Ular-tali kopstein
Ular-tali Kopstein | |
---|---|
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Filum: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Subordo: | |
Famili: | |
Genus: | |
Spesies: | D. kopsteini
|
Nama binomial | |
Dendrelaphis kopsteini Vogel & van Rooijen, 2007[2]
| |
Sinonim | |
|
Ular-tali kopstein (Dendrelaphis kopsteini) adalah sejenis ular tali yang tersebar di wilayah Semenanjung Malaya dan Sumatra. Ular ini dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Kopstein’s Bronzeback.[2]
Etimologi
suntingNama penunjuk jenisnya diambil dari nama Dr. Felix Kopstein (1893-1939), seorang dokter, pecinta alam (naturalis), sekaligus peneliti, bangsa Belanda-Austria, sebagai penghargaan atas sumbangannya dalam pengembangan herpetologi -terutama ular- di Indonesia.[2]
Pengenalan
suntingUlar yang bertubuh panjang ramping, namun agak kekar dibandingkan kerabatnya. Panjang tubuh SVL (snout-vent length, dari moncong ke anus) berkisar antara 75,5-96,5 cm, dengan panjang total antara 117,0-142,5 cm (dari 8 spesimen). Kepala agak panjang, jelas terbedakan dari lehernya yang lebih kecil. Mata relatif agak besar; diameternya berbanding jarak mata ke lubang hidung adalah 1,1-1,4 kali.[2]
Sisik-sisik ventral 167-181 buah; sisik anal berbelah; sisik-sisik subkaudal 140-154 pasang. Sisik-sisik dorsal dalam 15 deret di tengah badan; sisik vertebral lebih besar daripada sisik dorsal deret pertama, bentuk segi enam. Sisik loreal 1 buah. Perisai supralabial (bibir atas) 8-9(-10) buah, dua di antaranya (no 4-5 atau 5-6) menyentuh mata; perisai infralabial (bibir bawah) 10 buah, no 6 yang terbesar; sisik sublabial (di bawah bibir) yang pertama bersinggungan dengan dua buah perisai infralabial (yakni no 6-7).[2]
Sisi atas tubuh berwarna perunggu, zaitun, atau cokelat; kadang kala sisik-sisik vertebral berwarna lebih terang, dengan tepi belakang sisik berwarna hitam lebar. Leher berwarna merah bata, khas untuk spesies ini, diikuti warna kebiruan; warna-warna ini terutama terlihat jelas ketika ular mengembangkan lehernya. Selewat sepertiga tubuh bagian depan, warna-warna terangnya tereduksi menjadi bintik-bintik berwarna biru di sisi tubuh; dan selanjutnya menjadi lebih gelap dengan belang-belang yang kabur bentuknya. Tidak ada garis atau pita gelap atau terang di sepanjang sisi tubuh.[2][3]
Kepala sewarna dengan warna punggung. Coret atau garis hitam berjalan mulai dari belakang hidung, melewati mata, wilayah pelipis (setengah bagian bawah) hingga ke pangkal rahang. Sisik-sisik di atas ekor dengan tepian berwarna hitam. Sisi bawah tubuh (ventral) kekuningan, semakin ke belakang semakin bertambah gelap. Sisik-sisik subkaudal (di bawah ekor) dengan ujung berwarna gelap, membentuk semacam garis memanjang di tengah ekor bagian bawah. Lidah berwarna merah, dan mata cokelat.[2]
Jenis berkerabat
suntingBeberapa jenis yang berkerabat dan bermiripan bentuknya dikelompokkan ke dalam 'grup' Dendrelaphis formosus Kawasan Sunda; dengan ciri-ciri umum seperti mata yang berukuran sedang hingga sangat besar; sisik vertebral yang sangat membesar, lebih besar dari sisik dorsal deret pertama; 15 deret sisik dorsal; sisik loreal tunggal; serta tidak memiliki garis terang ventrolateral. Selain D. kopsteini, anggota kelompok ini adalah D. cyanochloris, D. formosus, D. humayuni, dan D. underwoodi.[4]
Agihan dan ekologi
suntingUlar-tali kopstein menyebar di Semenanjung Malaya (Thailand, Malaysia, Singapura), dan Sumatra (Indonesia).[5] Juga tercatat dari Brunei (P. Kalimantan) dan Kepulauan Mentawai.[6]
Lokalitas tipe adalah Sungai Endau, Johor.[2][5]
Ular ini bersifat diurnal;[6] arboreal sekaligus terestrial.[7] Mangsa utamanya adalah jenis-jenis kadal, termasuk pula golongan bunglon (Agamidae) dan tokek yang menghuni pepohonan.[6][7] Ular tali kopstein tidak segan untuk turun ke tanah tatkala mengejar mangsanya.[7]
Ular betina meletakkan sekitar 8 butir telur, yang akan menetas dalam waktu 92 hari. Anak ular yang baru keluar dari telur berukuran antara 270–300 mm.[6]
Catatan taksonomis
suntingMeskipun telah sejak lama diketahui dan dikoleksi, misalnya seperti yang dilaporkan Flower (1896),[8] identitas ular ini 'tersembunyi' dari sains dan baru belakangan ini dikenali sebagai jenis tersendiri oleh karena adanya kerancuan identifikasi dan deskripsi dari dua jenis ular tali lain yang mirip dan memang berkerabat, yakni D. formosus dan D. cyanochloris.[2]
Holotipe: MNHN 1962.1052, betina dewasa, SVL 95,0 cm; ekor 46,0 cm. Sekarang tersimpan dalam koleksi Museum Nasional Sejarah Alam di Paris (MNHN, Muséum national d'histoire naturelle).[2]
Catatan kaki
sunting- ^ Vogel, G. & Dehling, M. (2013). Dendrelaphis kopsteini. The IUCN Red List of Threatened Species 2013: e.T192015A44271615. https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2013-1.RLTS.T192015A44271615.en. Downloaded on 10 June 2020.
- ^ a b c d e f g h i j Vogel, G. & J. van Rooijen. (2007). "A new species of Dendrelaphis (Serpentes: Colubridae) from Southeast Asia". Zootaxa 1394: 25–45. DOI: http://dx.doi.org/10.11646/zootaxa.1394.1.2 (laman ResearchGate)
- ^ Tweedie, M.W.F. (1983). The Snakes of Malaya. Singapore: The Singapore National Printers. vii + 167 pp.
- ^ van Rooijen, J. & G. Vogel. (2008b). "A new species of Dendrelaphis (Serpentes: Colubridae) from Java, Indonesia". The Raffles Bulletin of Zoology, 56(1): 189–97, [29 Feb 2008]
- ^ a b The Reptile Database: Dendrelaphis kopsteini Vogel & van Rooijen, 2007, diakses pada 10/VI/2020
- ^ a b c d Das, I. (2011). A photographic guide to snake and other reptiles of Borneo. 2nd Ed. London: New Holland Publisher. 144 pp.
- ^ a b c EcologyAsia: Kopstein's Bronzeback, diakses pada 10/VI/2020
- ^ Flower, S.S. (1896). "Notes on a collection of reptiles and batrachians made in the Malay peninsula in 1895–96; with a list of the species recorded from that region". Proceedings of the Zoological Society of London, 1896: 856–914, Pls. 44–46. [1 Dec 1896]
Pranala luar
sunting- Ular Asli Indonesia: Dendrelaphis kopsteini, diakses pada 10/VI/2020