul Dreamland yang mengisahkan sebuah keluarga Tatar Krimea yang kembali ke tanah air mereka pada era 1990-an. Ceritanya dikisahkan dari sudut pandang seorang gadis berusia 12 tahun yang pindah bersama dengan orang tuanya, saudaranya, dan kakeknya dari Uzbekistan ke sebuah desa yang sebelumnya telah dihancurkan. Kakeknya juga menceritakan kepadanya kisah-kisah para pahlawan dan korban di kalangan Tatar Krimea.[122]
Film Ukraina berbahasa Tatar Krimea tahun 2013 yang berjudul Haytarma mengisahkan seorang pilot uji coba Tatar Krimea dan Pahlawan Uni Soviet Amet-khan Sultan dengan latar belakang deportasi tahun 1944.[123]
Pada tahun 2015, Christina Paschyn merilis film dokumenter A Struggle for Home: The Crimean Tatars yang merupakan sebuah kerjasama produksi Ukraina–Qatar. Film tersebut mengisahkan sejarah Tatar Krimea dari tahun 1783 sampai 2014, dengan sorotan khusus terhadap peristiwa deportasi massal pada tahun 1944.[124]
Selama Kontes Lagu Eurovision 2016, penyanyi Tatar Krimea Ukraina Jamala menyanyikan lagu 1944 yang berisi tentang peristiwa deportasi Tatar Krimea. Jamala sendiri lahir di pengasingan di Kirgizstan, dan ia mendedikasikan lagu tersebut kepada nenek buyutnya yang dideportasi. Ia menjadi orang Tatar Krimea pertama yang tampil di Kontes Lagu Eurovision, dan ia pada akhirnya berhasil memenangkan kontes tersebut sebagai perwakilan Ukraina.[125]
Referensi
- ^ a b Buckley, Ruble & Hofmann (2008), hlm. 207
- ^ Williams 2015, hlm. 109.
- ^ Rywkin 1994, hlm. 67.
- ^ a b c Ukrainian Congress Committee of America 2004, hlm. 43–44.
- ^ Spring 2015, hlm. 228.
- ^ Fisher 2014, hlm. 27.
- ^ a b c Potichnyj 1975, hlm. 302–319.
- ^ a b Tanner 2004, hlm. 22.
- ^ a b Vardys (1971), hlm. 101
- ^ a b Smele 2015, hlm. 302.
- ^ Olson, Pappas & Pappas 1994, hlm. 185.
- ^ Rosefielde 1997, hlm. 321–331.
- ^ a b c d Parrish 1996, hlm. 104.
- ^ Williams (2015), hlm. 92
- ^ Williams (2001), hlm. 377
- ^ a b Fisher 2014, hlm. 157.
- ^ Drohobycky 1995, hlm. 73.
- ^ Williams (2001), hlm. 379
- ^ a b Fisher 2014, hlm. 155.
- ^ Fisher 2014, hlm. 160.
- ^ Buckley, Ruble & Hoffman (2008), hlm. 209
- ^ a b Skutsch 2013, hlm. 1188.
- ^ a b Williams (2001), hlm. 382–384
- ^ Fisher 2014, hlm. 156.
- ^ Williams (2001), hlm. 381
- ^ Fisher 2014, hlm. 151–152.
- ^ Allworth 1998, hlm. 177.
- ^ Colborne, 19 Mei 2016
- ^ a b c Human Rights Watch 1991, hlm. 3.
- ^ Banerji, 23 Oktober 2012
- ^ Williams (2001), hlm. 374–375
- ^ Knight 1995, hlm. 127.
- ^ a b c Buckley, Ruble & Hoffman (2008), hlm. 231
- ^ a b Office of the United Nations High Commissioner for Human Rights 2016.
- ^ Weiner 2003, hlm. 224.
- ^ Tweddell & Kimball 1985, hlm. 190.
- ^ Pohl (1999), hlm. 114
- ^ a b Pohl 2000, hlm. 3.
- ^ a b Levene 2013, hlm. 317.
- ^ a b c d e Magocsi 2010, hlm. 690.
