Kabupaten Bulukumba
Kabupaten Bulukumba (Lontara Bugis: ᨀᨅᨘᨄᨈᨛᨅᨘᨒᨘᨀᨘᨅ) adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kecamatan Ujung Bulu. Berdasarkan data BPS Kabupaten Bulukumba tahun 2021, Kabupaten Bulukumba memiliki luas wilayah 1.154,58 km² dan berpenduduk 437.610 jiwa. Kabupaten Bulukumba terdiri atas 10 kecamatan, 27 kelurahan, serta 109 desa.[2]
Kabupaten Bulukumba | |
---|---|
Transkripsi bahasa daerah | |
• Lontara Bugis | ᨀᨅᨘᨄᨈᨛᨅᨘᨒᨘᨀᨘᨅ |
Julukan:
| |
Motto: Bulukumba Berlayar (Bersih Lingkungan, Alam Yang Ramah) | |
Koordinat: 5°24′S 120°12′E / 5.4°S 120.2°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Sulawesi Selatan |
Tanggal berdiri | 4 Juli 1959[1] |
Dasar hukum | UU No. 29 Tahun 1959[1] |
Hari jadi | 4 Februari 1960 |
Ibu kota | Ujung Bulu |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | Andi Muchtar Ali Yusuf |
• Wakil Bupati | Andi Edy Manaf |
• Sekretaris Daerah | Muh Ali Saleng |
• Ketua DPRD | H. Rijal |
Luas | |
• Total | 1.154,58 km2 (445,79 sq mi) |
Populasi | |
• Total | 437.610 |
• Kepadatan | 379/km2 (980/sq mi) |
Demografi | |
• Agama | Islam 99,87% Kristen 0,10% — Protestan 0,08% — Katolik 0,02% Buddha 0,02% Hindu 0,01%[2] |
• Bahasa | Indonesia, Bugis, Konjo Pesisir, Konjo Pegunungan |
• IPM | 68,99 (2020) Sedang[3] |
Zona waktu | UTC+08:00 (WITA) |
Kode pos | |
Kode BPS | |
Kode area telepon | 0413 |
Kode ISO 3166 | ID-SN |
Pelat kendaraan | DD xxxx H*/Z* |
Kode Kemendagri | 73.02 |
Kode SNI 7657:2023 | BLK |
APBD | Rp 1.530.080.000.000,00- (TA 2023)[5] |
PAD | Rp 220.900.000.000,00- (TA 2023)[5] |
DAU | Rp 705.160.439.000,00- (TA 2023) |
DAK | Rp 179.288.460.000,00- (fisik, TA 2023) Rp 211.704.454.000,00- (nonfisik, TA 2023) Rp 390.992.914.000,00- (total, TA 2023) |
Situs web | www |
Geografi
suntingSecara wilayah, Kabupaten Bulukumba berada pada kondisi empat dimensi, yakni dataran tinggi pada kaki Gunung Bawakaraeng – Lompobattang, dataran rendah, pantai, dan laut lepas. Kabupaten Bulukumba terletak di ujung bagian selatan ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan, terkenal dengan industri perahu pinisi yang banyak memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah. Luas wilayah Kabupaten Bulukumba 1.154,58 km² dengan jarak tempuh dari Kota Makassar sekitar 153 km.[2]
Batas Wilayah
suntingWilayah Kabupaten Bulukumba terletak pada koordinat antara 5°20” sampai 5°40” Lintang Selatan dan 119°50” sampai 120°28” Bujur Timur.[6] Kabupaten Bulukumba berbatasan dengan Kabupaten Sinjai di sebelah Utara. Di sebelah Barat Kabupaten Bulukumba berbatasan dengan Kabupaten Bantaeng dan Kabupaten Sinjai. Di sebelah Selatan, Kabupaten Bulukumba berbatasan dengan Kabupaten Kepulauan Selayar. Sedangkan di sebelah Timur, Kabupaten Bulukumba berbatasan dengan Teluk Bone.[7]
Topografi
suntingDaerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0 s/d 25 meter di atas permukaan laut meliputi tujuh kecamatan pesisir, yaitu: Kecamatan Gantarang, Kecamatan Ujungbulu, Kecamatan Ujung Loe, Kecamatan Bonto Bahari, Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang dan Kecamatan Herlang. Daerah bergelombang dengan ketinggian antara 25 s/d 100 meter dari permukaan laut, meliputi bagian dari Kecamatan Gantarang, Kecamatan Kindang, Kecamatan Bonto Bahari, Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang, Kecamatan Herlang, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Rilau Ale. Daerah perbukitan di Kabupaten Bulukumba terbentang mulai dari Barat ke utara dengan ketinggian 100 s/d di atas 500 meter dari permukaan laut meliputi bagian dari Kecamatan Kindang, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Rilau Ale.
