Putri Firaun (Keluaran)

(Dialihkan dari Bithiah)

Menurut Kitab Keluaran, putri Firaun (Ibrani: בַּת־פַּרְעֹה bath-parʿōh; bahasa Yunani: ἡ θυγάτηρ Φαραὼ hē thugátēr Pharaṑ) menyelamatkan bayi Musa dari pemusnahan di bawah penindasan ayahnya, setelah menemukan Musa yang disembunyikan di balik teberau di tepi Sungai Nil, Mesir. Tindakan tersebut, yakni "mengangkat" (מָשָׁה māšāh) Musa dari air, disebut sebagai cikal bakal nama Musa (מֹשֶׁה Mōšeh).[1]

Putri Firaun
Putri Firaun digambarkan di sinagoge Dura-Europos, sekitar 244 M
Informasi
AliasThermuthis; Bithiah; Merris; Merrhoe; Asiya
AnakMusa (angkat)
KewarganegaraanMesir

Ceritanya telah banyak diperluas dalam tradisi Abrahamik, dan pengangkatan Musa dari air oleh putri Firaun telah menjadi subyek populer dalam seni rupa.

Penafsiran

sunting

David Down, seorang ahli sejarah Mesir, berpendapat bahwa tokoh ini adalah putri firaun Amenemhat III yang bernama Sobekneferu.[2] Kelak ketika menjadi penguasa Mesir, putri ini tidak pernah menggunakan gelar "Ratu" atau "Saudari Firaun", melainkan selalu dengan istilah "Putri Firaun".[3] Diyakini ia tidak mempunyai anak.[4] Kedatangannya ke sungai Nil sebagai seorang Putri Firaun untuk "mandi" dipercayai merupakan suatu upacara ritual dan permohonan kepada dewa sungai Nil, Hapi, yang juga adalah dewa kesuburan. Ketika upacara berlangsung, maka bayi Musa yang tampak sehat dan manis itu ditemukannya, sehingga ia menganggapnya sebagai jawaban doa-doanya.[2]

David Rohl,[5] juga seorang sarjana sejarah Mesir, menarik kesimpulan dari catatan seorang sejarawan Yahudi bernama Artapanus dari zaman Helenistik yang diberi judul "Peri Ioudaion" ("Mengenai orang Yahudi") dan disunting di Mesir sekitar akhir abad ke-3 SM. Karya ini sekarang tidak terlestarikan, tetapi sejumlah kutipannya terdapat dalam naskah-naskah yang terlestarikan sampai kini, yaitu Evangelicae Preparationis ("Persiapan untuk kitab Injil") karya Eusebius, tulisan Alexander Polyhistor yang juga dikutip oleh Eusebius, serta karya Klemens yang berjudul "Stromata".[6] Artapanus mencatat bahwa Firaun Mesir bernama "Palmanothes" menindas orang Israel yang hidup di Mesir dan membangun kota Kessan dengan kuilnya dan kuil lain di Heliopolis (= kota "suci" On), dan putrinya yang bernama "Merris" mengadopsi anak Ibrani yang kemudian tumbuh menjadi pangeran "Mousos" (=Musa), lalu Merris menikahi Firaun "Khenephrês" yang merupakan "raja atas seluruh wilayah di seberang Memphis, karena waktu itu ada banyak raja di Mesir" di mana kemudian Pangeran Mousos menjalankan pemerintahan untuk Firaun Khenephrês dan terkenal di kalangan rakyat Mesir.[5] Nama Firaun "Khenephrês" diyakini merupakan alih pelafalan ke dalam vokalisasi Yunani dari nama Mesir "Khaneferre". Dari penelitian ahli Egyptologi, James Henry Breasted,[7] dikemukakan bahwa firaun terbesar pada zaman SIP adalah "Khaneferre Sobekhotep IV" dari Dinasti ke-13 Mesir yang diduga memerintah selama 20 tahun (~1529-1510, tetapi kemungkinan lebih lama dari itu) dan meninggalkan dua patung raksasa di Tanis (yang kemungkinan asalnya di Pi-Ramesse atau Avaris) di samping patung-patung lain yang tidak lengkap, yang ditemukan di sejumlah tempat. Jadi Musa kemungkinan tumbuh besar dan kemudian bekerja untuk Firaun ini sampai kemudian melarikan diri ke Midian/Arabia.[5]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Keluaran 2:10
  2. ^ a b Searching for Moses oleh David Down (April 1, 2001)
  3. ^ Kim Ryholt, The Political Situation in Egypt during the Second Intermediate Period, Carsten Niebuhr Institute Publications, Museum Tusculanum Press, (1997), p.213 ISBN 87-7289-421-0
  4. ^ Edwards, I.E.S. et al., The Cambridge Ancient History, Vol. II, part I, Cambridge University Press, p. 43, 1975; David, R., Ancient Egypt, Harper Collins, p. 20, 1988.
  5. ^ a b c Rohl, David. "Pharaohs and Kings: A Biblical Quest". New York: Crown Publishers. 1995. ISBN 0-517-70315-7.
  6. ^ Klemens. Stromata 1.23.154, 2f.
  7. ^ J.H. Breasted. "A History of Egypt". 1905. London.

Daftar pustaka

sunting