Cinnotabiʼ, juga dieja Cinnottabiʼ atau Cinnongtabiʼ[a], adalah sebuah negeri Bugis awal. Negeri ini terbentuk di wilayah yang kelak menjadi pusat Kerajaan Wajo pada awal abad ke-15.[1] Menurut satu tradisi yang tercatat dalam kronik-kronik Wajo, Cinnotabiʼ didirikan oleh seorang totompo (orang yang naik dari dunia bawah) bernama La Matatikkaʼ yang menikahi seorang keturunan tomanurung (orang yang turun dari dunia atas) bernama Lingeʼmanasa.[2] Dalam tradisi lainnya, disebutkan bahwa Cinnotabiʼ didirikan oleh seorang bangsawan Bugis bernama La Paukkeʼ yang menemukan wilayah subur di pedalaman semenanjung.[3]

Bertahun-tahun setelahnya, Cinnotabiʼ diperintah secara bersama-sama oleh La Tenribali (juga dikenal sebagai La Tenriba atau La Tenribabbareng[4]) dan La Tenritippeʼ. Karena perselisihan dengan rakyatnya, kedua penguasa ini pun meninggalkan Cinnotabiʼ, sementara tiga keponakan La Tenribali masing-masingnya mendirikan sebuah pemukiman di wilayah Boliʼ. Orang-orang Boliʼ pun meminta La Tenribali menjadi penguasa mereka, sementara keponakannya La Matareng, La Tenripekka and La Tenritauʼ dijadikan paddanreng yang bertugas memimpin wilayah pemukiman masing-masing. Ketiga pemukiman tersebut menjadi dasar bagi tiga limpo atau wilayah utama dalam negeri baru ini, yang kemudian dikenal dengan nama "Wajo".[2][5] Nama ini, menurut tradisi, didapatkan dari pohon bajoʼ (Macaranga sp.[6]) tempat La Tenribali dan orang-orang Boliʼ mengadakan perjanjian pendirian negeri baru tersebut.[7][8]

Keterangan

sunting
  1. ^ Beserta variasi pengejaan hentian glotal dengan ⟨q⟩, ⟨k⟩, atau tidak ditulis.

Rujukan

sunting
  1. ^ Wellen (2014), hlm. 24.
  2. ^ a b Wellen (2014), hlm. 114.
  3. ^ Wellen (2014), hlm. 27.
  4. ^ Abidin (1985), hlm. 399.
  5. ^ Abidin (1985), hlm. 348, 359, 477–478.
  6. ^ Abidin (1985), hlm. 403.
  7. ^ Abidin (1983), hlm. 477–478.
  8. ^ Wellen (2014), hlm. 25.

Daftar pustaka

sunting