Ketinggian
suntingWilayah Kabupaten Bulukumba lebih didominasi dengan keadaan topografi dataran rendah sampai bergelombang. Luas dataran rendah sampai bergelombang dan dataran tinggi hampir berimbang, yaitu jika dataran rendah sampai bergelombang mencapai sekitar 50,28% maka dataran tinggi mencapai 49,72%.
Klimatologi
suntingKabupaten Bulukumba mempunyai suhu rata-rata berkisar antara 23,82 °C – 27,68 °C. Suhu pada kisaran ini sangat cocok untuk pertanian tanaman pangan dan tanaman perkebunan. Berdasarkan analisis Smith – Ferguson (tipe iklim diukur menurut bulan basah dan bulan kering) maka klasifikasi iklim di Kabupaten Bulukumba termasuk iklim lembap atau agak basah.
Kabupaten Bulukumb berada di sektor timur, musim gadu antara Oktober – Maret dan musim rendengan antara April – September. Terdapat 8 buah stasiun penakar hujan yang tersebar di beberapa kecamatan, yakni: stasiun Bettu, stasiun Bontonyeleng, stasiun Kajang, stasiun Batukaropa, stasiun Tanah Kongkong, stasiun Bonto Bahari, stasiun Bulo–bulo dan stasiun Herlang.
Daerah dengan curah hujan tertinggi terdapat pada wilayah barat laut dan timur sedangkan pada daerah tengah memiliki curah hujan sedang sedangkan pada bagian selatan curah hujannya rendah.
Curah hujan di Kabupaten Bulukumba sebagai berikut:
•Curah hujan antara 800 – 1000 mm/tahun, meliputi Kecamatan Ujungbulu, sebagian Gantarang, sebagian Ujung Loe dan sebagian besar Bonto Bahari.
•Curah hujan antara 1000 – 1500 mm/tahun, meliputi sebagian Gantarang, sebagian Ujung Loe dan sebagian Bontotiro.
•Curah hujan antara 1500 – 2000 mm/tahun, meliputi Kecamatan Gantarang, sebagian Rilau Ale, sebagian Ujung Loe, sebagian Kindang, sebagian Bulukumpa, sebagian Bontotiro, sebagian Herlang dan Kecamatan Kajang.
•Curah hujan di atas 2000 mm/tahun meliputi Kecamatan Kindang, Kecamatan Rilau Ale, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Herlang.
Jenis tanah
suntingTanah di Kabupaten Bulukumba didominasi jenis tanah latosol dan mediteran. Secara spesifik terdiri atas tanah alluvial hidromorf coklat kelabu dengan bahan induk endapan liat pasir terdapat dipesisir pantai dan sebagian di daratan bagian utara. Sedangkan tanah regosol dan mediteran terdapat pada daerah-daerah bergelombang sampai berbukit di wilayah bagian barat.
