Canang atau bende adalah sejenis gong kecil[1] yang dapat dijumpai di hampir seluruh kepulauan Nusantara, dari Sumatra hingga Maluku dan Papua. Pada masa lalu, canang biasanya digunakan untuk memberikan penanda kepada masyarakat untuk berkumpul di alun-alun terkait informasi dari penguasa, untuk menyertai kedatangan raja atau penguasa ke daerah tersebut, atau untuk menandai diadakannya pesta rakyat. Saat ini, canang biasanya digunakan untuk menandakan adanya keramaian seperti topeng monyet atau pesta rakyat yang lain. Bende di masa lampau kemungkinan juga digunakan sebagai penanda diadakannya suatu upacara keagamaan pada zaman Hindu-Buddha di Jawa.[1][2]

Canang / Bende
Bende yang dimainkan Prajurit Ketanggung
Alat musik perkusi
Klasifikasi Idiofon
Hornbostel–Sachs111.241.1
(Gong individu)
Alat musik terkait
Gong, kempul

Di Lubuk Tebat Bungo Tebo, Jambi, canang berupa alat berbentuk bonang berjumlah 4–5 buah dengan diameter antara 30–40 cm.[3]

Garis tengah canang atau bende dalam perangkat gamelan standar adalah 10–15 cm (3,9–5,9 in). Bende terkadang dapat muncul sebagai alat musik individu, yang bukan merupakan bagian gamelan; dan dalam beberapa kasus, dijadikan sebagai cendera mata. Bende memiliki suara tinggi dan keras.[1]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c Palgunadi, Bram (2002). Serat Kandha Karawitan Jawi. Bandung: ITB Press. hlm. 395–397. ISBN 979-9299-71-3. 
  2. ^ Spiller, Henry (2004). Gamelan: The Traditional Sounds of Indonesia. California: ABC-CLIO, Inc. hlm. 59–67. 
  3. ^ Ensiklopedi Musik Indonesia Seri A-E (PDF). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1980. hlm. 73.