- ^ Garrard & Healicon 1993, hlm. 167.
- ^ Merridale 2007, hlm. 261.
- ^ Pohl (1999), hlm. 5
- ^ a b Williams 2015, hlm. 106.
- ^ Pohl (1999), hlm. 115
- ^ Pohl 2000, hlm. 1.
- ^ Magocsi 2010, hlm. 691.
- ^ Studies on the Soviet Union 1970, hlm. 87.
- ^ a b c Sandole et al. 2008, hlm. 94.
- ^ Bugay 1996, hlm. 46.
- ^ Syed, Akhtar & Usmani 2011, hlm. 298.
- ^ a b Stronski 2010, hlm. 132–133.
- ^ Williams (2001), hlm. 401
- ^ Buckley, Ruble & Hoffman (2008), hlm. 238
- ^ a b c Amnesty International 1973, hlm. 160–161.
- ^ Kamenetsky 1977, hlm. 244.
- ^ Pohl 2000, hlm. 3–4.
- ^ Viola 2007, hlm. 99.
- ^ Kucherenko 2016, hlm. 85.
- ^ Reid 2015, hlm. 204.
- ^ Lillis 2014.
- ^ Reid 2015.
- ^ a b c d Pohl 2000, hlm. 4.
- ^ Uehling 2002, hlm. 3.
- ^ Human Rights Watch 1991, hlm. 33.
- ^ Allworth 1998, hlm. 155.
- ^ Garrard & Healicon 1993, hlm. 168.
- ^ a b c d Human Rights Watch 1991, hlm. 37.
- ^ a b Pohl 2000, hlm. 7.
- ^ Human Rights Watch 1991, hlm. 9.
- ^ Moss 2008, hlm. 17.
- ^ Dadabaev 2015, hlm. 56.
- ^ a b Human Rights Watch 1991, hlm. 34.
- ^ Travis 2010, hlm. 334.
- ^ Pohl 2000, hlm. 10.
- ^ Pohl 2000, hlm. 5.
- ^ a b c d Tanner 2004, hlm. 31.
- ^ Requejo & Nagel 2016, hlm. 179.
- ^ Bazhan 2015, hlm. 182.
- ^ Vardy, Tooley & Vardy 2003, hlm. 554.
- ^ Shabad, 11 Maret 1984
- ^ Williams 2015, hlm. 165.
- ^ a b Williams (2001), hlm. 425
- ^ Tanner 2004, hlm. 32.
- ^ Williams 2015, hlm. 127.
- ^ a b Fisher 2014, hlm. 150.
- ^ Williams 2015, hlm. 129.
- ^ Human Rights Watch 1991, hlm. 38.
- ^ Kamm, 8 Februari 1992
- ^ Bugay 1996, hlm. 213.
- ^ BBC News, 18 Mei 2004
- ^ Garrard & Healicon 1993, hlm. 173.
- ^ Human Rights Watch 1991, hlm. 44.
- ^ Prokopchuk, 8 Juni 2005
- ^ Uehling 2002, hlm. 388–408.
- ^ Buckley, Ruble & Hoffman (2008), hlm. 237
- ^ Allworth 1998, hlm. 214.
- ^ Finnin 2011, hlm. 1091–1124.
- ^ a b Williams 2002, hlm. 323–347.
- ^ Williams (2001), hlm. 439
- ^ Allworth 1998, hlm. 356.
- ^ a b Dufaud 2007, hlm. 151–162.
- ^ Williams (2002), hlm. 386
- ^ Office of the United Nations High Commissioner for Human Rights 2014, hlm. 15.
- ^ Nechepurenko, 26 April 2016
- ^ UN News Centre, 20 Mei 2014
- ^ Office of the United Nations High Commissioner for Human Rights 2014, hlm. 13.
- ^ Office of the United Nations High Commissioner for Human Rights 2015, hlm. 40–41.
- ^ Reuters, 22 April 2014
- ^ Wezel 2016, hlm. 225.
- ^ Requejo & Nagel 2016, hlm. 180.