Hidrologi
suntingSungai di Kabupaten Bulukumba ada 32 aliran yang terdiri dari sungai besar dan sungai kecil. Sungai-sungai ini mencapai panjang 603,50 km dan yang terpanjang adalah sungai Sangkala yakni 65,30 km, sedangkan yang terpendek adalah sungai Biroro yakni 1,50 km. Sungai-sungai ini mampu mengairi lahan sawah seluas 23.365 Ha.
Sejarah
suntingMitologi penamaan "Bulukumba", konon bersumber dari dua kata dalam bahasa Bugis yaitu "Bulu’ku" dan "Mupa" yang dalam bahasa Indonesia berarti "masih gunung milik saya atau tetap gunung milik saya".
Mitos ini pertama kali muncul pada abad ke–17 Masehi ketika terjadi perang saudara antara dua kerajaan besar di Sulawesi yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone. Di pesisir pantai yang bernama "Tana Kongkong", di situlah utusan Raja Gowa dan Raja Bone bertemu, mereka berunding secara damai dan menetapkan batas wilayah pengaruh kerajaan masing-masing.
Bangkeng Buki' (dalam bahasa Makassar berarti kaki bukit) yang merupakan barisan lereng bukit dari Gunung Lompobattang diklaim oleh pihak Kerajaan Gowa sebagai batas wilayah kekuasaannya mulai dari Kindang sampai ke wilayah bagian timur. Namun pihak Kerajaan Bone berkeras memertahankan Bangkeng Buki' sebagai wilayah kekuasaannya mulai dari barat sampai ke selatan.
Berawal dari peristiwa tersebut kemudian tercetuslah kalimat dalam bahasa Bugis "Bulu'kumupa" yang kemudian pada tingkatan dialek tertentu mengalami perubahan proses bunyi menjadi "Bulukumba".
Konon sejak itulah nama Bulukumba mulai ada dan hingga saat ini resmi menjadi sebuah kabupaten.
Peresmian Bulukumba menjadi sebuah nama kabupaten dimulai dari terbitnya Undang–Undang Nomor 29 Tahun 1959, tentang Pembentukan Daerah–daerah Tingkat II di Sulawesi yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 5 Tahun 1978, tentang Lambang Daerah.
Akhirnya setelah dilakukan seminar sehari pada tanggal 28 Maret 1994 dengan narasumber Prof. Dr. H. Ahmad Mattulada (ahli sejarah dan budaya), maka ditetapkanlah hari jadi Kabupaten Bulukumba, yaitu tanggal 4 Februari 1960 melalui Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 1994.
Secara yuridis formal Kabupaten Bulukumba resmi menjadi daerah tingkat II setelah ditetapkan Lambang Daerah Kabupaten Bulukumba oleh DPRD Kabupaten Bulukumba pada tanggal 4 Februari 1960 dan selanjutnya dilakukan pelantikan bupati pertama, yaitu Andi Patarai pada tanggal 12 Februari 1960.
Slogan Kabupaten Bulukumba
suntingParadigma kesejarahan, kebudayaan dan keagamaan memberikan nuansa moralitas dalam sistem pemerintahan yang pada tatanan tertentu menjadi etika bagi struktur kehidupan masyarakat melalui satu prinsip "Mali’ siparappe, Tallang sipahua."
Ungkapan yang mencerminkan perpaduan dari dua dialek bahasa Bugis – Makassar Konjo tersebut merupakan gambaran sikap batin masyarakat Bulukumba untuk mengemban amanat persatuan di dalam mewujudkan keselamatan bersama demi terciptanya tujuan pembangunan lahir dan batin, material dan spiritual, dunia dan akhirat.
Nuansa moralitas ini pula yang mendasari lahirnya slogan pembangunan "Bulukumba Berlayar" yang mulai disosialisasikan pada bulan September 1994 dan disepakati penggunaannya pada tahun 1996. Konsepsi "Berlayar" sebagai moral pembangunan lahir batin mengandung filosofi yang cukup dalam serta memiliki kaitan kesejarahan, kebudayaan dan keagamaan dengan masyarakat Bulukumba.
