Bodawpaya
Bodawpaya adalah salah satu raja terbesar Myanmar.[1] Ia merupakan raja keenam dari dinasti Alaungpaya.[1][2] Pada tahun 1784 Bodawpaya menginvasi Rakhine, kerajaan maritim di pantai timur Teluk Benggala.[1] Pada invasi tersebut ia menangkap Raja Thamada dan mendeportasi lebih dari 20.000 orang ke Myanmar sebagai budak.[1][2] Keberhasilan dalam menangkap Raja Thamada menuntunnya untuk menyerang Siam (Thailand) pada tahun 1785.[1][2] Akan tetapi, dalam serangan tersebut pasukannya mengalami kekalahan.[1]
Peraturan yang diterapkan Bodawpaya di Rakhine sangat menindas sehingga menimbulkan pemberontakan pada tahun 1794.[1] Ketika ia mengirim pasukan untuk menumpas para pemberontak, ribuan pengungsi melarikan diri ke wilayah Inggris.[1] Hal ini menyebabkan kondisi di perbatasan menjadi tidak tenang dan pada tahun 1795 Inggris mengirim wakilnya ke Amarapura, ibu kota Myanmar untuk bernegosiasi dengan Bodawpaya.[1]
Bodawpaya adalah umat Buddha yang menyatakan dirinya sebagai Arimittya (Maitreya mulia) dan ditakdirkan untuk menaklukkan dunia.[1][2] Pada masa pemerintahannya ia menghukum kaum heterodoks, peminum, perokok dan pembunuh binatang dengan hukuman mati.[1] Pada masa pemerintahannya ia juga membangun banyak pagoda.[1] Proyek ambisius yang dilakukannya adalah membangun Pagoda Mingun yang tingginya 500 kaki (150 m).[1]