- ^ Polian 2004, hlm. 318.
- ^ Lee 2006, hlm. 27.
- ^ Williams (2002), hlm. 357–373
- ^ Zeghidour 2014, hlm. 83–91.
- ^ Tatz & Higgins 2016, hlm. 28.
- ^ Allworth 1998, hlm. 216.
- ^ Radio Free Europe, 21 Januari 2016
- ^ Statiev 2010, hlm. 243–264.
- ^ Weiner 2002, hlm. 44–53.
- ^ Hirsch 2002, hlm. 30–43.
- ^ O'Neil, 1 Agustus 2014
- ^ Grytsenko, 8 Juli 2013
- ^ International Documentary Film Festival Amsterdam, 2016
- ^ John, 13 Mei 2016
Sumber
- Buku
- Allworth, Edward (1998). The Tatars of Crimea: Return to the Homeland: Studies and Documents. Durham: Duke University Press. ISBN 9780822319948. LCCN 97019110. OCLC 610947243.
- Bazhan, Oleg (2015). "The Rehabilitation of Stalin's Victims in Ukraine, 1953–1964: A Socio-Legal Perspective". Dalam McDermott, Kevin; Stibbe, Matthew. De-Stalinising Eastern Europe: The Rehabilitation of Stalin's Victims after 1953. Basingstoke: Palgrave Macmillan. ISBN 9781137368928. OCLC 913832228.
- Buckley, Cynthia J.; Ruble, Blair A.; Hofmann, Erin Trouth (2008). Migration, Homeland, and Belonging in Eurasia. Washington, D.C.: Woodrow Wilson Center Press. ISBN 9780801890758. LCCN 2008015571. OCLC 474260740.
- Bugay, Nikolay (1996). The Deportation of Peoples in the Soviet Union. New York City: Nova Publishers. ISBN 9781560723714. OCLC 36402865.
- Dadabaev, Timur (2015). Identity and Memory in Post-Soviet Central Asia: Uzbekistan's Soviet Past. Milton Park: Routledge. ISBN 9781317567356. LCCN 2015007994.
- Drohobycky, Maria (1995). Crimea: Dynamics, Challenges and Prospects. Lanham: Rowman & Littlefield. ISBN 9780847680672. LCCN 95012637. OCLC 924871281.
- Fisher, Alan W. (2014). Crimean Tatars. Stanford, California: Hoover Press. ISBN 9780817966638. LCCN 76041085. OCLC 946788279.
- Garrard, John; Healicon, Alison (1993). World War 2 and the Soviet People: Selected Papers from the Fourth World Congress for Soviet and East European Studies. New York City: Springer. ISBN 9781349227969. LCCN 92010827. OCLC 30408834.
- Kamenetsky, Ihor (1977). Nationalism and Human Rights: Processes of Modernization in the USSR. Littleton, Colorado: Association for the Study of the Nationalities (USSR and East Europe) Incorporated. ISBN 9780872871434. LCCN 77001257.
- Knight, Amy (1995). Beria: Stalin's First Lieutenant. Princeton, N.J.: Princeton University Press. ISBN 9780691010939. LCCN 93003937.
- Kucherenko, Olga (2016). Soviet Street Children and the Second World War: Welfare and Social Control under Stalin. London: Bloomsbury Publishing. ISBN 9781474213448. LCCN 2015043330.
- Lee, Jongsoo James (2006). The Partition of Korea After World War II: A Global History. New York City: Springer. ISBN 9781403983015. LCCN 2005054895.
- Levene, Mark (2013). The crisis of genocide: Annihilation: Volume II: The European Rimlands 1939-1953. New York City: OUP Oxford. ISBN 9780191505553. LCCN 2013942047.
- Magocsi, Paul R. (2010). A History of Ukraine: The Land and Its Peoples. Toronto: University of Toronto Press. ISBN 9781442610217. LCCN 96020027. OCLC 899979979.
- Merridale, Catherine (2007). Ivan's War: Life and Death in the Red Army, 1939-1945. New York City: Henry Holt and Company. ISBN 9780571265909. LCCN 2005050457.