"Berlayar", merupakan sebuah akronim dari kalimat kausalitas yang berbunyi "Bersih Lingkungan, Alam Yang Ramah". Filosofi yang terkandung dalam slogan tersebut dilihat dari tiga sisi pijakan, yaitu sejarah, kebudayaan dan keagamaan.
Pijakan Sejarah
suntingBulukumba lahir dari suatu proses perjuangan panjang yang mengorbankan harta, darah dan nyawa. Perlawanan rakyat Bulukumba terhadap kolonial Belanda dan Jepang menjelang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 1945 diawali dengan terbentuknya "barisan merah putih" dan "laskar brigade pemberontakan Bulukumba angkatan rakyat". Organisasi yang terkenal dalam sejarah perjuangan ini, melahirkan pejuang yang berani mati menerjang gelombang dan badai untuk merebut cita–cita kemerdekaan sebagai wujud tuntutan hak asasi manusia dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Pijakan Kebudayaan
suntingDari sisi budaya, Bulukumba telah tampil menjadi sebuah "legenda modern" dalam kancah percaturan kebudayaan nasional, melalui industri budaya dalam bentuk perahu, baik itu perahu jenis Pinisi, padewakkang, lambo, pajala, maupun jenis lepa–lepa yang telah berhasil mencuatkan nama Bulukumba di dunia internasional. Kata layar memiliki pemahaman terhadap adanya subjek yang bernama perahu sebagai suatu refleksi kreativitas masyarakat Bulukumba.
Pijakan Keagamaan
suntingMasyarakat Bulukumba telah bersentuhan dengan ajaran agama Islam sejak awal abad ke–17 Masehi yang diperkirakan tahun 1605 M. Ajaran agama Islam ini dibawa oleh tiga ulama besar (waliyullah) dari Pulau Sumatra yang masing–masing bergelar Dato Tiro (Bulukumba), Dato Ribandang (Makassar) dan Dato Pattimang (Luwu). Ajaran agama Islam yang berintikan tasawwuf ini menumbuhkan kesadaran religius bagi penganutnya dan menggerakkan sikap keyakinan mereka untuk berlaku zuhud, suci lahir batin, selamat dunia dan akhirat dalam kerangka tauhid "appasewang" (meng-Esa-kan Allah SWT). Selain itu Terdapat Mesjid tertua ketiga di Sulawesi Selatan yang dinamakan Masjid Nurul Hilal Dato Tiro yang terletak di Kecamatan Bontotiro.
Demografi
suntingBahasa
suntingBahasa resmi instansi pemerintahan di Kabupaten Bulukumba adalah bahasa Indonesia. Terdapat dua bahasa daerah yang digunakan di Kabupaten Bulukumba, yaitu Bahasa Bugis dialek Bulukumba. Kemudian ada juga Bahasa Konjo, yang terbagi menjadi Bahasa Konjo pesisir dan Bahasa Konjo pegunungan yang merupakan sub bahasa Makassar yang secara pengucapan/dialek dan kata-kata sebagiannya berbeda dengan Bahasa Makassar yang umum dituturkan, namun justru beberapa kata-kata banyak yang kognitif dengan Bahasa Bugis. Secara Budaya dan Bahasa Kabupaten Bulukumba bisa dikatakan peralihan atau pertemuan dari Bugis maupun Makassar, Dimana masyarakatnya menuturkan dua bahasa daerah yang lazim digunakan di Sulawesi Selatan.
