Dekonstruksi adalah suatu pemikiran untuk memahami kontradiksi yang ada di dalam teks dan mencoba untuk membangun kembali makna-makna yang sudah melekat dalam teks tersebut. Pemikiran mengenai dekonstruksi tidak menerima suatu teks secara konstan sesuai dengan makna teks tersebut. Pemikiran dekonstruksi percaya bahwa suatu teks pasti memiliki makna-makna yang tersembunyi dan memiliki arti yang berbeda. Oleh karena itu, pemikiran dekonstruksi membutuhkan proses mencari makna secara struktural dari makna tunggal yang telah umum disepakati oleh para pembaca.[1] Dalam penulisan naskah sejarah, para peneliti tidak menemukan semua sumber sejarah secara langsung dan lengkap. Sedangkakan teori dan metodologi penulisan sejarah terus berkembang. Oleh karena itu penulisan sejarah sering dilakukan kembali. Jadi metode dekonstruksi dalam penulisan sejarah biasa dilakukan, demi mencapai sebuah kebenaran yang bisa dipertanggungjawabkan.[2] Sedangkan dalam penelitian karya sastra, dekonstruksi merupakan salah satu jenis kritik sastra yang memutarbalikkan suatu makna hingga bersifat paradoks. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui secara keseluruhan isi dari karya sastra tersebut secara mendalam.[3] Pemikiran mengenai dekonstruksi dirintis oleh Jacques Derrida. Pemikiran dekonstruksi merupakan kunci dari pemikiran postmodernisme. Derrida menganggap bahwa teori ilmu pengetahuan berkembang secara kaku, hingga tidak bisa dibantah. Pemikiran Derrida beranggapan suatu ilmu pengetahuan bisa dikaji ulang kebenarannya tidak mutlak, dan harus bisa dibuktikan kebenarannya.[4]

Sejarah

sunting

Dekontruksi merupakan pendekatan pemikiran yang berkembang oleh pemikiran postmodernisme. Pemikiran dekonstruksi menggunakan teori sosial untuk memahami sejarah. Bagi para pemikir dekonstruksi, tulisan sejarah disamakan kedudukannya dengan karya bahasa.[5] Pemikiran ini lahir dari seorang filsuf bernama Derrida. Ia mengembangkan pemikirannya pertama kali di Prancis, lalu terus berkembang hingga ke Amerika Serikat. Hal yang menjadikan munculnya pemikiran dekonstruksi yaitu fenomenologi dan strukturalisme yang tumbuh di abad ke-20 yang turut berpengaruh terhadap pemikiran Derrida.[6]

Referensi

sunting
  1. ^ Hasanah, Muakibatul; Adawiyah, Robiatul (2021). "DIFERENSIASI KONSEP PEREMPUAN TIGA ZAMAN: KAJIAN DEKONSTRUKS". Jurnal Litera. hlm. 3. 
  2. ^ Muhsin, Mumuh (2011). "DEKONSTRUKSI HISTORIOGRAFI INDONESIA: Gugatan Ahmad Mansur Suryanegara terhadap Deislamisasi Sejerah Indonesia" (PDF). Pustaka UNPAD. hlm. 9. 
  3. ^ THASYA, DEDEK (2019). "ANALISIS DEKONSTRUKSI CERPEN GOKMA KARYA HASAN AL BANNA" (PDF). Repository Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. hlm. 15-16. 
  4. ^ Setiawan, Johan; Sudrajat, Ajat (2018). "PEMIKIRAN POSTMODERNISME DAN PANDANGANNYA TERHADAP ILMU PENGETAHUAN". Jurnal Filsafat (dalam bahasa Inggris). 28 (1): 31. doi:10.22146/jf.33296. ISSN 2528-6811. 
  5. ^ Soetomo, Greg (2016). "Radikalisme di Indonesia: Sejarah Rekonstruksi dan Dekonstruksi". JURNAL INDO-ISLAMIKA. 6 (1): 111. doi:10.15408/idi.v6i1.14798. ISSN 2723-1135. 
  6. ^ Ph, Ign Hening Swasono (2007). "DEKONSTRUKSI DIRI SENDIRI DALAM PROSES PENCIPTAAN KARYA SENI". Imaji (dalam bahasa Inggris). 5 (2): 138. doi:10.21831/imaji.v5i1.6679. ISSN 2580-0175.