- Moss, Walter G. (2008). An Age of Progress?: Clashing Twentieth-Century Global Forces. London: Anthem Press. ISBN 9780857286222. LCCN 2007042449. OCLC 889947280.
- Olson, James Stuart; Pappas, Lee Brigance; Pappas, Nicholas Charles (1994). An Ethnohistorical Dictionary of the Russian and Soviet Empires. Westport, Conn.: Greenwood Publishing Group. ISBN 9780313274978. OCLC 27431039.
- Parrish, Michael (1996). The Lesser Terror: Soviet State Security, 1939-1953. Westport, Conn.: Greenwood Publishing Group. ISBN 9780275951139. OCLC 473448547.
- Pohl, J. Otto (1999). Ethnic Cleansing in the Ussr, 1937-1949. Westport: Greenwood Publishing Group. ISBN 9780313309212. LCCN 98046822. OCLC 185706053.
- Polian, Pavel (2004). Against Their Will: The History and Geography of Forced Migrations in the USSR. Budapest; New York City: Central European University Press. ISBN 9789639241688. LCCN 2003019544.
- Reid, Anna (2015). Borderland: A Journey Through the History of Ukraine. New York City: Hachette, UK. ISBN 9781780229287. LCCN 2015938031.
- Requejo, Ferran; Nagel, Klaus-Jürgen (2016). Federalism Beyond Federations: Asymmetry and Processes of Resymmetrisation in Europe (edisi ke-repeated). Surrey, England: Routledge. ISBN 9781317136125. LCCN 2010033623. OCLC 751970998.
- Rywkin, Michael (1994). Moscow's Lost Empire. Armonk, N.Y.: M.E. Sharpe. ISBN 9781315287713. LCCN 93029308. OCLC 476453248.
- Sandole, Dennis J.D.; Byrne, Sean; Sandole-Staroste, Ingrid; Senehi, Jessica (2008). Handbook of Conflict Analysis and Resolution. London: Routledge. ISBN 9781134079636. LCCN 2008003476. OCLC 907001072.
- Skutsch, Carl (2013). Encyclopedia of the World's Minorities. New York: Routledge. ISBN 9781135193881. OCLC 863823479.
- Smele, Jonathan D. (2015). Historical Dictionary of the Russian Civil Wars, 1916-1926. Lanham: Rowman & Littlefield. ISBN 9781442252813. OCLC 985529980.
- Spring, Peter (2015). Great Walls and Linear Barriers. Barnsley, South Yorkshire: Pen and Sword Books. ISBN 9781473853843. LCCN 2015458193.
- Studies on the Soviet Union (1970). Studies on the Soviet Union. Munich: Institute for the Study of the USSR. OCLC 725829715.
- Stronski, Paul (2010). Tashkent: Forging a Soviet City, 1930–1966. Pittsburgh: University of Pittsburgh Press. ISBN 9780822973898. LCCN 2010020948.
- Syed, Muzaffar Husain; Akhtar, Saud; Usmani, B.D. (2011). A Concise History of Islam. New Delhi: Vij Books India. ISBN 9789382573470. OCLC 868069299.
- Tanner, Arno (2004). The Forgotten Minorities of Eastern Europe: The History and Today of Selected Ethnic Groups in Five Countries. Helsinki: East-West Books. ISBN 9789529168088. LCCN 2008422172. OCLC 695557139.
- Tatz, Colin; Higgins, Winton (2016). The Magnitude of Genocide. Santa Barbara, CA: ABC-CLIO. ISBN 9781440831614. LCCN 2015042289. OCLC 930059149.
- Travis, Hannibal (2010). Genocide in the Middle East: The Ottoman Empire, Iraq, and Sudan. Durham, N.C.: Carolina Academic Press. ISBN 9781594604362. LCCN 2009051514. OCLC 897959409.
- Tweddell, Colin E.; Kimball, Linda Amy (1985). Introduction to the Peoples and Cultures of Asia. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall. ISBN 9780134915722. LCCN 84017763. OCLC 609339940.
