Cecak jari-lengkung jawa

(Dialihkan dari Gymnodactylus marmoratus)
Cecak Batu
Cecak batu dari Darmaga, Bogor.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Subordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
C. marmoratus
Nama binomial
Cyrtodactylus marmoratus
(Gray, 1831)[2]

Cecak jari-lengkung jawa (Cyrtodactylus marmoratus) adalah sejenis cecak yang menyebar terbatas di Jawa dan Bali.[1] Dikenal pula sebagai cecak batu; dalam bahasa Inggris cecak ini disebut dengan nama Javan bent-toed gecko, atau Marbled Bow-fingered Gecko.[1][3]

Pengenalan

sunting
 
Pelat pengenalan menurut de Rooij, 1915
 
Ukuran dewasa

Kepala relatif besar, memipih datar. Moncong meruncing, lebih panjang daripada garis tengah orbit (lingkar mata), yang sebanding dengan jaraknya ke lubang telinga. Dahinya mencekung. Lubang telinga jorong, miring, sekitar sepertiga garis tengah mata. Kulit kepala berbutir-butir, dengan sejumlah bintil kecil di pelipis dan belakang kepala; pola butir-butirnya lebih besar di atas moncong. Perisai rostral (ujung moncong) hampir menyegi-empat, lebarnya kurang lebih dua kali tingginya, dengan lekuk di sisi atasnya. Lubang hidung (nostril) dibatasi oleh perisai rostral, perisai labial (bibir) atas yang pertama, dan 4 atau 5 sisik lain. Perisai labial atas 12 buah, dan labial bawah 10 buah. Perisai mental (janggut) bentuk segitiga, sementara perisai-perisai dagu ada 2-3 pasang; yang tengah paling besar dan saling bersentuhan di belakang perisai mental. Tenggorokan tertutupi kulit berbutir sangat halus.[4]

Tubuh memanjang, punggungnya tertutupi oleh kulit berbutir-butir halus, bercampur dengan bintil-bintil bulat kecil tersebar, dengan lunas samar-samar, serupa piramid kecil menyegitiga. Lipatan kulit di sisi tubuh kadang-kadang tidak jelas. Sisik-sisik ventral (sisi bawah tubuh) kecil, halus, membundar, bersusun tumpang-tindih, dalam 40-45 deret melintang di tengah perut. Hewan jantan dengan pori-pori preanal (prekloakal) yang berderet di depan anus (kloaka) membentuk V terbalik, yang berlanjut dengan pori femoral (paha) kanan dan kiri. Ekor bulat gilig, mengecil ke ujungnya yang runcing, tertutupi oleh sisik-sisik yang kecil, rata dan seragam; 4-6 deret bintil kecil menyegitiga terdapat di pangkal ekor. Tungkai panjang dengan jari-jari yang kuat.[4]

 
Sisi bawah jari dengan lamella

Sisi atas berwarna cokelat terang, dengan bintik-bintik besar cokelat gelap di punggungnya, kadang-kadang bersambungan membentuk pita melintang. Pola-pola gelap di atas kepala tidak beraturan, dengan coret gelap memanjang di pelipis. Ekor cokelat terang berbelang gelap. Sisi bawah tubuh putih kekuningan; sisik-sisik dengan bintik cokelat gelap. Panjang kepala dan tubuh (SVL, snout-vent length) 76 mm, ekor 72 mm.[4] Sementara itu, Mecke dkk. mencatat panjang SVL dari 14 spesimen tipe bervariasi antara 69–86 mm.[5]

Jenis serupa

sunting

Sejauh ini di Jawa dikenali 4 spesies cecak jari-lengkung, yakni C. marmoratus, C. semiadii, C. petani, dan C. klakahensis. C. marmoratus dapat dibedakan dari C. semiadii melalui jumlah perisai/sisik besar (lamella) di bawah jari ke-4 tungkai belakang yang berkisar antara 18-24 buah (semiadii 14-15 buah). Sementara terhadap dua jenis sisanya, C. marmoratus dapat dibedakan melalui jumlah pori prekloakofemoral (pori-pori pada deretan sisik yang membesar sisi bawah di paha yang bersambungan ke depan kloaka dan terus hingga ke paha yang sebelahnya) sebanyak 43-57 buah (petani 31-35 buah; klakahensis 37-38 buah). Sebagian pori-pori ini mungkin tidak begitu mudah diamati.[5]