Pemerintahan
suntingBupati
suntingBupati Bulukumba | |||||||||
No. | Potret | Bupati | Mulai menjabat | Akhir menjabat | Partai | Wakil Bupati | Periode | Ref. | |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | Andi Patarai | 1960 | 1966 | N/A | 1 | [8][9] | |||
2 | Andi Bakri Tandaramang | 1966 | 1978 | N/A | 2 | [10] | |||
3 | Andi Hasanuddin | 1978 | 1980 | N/A | 3 | ||||
4 | Abdul Malik Hambali (1938–) |
1980 | 1985 | N/A | 4 | ||||
5 | Andi Kube Dauda | 1985 | 1990 | N/A | 5 | ||||
6 | Andi Tamrin | 1990 | 1995 | N/A | 6 | ||||
7 | Andi Patabai Pabokori | 1995 | 2000 | N/A | 7 | ||||
2000 | 2005 | Andi Syahrir Sahib | 8 | ||||||
8 | Andi Muhammad Sukri Andi Sappewali (1956–2022) |
2005 | 2010 | Demokrat | Padasi | 9 | |||
9 | Zainuddin Hasan (?–) |
2010 | 2015 | Demokrat | Syamsuddin | 10 | |||
(8) | Andi Muhammad Sukri Andi Sappewali (1956–2022) |
17 Februari 2016 | 17 Februari 2021 | Demokrat | Tomy Satria Yulianto | 11 | |||
10 | Andi Muchtar Ali Yusuf (1967–) |
26 Februari 2021 | Petahana | Gerindra | Andi Edy Manaf | 12 |
- Legenda
Pelaksana tugas Bupati
suntingBerikut daftar Pelaksana Tugas Bupati yang menggantikan Bupati petahana yang sedang cuti kampanye atau dalam masa transisi.
Potret | Pelaksana tugas Bupati | Mulai jabatan | Akhir jabatan | Masa | Ket. | Bupati Definitif | |
Amien Situru (?–) (Pejabat Sementara) |
1978 | 1978 | — | Transisi | |||
Azikin Solthan (1953–) (Penjabat) |
2010 | 2010 | — | Transisi | |||
Muhammad Yusuf Sommeng (?–) (Penjabat) |
2015 | 2016 | — | Transisi | |||
Muhammad Rasyid (?–) (Pejabat Sementara) |
24 September 2024 | Petahana | 12 | [a][11] | Andi Muchtar Ali Yusuf |
- Catatan
- ^ Bupati Andi Muchtar Ali Yusuf dan Wakil Bupati Andi Edy Manaf cuti kampanye pada Pemilihan umum Bupati Bulukumba 2024 dari 25 September 2024 hingga 23 November 2024, jabatan bupati sementara dipegang oleh Pejabat Sementara (Pjs.) Bupati Muhammad Rasyid
Dewan Perwakilan
sunting
Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Bulukumba dalam dua periode terakhir.
GPartai Politik | Jumlah Kursi dalam Periode | |
---|---|---|
2014–2019 | 2019–2024 | |
PKB | 2 | 4 |
Gerindra | 4 | 5 |
PDI-P | 1 | 3 |
Golkar | 6 | 4 |
NasDem | (baru) 4 | 5 |
Berkarya | (baru) 1 | |
PKS | 3 | 3 |
PPP | 4 | 6 |
PAN | 6 | 4 |
Hanura | 3 | 2 |
Demokrat | 4 | 2 |
PBB | 3 | 1 |
Jumlah Anggota | 40 | 40 |
Jumlah Partai | 11 | 12 |
Kecamatan
suntingKabupaten Bulukumba terdiri dari 10 kecamatan, 27 kelurahan dan 109 desa. Pada tahun 2017, kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.284,63 km² dan jumlah penduduk sebesar 432.141 jiwa dengan sebaran penduduk 336 jiwa/km².[12][13]
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Bulukumba, adalah sebagai berikut:
Kode Kemendagri |