- Vardy, Steven Béla; Tooley, T. Hunt; Vardy, Agnes Huszar (2003). Ethnic Cleansing in Twentieth-century Europe. New York City: Social Science Monographs. ISBN 9780880339957. OCLC 53041747.
- Viola, Lynne (2007). The Unknown Gulag: The Lost World of Stalin's Special Settlements. Oxford: Oxford University Press. ISBN 9780195187694. LCCN 2006051397. OCLC 456302666.
- Weiner, Amir (2003). Landscaping the Human Garden: Twentieth-century Population Management in a Comparative Framework. Stanford, California: Stanford University Press. ISBN 9780804746304. LCCN 2002010784. OCLC 50203946.
- Wezel, Katja (2016). Geschichte als Politikum: Lettland und die Aufarbeitung nach der Diktatur. Berlin: BWV Verlag. ISBN 9783830534259. OCLC 951013191. Templat:Ger
- Williams, Brian Glyn (2001). The Crimean Tatars: The Diaspora Experience and the Forging of a Nation. Boston: BRILL. ISBN 9789004121225. LCCN 2001035369. OCLC 46835306.
- Williams, Brian Glyn (2015). The Crimean Tatars: From Soviet Genocide to Putin's Conquest. London, New York: Oxford University Press. ISBN 9780190494728. LCCN 2015033355. OCLC 910504522.
- Laporan berita maya
- Banerji, Robin (23 Oktober 2012). "Crimea's Tatars: A fragile revival". BBC News. Diakses tanggal 4 Agustus 2017.
- Colborne, Michael (19 Mei 2016). "For Crimean Tatars, it is about much more than 1944". Al Jazeera. Diakses tanggal 4 Agustus 2017.
- Grytsenko, Oksana (8 Juli 2013). "'Haytarma', the first Crimean Tatar movie, is a must-see for history enthusiasts". Kyiv Post. Diakses tanggal 2013-10-22.
- John, Tara (13 Mei 2016). "The Dark History Behind Eurovision's Ukraine Entry". Time. Diakses tanggal 4 Agustus 2017.
- Kamm, Henry (8 Februari 1992). "Chatal Khaya Journal; Crimean Tatars, Exiled by Stalin, Return Home". New York Times.
- Lillis, Joanna (2014). "Uzbekistan: Long Road to Exile for the Crimean Tatars". EurasiaNet. Diakses tanggal 4 Agustus 2017.
- Nechepurenko, Ivan (26 April 2016). "Tatar Legislature Is Banned in Crimea". New York Times. Diakses tanggal 4 Agustus 2017.
- O'Neil, Lorena (1 Agustus 2014). "Telling Crimea's Story Through Children's Books". npr.org. Diakses tanggal 4 Agustus 2017.
- Pohl, J. Otto (2000). "The Deportation and Fate of the Crimean Tatars" (PDF). self-published. Diakses tanggal 4 Agustus 2017.
- Shabad, Theodore (11 Maret 1984). "Crimean Tatar Sentenced to 6th Term of Detention". New York Times. Diakses tanggal 4 Agustus 2017.
- "Crimean Tatars recall mass exile". BBC News. 18 Mei 2004. Diakses tanggal 4 Agustus 2017.
- "A Struggle for Home: The Crimean Tatars". International Documentary Film Festival Amsterdam. 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-04. Diakses tanggal 4 Agustus 2017.
- "Ukraine's Parliament Recognizes 1944 'Genocide' Of Crimean Tatars". Radio Free Europe. 21 Januari 2016. Diakses tanggal 4 Agustus 2017.
- "Crimea Tatars say leader banned by Russia from returning". Reuters. 22 April 2014. Diakses tanggal 4 Agustus 2017.
- Ukrainian Congress Committee of America (2004). "The Ukrainian Quarterly, Volumes 60-61". Diakses tanggal 4 Agustus 2017.
- "Some 10,000 people in Ukraine now affected by displacement, UN agency says". UN News Centre. 20 Mei 2014. Diakses tanggal 4 Agustus 2017.
