Benedictus Mang Reng Say (15 Juni 1928 – 16 Agustus 2003) adalah seorang politisi Indonesia yang ditunjuk sebagai Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong tahun 1966–1971. Dalam arsip sejarah Indonesia Ben Mang Reng Say bersama dengan Frans Seda memainkan peran penting dalam pertemuan Roma[1] di bawah Menteri Luar Negeri Adam Malik dan Jenderal Ali Moertopo untuk mendiskusikan integrasi damai Timor Leste ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ben Mang Reng Say
Informasi pribadi
Lahir(1928-06-15)15 Juni 1928
Umauta, Bola, Sikka, Nusa Tenggara Timur
Meninggal16 Agustus 2003(2003-08-16) (umur 75)
Jakarta
Partai politik
Suami/istriDona Maria Yosefa Nana da Silva
AlmamaterUniversitas Gadjah Mada
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Masa kecil

sunting

Setelah menyelesaikan sekolah rakyat di Bola, Nusa Tenggara Timur (1934–1937) Pamannya Mo’an Petrus Pitang yang bertugas sebagai Kapitan mengirim Say belajar di Sekolah Schakel di Ndao-Ende, Nusa Tenggara Timur (1937–1942), setelah lulus dari salah satu sekolah bergengsi di Nusa Tenggara Timur pada masa itu ia bekerja sebagai petugas polisi di Maumere (1943–1946), Bajawa (1946–1948) dan Makassar (1948–1950). Namun pekerjaan tersebut tidak cocok untuknya, ia mengundurkan diri sebagai polisi dan melanjutkan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs /MULO di Makasar (1949–1951). Ia cukup beruntung untuk bisa melanjutkan pendidikannya, tidak seperti remaja lainnya pada masa itu, ia melanjutkan pendidikannya di Yogyakarta di Universitas Gadjah Mada Fakultas Hukum, Sosial dan Politik, dan pada 23 November 1956 ia sukses mendapatkan gelar Drs di jurusan pemerintahan, lalu ia bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Departemen Dalam Negeri.

Konstituante

sunting

Pemilihan Umun tahun 1955 membawa 10 anggota Partai Katolik menjadi anggota Konstituante, Say ditunjuk sebagai Sekretaris Fraksi Partai Katolik (1956–1959) menemani IJ Kasimo sebagai Ketua.[2]

Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong

sunting
 
Say pada tahun 1971

Pada 31 Desember 1964, Say ditunjuk sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong. Setelah terjadi Gerakan 30 September, terjadi permintaan perombakan di dalam Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong, dan kondisi ini menciptakan kesempatan untuk Say mendapat kepercayaan dari Partai Katolik untuk menduduki posisi sebagai Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (1966–1971)

Partai Katolik Indonesia

sunting

Say adalah ketua terakhir Partai Katolik Indonesia, ia ditunjuk sebagai ketua pada tahun 1971, dan setelah 50 tahun Partai Katolik ada di Indonesia, pada 10 Januari 1973, partai tersebut bubar menjadi Partai Demokrasi Indonesia.[3]

Say ditunjuk sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia pada tahun 1973–1976, dan pada tahun 1988–1993 ia ditunjuk untuk kedua kalinya sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia sebagai Wakil Ketua Bidang Urusan Politik.[4]

Duta Besar

sunting

Selama satu tahun (1975–1976) Say ditunjuk sebagai Duta Besar Indonesia untuk Portugal, di saat itu ia dikirim ke Roma untuk mendiskusikan langkah-langkah untuk mengintegrasikan Timor Leste ke wilayah Indonesia, namun pertemuan tersebut yang seharusnya damai berakhir dengan tumpah darah, enam bulan ia bekerja, dan berhasil membuat laporan yang "berani" kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ia mengakui bahwa sekitar 200 orang terbunuh oleh tembakan militer selama demonstrasi yang meminta kemerdekaan Timor Leste. Kasus ini mencoreng wajah militer Indonesia dan berakhir dengan pengadilan banyak perwira dan warga sipil. Dan pada tahun 1976–1980 ia ditunjuk sebagai Duta Besar Indonesia untuk Meksiko, dan menerima medali kehormatan Aguila Azteca Primera Banda dari Pemerintah Meksiko pada tahun 1980.

Universitas Katolik Atma Jaya

sunting

Ia dicatat sebagai salah satu pendiri Universitas Katolik Atma Jaya, ia juga mengajar politik disana dan pada tahun 1962 ditunjuk sebagai rektor universitas tersebut.

Keluarga

sunting

Ia menikah dengan Dona Maria Yosefa Nana Da Silva, putri dari Raja Don Thomas Da Silva di Maumere (26 April 1955) dan memiliki 2 anak laki-laki dan 3 anak perempuan.

Tanda kehormatan

sunting

Dalam Negeri

sunting

Luar Negeri

sunting

Kematian

sunting

Ben Mang Reng Say wafat pada tanggal 16 Agustus 2003 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata.[6]

Referensi

sunting
  1. ^ "Area Studies: East Timur". hamline.edu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-09-19. Diakses tanggal 2009-10-21. 
  2. ^ "Drs. B. Mang Reng Say - Partai Katholik - Profil Anggota". Konstituante.Net. Diakses tanggal 2021-10-19. 
  3. ^ "SEJARAH PDI PERJUANGAN". www.pdiperjuangan-denpasar.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-04-19. Diakses tanggal 2009-10-21. 
  4. ^ Baramuli, Ahmad Arnold (2000). DPA dari zaman ke zaman. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. hlm. 131. ISBN 979-416-651-0. 
  5. ^ Daftar WNI yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera tahun 1959 s.d. 2003 (PDF). Diakses tanggal 4 Oktober 2021. 
  6. ^ "Daftar Makam Tahun 2002-2004". Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, dan Kesetiakawanan Sosial. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-10-15. Diakses tanggal 7 Januari 2022. 

Pranala luar

sunting
Jabatan diplomatik
Didahului oleh:
Hidayat Mukmin
Duta Besar Indonesia untuk Meksiko
1976–1980
Diteruskan oleh:
Husni Thamrin Pane