Kecamatan | Jumlah Kelurahan |
Jumlah Desa | Status | Daftar Desa/Kelurahan |
---|---|---|---|---|---|
73.02.03 | Bonto Bahari | 4 | 4 | Desa | |
Kelurahan | |||||
73.02.04 | Bontotiro | 1 | 12 | Desa | |
Kelurahan | |||||
73.02.07 | Bulukumpa | 3 | 14 | Desa | |
Kelurahan | |||||
73.02.01 | Gantarang | 3 | 18 | Desa | |
Kelurahan | |||||
73.02.05 | Hero Lange-Lange | 2 | 6 | Desa | |
Kelurahan | |||||
73.02.06 | Kajang | 2 | 17 | Desa | |
Kelurahan | |||||
73.02.08 | Kindang | 1 | 12 | Desa | |
Kelurahan | |||||
73.02.10 | Rilau Ale | 1 | 14 | Desa | |
Kelurahan | |||||
73.02.02 | Ujung Bulu | 9 | Kelurahan | ||
73.02.09 | Ujung Loe | 1 | 12 | Desa | |
Kelurahan | |||||
TOTAL | 27 | 109 |
Awal terbentuknya, Kabupaten Bulukumba hanya terdiri atas tujuh kecamatan (Ujungbulu, Gangking, Bulukumpa, Bonto Bahari, Bontotiro, Kajang, Hero Lange-Lange), kemudian beberapa kecamatan dimekarkan menjadi 10 kecamatan. Dari 10 kecamatan tersebut, tujuh di antaranya merupakan daerah pesisir sebagai sentra pengembangan pariwisata dan perikanan yaitu Kecamatan Gantarang, Kecamatan Ujungbulu, Kecamatan Ujung Loe, Kecamatan Bonto Bahari, Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang dan Kecamatan Herlang. Tiga kecamatan lainnya tergolong sentra pengembangan pertanian dan perkebunan, yaitu Kecamatan Kindang, Kecamatan Rilau Ale dan Kecamatan Bulukumpa.
Lambang Daerah
suntingBerdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Bulukumba Nomor: 13 Tahun 1987, maka ditetapkanlah Lambang Daerah Kabupaten Bulukumba dengan makna sebagai berikut:
1. Perisai Persegi Lima
Melambangkan sikap batin masyarakat Bulukumba yang teguh memertahankan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia.
2. Padi dan Jagung
Melambangkan mata pencaharian utama dan merupakan makanan pokok masyarakat Bulukumba. Bulir padi sejumlah 17 bulir melambangkan tanggal 17 sebagai tanggal kemerdekaan RI. Daun jagung sejumlah 8 menandakan bulan Agustus sebagai bulan kemerdekaan RI. Kelopak buah jagung berjumlah 4 dan bunga buah jagung berjumlah 5 menandakan tahun 1945 sebagai tahun kemerdekaan RI.
3. Perahu Pinisi
Sebagai salah satu mahakarya ciri khas masyarakat Bulukumba, yang dikenal sebagai "Butta Panrita Lopi" atau daerah bermukimnya orang yang ahli dalam membuat perahu.
4. Layar perahu Pinisi berjumlah 7 buah.
Melambangkan jumlah kecamatan yang ada di Kabupaten Bulukumba, tetapi sekarang sudah dimekarkan dari tujuh menjadi 10 kecamatan.
5. Tulisan aksara lontara di sisi perahu "Mali Siparappe, Tallang Sipahua".
Mencerminkan perpaduan dari dua dialek Bugis dan Makassar Konjo yang melambangkan persatuan dan kesatuan dua suku besar yang ada di Kabupaten Bulukumba.
6. Dasar Biru
Mencerminkan bahwa Kabupaten Bulukumba merupakan daerah maritim.
