Cyrtodactylus celatus

sejenis cecak jari-lengkung dari Timor Barat
Cyrtodactylus celatus
Foto holotipe Cyrtodactylus celatus (BMNH 1926.10.30.45).
Tidak dievaluasi (IUCN 3.1)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Subordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
C. celatus
Nama binomial
Cyrtodactylus celatus
Kathriner, Bauer, O'Shea, Sanchez & Kaiser, 2014[1]
Sinonim
  • Gymnodactylus(?) marmoratus (Kuhl) — Smith 1927: 201
  • Gymnodactylus marmoratus Duméril & Bibron (sic) — Mertens 1930: 239 (part)
  • Gymnodactylus wetariensis Dunn — Brongerma 1953: 174 (part)
  • Cyrtodactylus marmoratus — Bauer & Henle 1994: 27 (part)
  • Cyrtodactylus celatus — Rösler 2016: 11

Cyrtodactylus celatus adalah sejenis cecak jari-lengkung yang menyebar terbatas (endemik) di Timor Barat, Indonesia.

Etimologi

sunting

Nama penunjuk spesies celatus berasal dari kata sifat bahasa Latin yang berarti 'tersembunyi'. Kata tersebut ingin menggambarkan bahwa bukan saja spesimen jenis tersebut telah tersembunyi di balik sebaris tulisan pendek (nama) yang diberikan oleh Smith (1927) dan tersembunyi secara fisik di antara rak-rak koleksi BMNH, namun juga telah tersembunyi dari ilmu pengetahuan selama hampir 200 tahun semenjak survai herpetologis yang pertama di Pulau Timor hingga dipertelakan sebagai jenis yang kemungkinan endemik di pulau itu.[1]

Pengenalan

sunting

Cecak yang berukuran kecil, panjang tubuh SVL (snout-vent length, moncong hingga anus) adalah 38,4 mm (holotipe). Dibedakan dari jenis-jenis Cyrtodactylus lain di Paparan Sunda melalui kombinasi ciri-ciri berikut:[1]

  • Tubuh, tungkai, dan ekor dengan kulit berbintil-bintil besar, memanjang (lonjong), mengerucut, dan berlunas
  • Bintil-bintil lonjong tidak terdapat pada lipatan kulit ventrolateral di sisi tubuh, dan tidak pula di sisi ekor
  • Terdapat 16 deret memanjang bintil-bintil di tengah tubuh
  • Sisik-sisik ventral di perut dalam 42 deret di antara lipatan kulit ventrolateral kiri dan kanan
  • Tidak ada batas yang tegas atau jelas antara sisik-sisik ventral-femoral dan postfemoral di sisi bawah paha
  • Lamella (sisik besar di bawah jari) pada jari no-4 tungkai belakang berjumlah 17 (7 di pangkal + 10 di ujung); yang sebelah pangkal melebar ke samping
  • Tidak ada selaput antar jari
  • Penampang ekor bundar, tidak ada jumbai atau deretan duri di sisi ekor
  • Sisik-sisik subkaudal (bawah ekor) relatif seragam, tidak ada sisik-sisik median subkaudal yang melebar
  • Tidak ada pola jala (retikulasi) di atas kepala
  • Noktah-noktah gelap di punggung tidak begitu jelas (samar), bentuk persegi.

Habitat dan agihan

sunting

C. celatus menyebar terbatas (endemik) di Timor Barat, Indonesia.

Lokalitas tipe adalah "Djamplong, 55 kilometres by road from Kupang", sekarang Desa Camplong, Nusa Tenggara Timur.[1] Pada saat koleksi dilakukan, kondisi habitatnya disebutkan sebagai wilayah yang bergelombang, pada ketinggian antara 100-200 m dpl., yang tertutup baik oleh pepohonan (hutan?) dengan banyak sungai-sungai kecil.[2]:202

Holotipe: BMNH 1926.10.30.45, betina dewasa, dikoleksi oleh Malcolm Smith antara tgl. 26 Februari dan 29 April 1924. Sekarang tersimpan dalam koleksi Museum Sejarah Alam London (BMNH, British Museum of Natural History).[1]

Spesimen kedua

sunting

Keberadaan spesimen kedua C. celatus (ZSM 556/2002) diterbitkan pada tahun 2016. Spesimen ini ternyata telah dikoleksi oleh Museum Zoologi München (ZSM, Zoologische Staatssammlung München), Jerman, semenjak 1911 di bawah nama Cyrtodactylus sp.; jadi 13 tahun lebih dahulu daripada holotipe. Spesimen kedua diperoleh C.B. Haniel dari suatu daerah yang disebut "Ofu" selama dilaksanakannya Ekspedisi Timor di bawah pimpinan ahli geologi bangsa Jerman, Johannes Wanner. Ofu atau Oefau (9.942781°LS, 124.468269°BT, ketinggian 800 m dpl.) sekarang termasuk wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan.[3]

Spesimen kedua yang berkelamin jantan ini sedikit lebih besar daripada spesimen betina holotipe (SVL 41,4 mm vs. 38,4 mm), demikian pula panjang ekornya (TL 48,6 mm vs. 44,6 mm); namun proporsi tubuh keduanya terhadap ekor kurang lebih sama (SVL/TL 0,85 vs. 0,86). Sebagai ciri tambahan hewan jantan, spesimen kedua ini memiliki deretan pori prekloakal (di depan kloaka), yang tidak membentuk sudut tumpul. Kedua baris pori (dua pori di kiri dan dua di kanan) yang sedikit tersembunyi dalam lekuk ini bertemu di bagian tengah. Di belakangnya terdapat lima sisik kecil-kecil yang bersusun 2-2-1 dalam lekukan prekloakal. Selanjutnya lekuk prekloakal ini dikelilingi oleh sisik-sisik prekloakal yang lebih besar, yang ke belakangnya lagi beralih menjadi sisik-sisik kloakal yang kecil berbutir-butir.[3]

Rujukan

sunting
  1. ^ a b c d e Kathriner, A., A.M. Bauer, M. O'Shea, C. Sanchez & H. Kaiser. (2014). "Hiding in plain sight: a new species of bent-toed gecko (Squamata: Gekkonidae: Cyrtodactylus) from West Timor, collected by Malcolm Smith in 1924". Zootaxa 3900(4): 555–68. DOI: https://dx.doi.org/10.11646/zootaxa.3900.4.6 (laman ResearchGate)
  2. ^ Smith, M.A. (1927). "Contributions to the herpetology of the Indo-Australian region". Proceedings of the Zoological Society of London, 97(1): 199-226, (April 1927)
  3. ^ a b Rösler, H. & H. Kaiser. (2016). "Male secondary sexual characteristics of the gecko Cyrtodactylus celatus Kathriner et al., 2014 from Timor Island (Squamata, Gekkonidae)". Spixiana, 39(1): 125-9 (September 2016). (laman ResearchGate)

Pranala luar

sunting