- Jurnal ilmiah
- Dufaud, Grégory (2007). "La déportation des Tatars de Crimée et leur vie en exil (1944-1956): Un ethnocide?". Vingtième Siècle. Revue d'histoire. 96 (1). JSTOR 20475182. (Prancis)
- Finnin, Rory (2011). "Forgetting Nothing, Forgetting No One: Boris Chichibabin, Viktor Nekipelov, and the Deportation of the Crimean Tatars". The Modern Language Review. 106 (4): 1091. doi:10.5699/modelangrevi.106.4.1091. JSTOR 10.5699/modelangrevi.106.4.1091.
- Fisher, Alan W. (1987). "Emigration of Muslims from the Russian Empire in the Years After the Crimean War". Jahrbücher für Geschichte Osteuropas. 35 (3). JSTOR 41047947.
- Hirsch, Francine (2002). "Race without the Practice of Racial Politics". Slavic Review. 61 (1): 30. doi:10.2307/2696979. JSTOR 2696979.
- Potichnyj, Peter J. (1975). "The Struggle of the Crimean Tatars". Canadian Slavonic Papers. 17 (2–3): 302. doi:10.1080/00085006.1975.11091411. JSTOR 40866872.
- Rosefielde, Steven (1997). "Documented homicides and excess deaths: New insights into the scale of killing in the USSR during the 1930s". Communist and Post-Communist Studies. 30 (3): 321–31. doi:10.1016/S0967-067X(97)00011-1. PMID 12295079.
- Statiev, Alexandar (2010). "Soviet ethnic deportations: intent versus outcome". Journal of Genocide Research. 11 (2–3): 243. doi:10.1080/14623520903118961.
- Uehling, Greta (2002). "Sitting on Suitcases: Ambivalence and Ambiguity in the Migration Intentions of Crimean Tatar Women". Journal of Refugee Studies. 15 (4): 388. doi:10.1093/jrs/15.4.388.
- Vardys, V. Stanley (1971). "The Case of the Crimean Tartars". The Russian Review. 30 (2): 101. doi:10.2307/127890. JSTOR 127890.
- Weiner, Amir (2002). "Nothing but Certainty". Slavic Review. 61 (1): 44. doi:10.2307/2696980. JSTOR 2696980.
- Williams, Brian Glyn (2002). "Hidden ethnocide in the Soviet Muslim borderlands: The ethnic cleansing of the Crimean Tatars". Journal of Genocide Research. 4 (3): 357. doi:10.1080/14623520220151952.
- Williams, Brian Glyn (2002). "The Hidden Ethnic Cleansing of Muslims in the Soviet Union: The Exile and Repatriation of the Crimean Tatars". Journal of Contemporary History. 37 (3): 323. doi:10.1177/00220094020370030101. JSTOR 3180785.
- Zeghidour, Sliman (2014). "Le désert des Tatars". Association Médium. 40 (3): 83. doi:10.3917/mediu.040.0083. (Prancis)
- Sumber internasional dan lembaga swadaya masyarakat
- Prokopchuk, Natasha (8 Juni 2005). Vivian Tan, ed. "Helping Crimean Tatars feel at home again". UNHCR. Diakses tanggal 5 September 2017.
- Amnesty International (1973). "A Chronicle of Current Events - Journal of the Human Rights Movement in the USSR" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2018-09-19. Diakses tanggal 2018-01-09.
- Human Rights Watch (1991). "Punished Peoples" of the Soviet Union: The Continuing Legacy of Stalin's Deportations" (PDF).
- Office of the United Nations High Commissioner for Human Rights (2015). "Report on the human rights situation in Ukraine" (PDF). Diakses tanggal 4 Agustus 2017.
- Office of the United Nations High Commissioner for Human Rights (2014). "Report of the Special Rapporteur on minority issues, Rita Izsák - Addendum - Mission to Ukraine" (PDF). Diakses tanggal 4 Agustus 2017.
- Office of the United Nations High Commissioner for Human Rights (2016). Rupert Colville, ed. "Press briefing notes on Crimean Tatars". Geneva. Diakses tanggal 4 Agustus 2017.