Habitat, kebiasaan dan agihan

sunting
 
Close up kepala

Cecak yang hidup di pohon dan sela bebatuan.[4] Pada waktu gelap sering didapati di pangkal pepohonan atau di antara akar papan (banir). Cecak batu aktif di malam hari (nokturnal), habitatnya terutama di hutan dataran rendah.[6]:62 Cecak ini juga acap didapati di habitat-habitat yang terganggu, hingga ketinggian 1.500 m dpl.[1]

Kopstein mencatat bahwa cecak betina meletakkan telur-telurnya di bawah gumpalan lumut. Setiap kalinya, betina bertelur dua butir berwarna putih dengan cangkang yang keras rapuh; bulat agak lonjong, 14 x 11 mm, dengan berat lk. 0,93 g sebutirnya. Telur yang ditemukannya di Cibodas pada 25 Juli 1930, baru menetas 93 hari kemudian. Anak-anak cecak yang baru ditetaskan berukuran 57 hingga 64 mm.[7]:138

Sebelumnya diperkirakan menyebar luas di Indonesia,[3][4] kini sebaran cecak ini diyakini hanya di wilayah Jawa dan Bali.[1] Dalam pada itu, bahkan populasi di Bali kemungkinan termasuk ke dalam spesies lain yang belum dideskripsikan.[8]:69 Sementara itu, beberapa tahun sebelumnya, spesimen C. marmoratus dari Papua telah ditelaah dan dianggap sebagai jenis lain.[9]

Di Jawa, cecak batu tercatat dari Bogor, Depok, Cibodas, Ijo, dan G. Wilis.[4]

Lektotipe: RMNH.RENA 2710a.1 pada koleksi Naturalis Biodiversity Center (dahulu Rijksmuseum van Natuurlijke Historie, RMNH) di Leiden, Negeri Belanda. Lokalitas tipe kemungkinan adalah di sekitar Bogor.[5]

Catatan kaki

sunting
  1. ^ a b c d e Iskandar, D. & McGuire, J. (2018). Cyrtodactylus marmoratus. The IUCN Red List of Threatened Species 2018: e.T42482702A42482707. https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2018-2.RLTS.T42482702A42482707.en. Downloaded on 19 May 2020.
  2. ^ Gray, J.E. (1831). "A synopsis of the species of Class Reptilia". In: G. Cuvier & E. Griffith. A classified index and synopsis of the animal kingdom arranged in conformity with its organisation by the Baron Cuvier, with supplementary addition to each order. Vol. 9: s.51, London: Whittaker and Co. [1830]
  3. ^ a b Uetz, P., P. Freed, & J. Hošek, (eds.) (2020). The Reptile Database, http://www.reptile-database.org. Diakses pada 19/V/2020
  4. ^ a b c d e f de Rooij, N. de. (1915). The Reptiles of the Indo-Australian Archipelago. I (Lacertilia, Chelonia, Emydosauria): 13. Leiden : E.J. Brill.
  5. ^ a b c Mecke, S., M. Kieckbusch, L. Hartmann, H. Kaiser. (2016). "Historical considerations and comments on the type series of Cyrtodactylus marmoratus Gray, 1831, with an updated comparative table for the bent-toed geckos of the Sunda Islands and Sulawesi". Zootaxa 4175 (4): 353–65. DOI: https://dx.doi.org/10.11646/zootaxa.4175.4.5 (laman ResearchGate)
  6. ^ Das, I. (2010). A field guide to the reptiles of South-East Asia. London: New Holland Publisher (UK) Ltd.
  7. ^ Kopstein, F. (1938). "Ein Beitrag zur Eierkunde und zur Fortpflanzung der Malaiischen Reptilien". Bulletin of the Raffles Museum, 14: 81-167.
  8. ^ Somaweera, R. (2017). A naturalist's guide to the reptiles and amphibians of Bali. Oxford: John Beaufoy Publishing. 176pp.
  9. ^ Rösler, H., S.J. Richards, & R. Günther. (2007). "Bemerkungen zur Morphologie und Taxonomie der östlich der Wallacea vorkommenden Geckos der Gattung Cyrtodactylus GRAY, 1827, mit Beschreibungen von zwei neuen Arten (Reptilia: Sauria: Gekkonidae)". Salamandra, Rheinbach, 43(4): 193-230.

Bacaan lanjut

sunting

Pranala luar

sunting