Pariwisata
suntingPariwisata di Kabupaten Bulukumba sangat beragam, misalnya:
Wisata Bahari
sunting- Pantai Tanjung Bira
- Pantai Lemo-lemo
- Pantai Batu Tallasa
- Pantai Kalukubodo
- Pantai Butung keke
- Tebing Apparalang
- Pantai Bara
- Pantai Mandala Ria
- Pantai Kasuso
- Pantai Samboang
- Pantai Ujung Tiro
- Pantai Marumasa
- Pantai Panrang Luhu
- Pulau Kambing
- Pulau Liukang Loe
Wisata Alam
sunting- Permandian Alam Sungai Sempit
- Air Terjun Bravo
- Bukit Kahayya
- Gua Passohara
- Goa Passea
- Permandian Alam Hila-Hila
- Permandian Alam Limbua
- Perkebunan Karet Balombessie
- Puncak Pua Janggo
- Bukit Bulupadido
Wisata Sejarah, Budaya dan Religi
sunting- Tempat Pembuatan Perahu Tradisional Pinisi
- Kawasan Adat Ammatoa Kajang
- Makam penyiar Agama Islam Dato Tiro
- Masjid Nurul Hilal Dato Tiro
- Islamic Center Dato' Tiro
Eko Wisata
sunting- Taman Cekkeng Nursery
- Pinisi park
- Hutan kota
- Taman kota
Referensi
sunting- ^ a b "Pembentukan Daerah-Daerah Otonom di Indonesia s/d Tahun 2014" (PDF). www.otda.kemendagri.go.id. hlm. 25. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 12 Juli 2019. Diakses tanggal 31 Oktober 2021.
- ^ a b c d "Kabupaten Bulukumba Dalam Angka 2021" (pdf). www.bulukumbakab.bps.go.id. hlm. 42, 108. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-04-12. Diakses tanggal 31 Oktober 2021.
- ^ "Metode Baru Indeks Pembangunan 2019-2020". www.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-27. Diakses tanggal 12 April 2021.
- ^ Ainun, Nur (4 Februari 2023). "Kode Provinsi Sulawesi Selatan Lengkap 24 Kabupaten/Kota". www.detik.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-05. Diakses tanggal 10 Agustus 2023.
- ^ a b Tim redaksi djpk.kemenkeu.go.id (2023). "APBD Tahun Anggaran 2023 Kabupaten Bulukumba". djpk.kemenkeu.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-11. Diakses tanggal 10 Agustus 2023.
- ^ BPS Kabupaten Bulukumba (2020). Kabupaten Bulukumba dalam Angka 2020 (PDF). Bulukumba: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulukumba. hlm. 1. ISSN 0215-658X. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2023-05-28. Diakses tanggal 2023-05-28.
- ^ Saputra, Setyo Dwi (2023). Kabupaten Bulukumba Dalam Angka 2023. Bulukumba: BPS Kabupaten Bulukumba. hlm. 3. ISSN 0215-658X.
- ^ "Profil Bupati Bulukumba". Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Bulukumba. Humas Pemerintah Kabupaten Bulukumba. Diakses tanggal 29 September 2018.
- ^ "Profil Wakil Bupati Bulukumba". Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Bulukumba. Humas Pemerintah Kabupaten Bulukumba. Diakses tanggal 29 September 2018.
- ^ Imran, A. M., dan Sabrrang, A. M. (2022). Konjo dalam Perspektif Kerajaan Pesisir dan Islamisasi di Sulawesi Selatan. Bantul: Penerbit K-Media. hlm. 3. ISBN 978-623-316-731-4.
- ^ Mukhlis, Muharrir. "Lantik Empat Pjs Kepala Daerah di Sulsel, Pj Gubernur Prof Zudan Ingatkan Jangan Langgar Aturan". Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Sulawesi Selatan.
- ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019.
- ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020.
Pranala luar
sunting- (Indonesia) http://kabupatenbulukumba.blogspot.com
- (Indonesia) http://www.bulukumbakab.go.id Diarsipkan 2021-02-05 di Wayback Machine.
- (Indonesia) http://panwaslu-sulsel.com/bulukumba/96-sekilas-kabupaten-bulukumba Diarsipkan 2010-04-24 di Wayback Machine.
- (Indonesia) http://www.sulsel.go.id/indonesia/media.php?module=detailberita&id=75[pranala nonaktif permanen]