Gereja Bala Keselamatan Indonesia
Gereja Bala Keselamatan Indonesia adalah salah satu teritori dari cabang gereja Bala Keselamatan yang berpusat di London. Kini pelayanan mereka mencakup kurang lebih 15 provinsi di seluruh Indonesia. Pimpinan Bala Keselamatan di Indonesia disebut Komandan Teritorial yang memiliki kantor pusat teritorial di Bandung. Berdasarkan situs resmi Bala Keselamatan Indonesia, saat ini mereka memiliki lebih dari 50.000 anggota (bahasa Inggris: Salvationist)[1]
Sejumlah program yang dilakukan oleh Bala Keselamatan di Indonesia adalah RSU "William Booth" di Surabaya, RSU "William Booth" di Semarang, RS Ibu dan Anak "Catherine Booth" di Makassar, sejumlah sekolah di Jakarta, Bandung, Jombang, Kulawi (Sulawesi Tengah), Semarang, Kec. Long Iram, Kalimantan Timur, dll.[2]
Organisasi ini memiliki sebuah majalah, Berita Keselamatan, yang menjadi salah satu majalah tertua di Indonesia. Selain itu mereka juga menerbitkan buku renungan berjudul Oasis Fajar.[3]
Sejarah
suntingPelayanan Bala Keselamatan di Indonesia yang saat itu bernama Hindia Belanda mulai ditetapkan oleh pada tanggal 11 Agustus 1894 oleh Komandan Teritorial Belanda saat itu yaitu Kolonel Elwin Oliphant. Staf Kapten Jacob Gerrit Brouwer dan Ensign Adolf Theodorus van Emmerik merintis pekerjaan Bala Keselamatan di Hindia Belanda. Tanggal 11 Oktober 1894, kedua orang perintis tersebut 'diselamatjalankan' dalam sebuah kebaktian yang dipimpin oleh Kolonel Oliphant di Amsterdam. Tanggal 24 November 1894 mereka menjejakkan kaki di Pelabuhan Batavia yang dulu bernama Tandjoeng Priok setelah menggunakan kapal bernama "Soerabaja" yang berangkat dari Marseille, Prancis.
Senin, 3 Desember 1894, para perintis bertemu dengan Gubernur Jendral Van Der Wijck di Istana Bogor, yang memberikan jaminan kebebasan bagi kedua perintis untuk melakukan misi Bala Keselamatan. Inilah langkah awal bagi mereka untuk memulai pelayanan Bala Keselamatan. Walaupun banyak orang Kristen di Batavia menghendaki kedua hamba Tuhan ini tetap bersama mereka, kedua perintis tetap berpegang pada misi awalnya yaitu memberitakan Injil kepada penduduk asli, maka mereka pun dengan berat hati dilepas dari Batavia menuju Jawa Tengah. Setelah berganti kereta di Kutoarjo dengan kereta yang lain mereka menuju Purworejo. Setelah beberapa lama di Purworejo belajar bahasa, tulisan (aksara Jawa) dan kebiasaan setempat, atas petunjuk pemerintah mereka diminta untuk memulai pelayanan di sebuah desa yang memiliki banyak orang Kristen yang tidak mempunyai gembala, desa tersebut bernama desa Sapuran, sebuah desa berjarak 17 km dari Wonosobo. Pada tanggal 28 Januari 1895 mereka tiba di Sapuran dan memulai pekerjaan mereka. Mereka juga sempat berkenalan dengan Kyai Sadrach.
Setelah sedikit menguasai bahasa Jawa, mereka mulai membaur dengan penduduk sekitar, berjalan ke mana-mana tanpa alas kaki, berpakaian seperti orang Jawa, dan hidup sangat sederhana, berbeda dengan orang-orang Belanda yang lain. Bahkan Kapten Brouwer memilih nama Jawa Mangunarjo (Mangun Harjo) dan Ensign van Emmerik menggunakan nama Mangun Prawiro dalam kesehariannya.[4]
Semarang
suntingPada awal pelayanannya, Bala Keselamatan berpusat di Semarang. Brouwer dan van Emmerik pertama sampai di Semarang tahun 1895 untuk menjemput kedatangan dua opsir baru: Ajudan Alice Cleverly (nantinya menjadi Nyonya van Emmerik) dan Ensign A.B. Claydon. Di Semarang pula diadakan pernikahan pertama dengan upacara Bala Keselamatan antara van Emmerik dan Alice. Setelah itu banyak orang Eropa maupun penduduk setempat yang mengharapkan Bala Keselamatan segera memulai pekerjaannya di Semarang. Pasangan van Emmerik kemudian tinggal di Semarang, sementara Brouwer dan Claydon kembali ke Sapuran.[5]
Pelayanan yang dilakukan di Semarang termasuk pelayanan panti wreda untuk orang-orang lanjut usia, dan pelayanan di penjara, yang menjadi awal dari pelayanan-pelayanan penjara di masa mendatang di Indonesia. Mereka pun mengadakan kebaktian-kebaktian di luar dan di pasar-pasar, serta membagian traktat-traktat dalam bahasa Jawa, Melayu, dan Tionghoa.[6]
Pada awal pelayanannya, Bala Keselamatan dikenal dengan nama bahasa Jawanya: Bala Kěslamětan (ꦧꦭꦏꦱ꧀ꦭꦩꦼꦠ꧀ꦠꦤ꧀).[7]
Tahun 1897 Brouwer mulai membuka sebuah sekolah umum di Semarang hanya dengan seorang tenaga guru.[8]
Ibadah
suntingBala Keselamatan adalah bagian injili dari Gereja Kristen universal dengan tata organisasi dan pelayanannya sendiri. Doktrin yang diyakininya tidak berbeda dengan keyakinan utamanya dari iman Kristen pada umumnya. Dalam pengakuan iman Bala Keselamatan ditekankan tentang kasih anugerah Allah yang menyelamatkan.
Tempat-tempat ibadah Bala Keselamatan di Indonesia biasanya disebut korps dan pos luar, yang di Indonesia lazim disebut gereja, adalah sebuah tempat ibadah Kristen yang terbuka bagi semua orang, tanpa terkecuali dan diskriminasi, yaitu mereka yang ingin beribadah kepada Tuhan dan memuliakan-Nya. Tempat-tempat ibadah Bala Keselamatan melaksanakan pelayanan ibadah pada setiap hari Minggu dan juga hari-hari lain sesuai jadwal yang telah ditentukan, seperti ibadah doa, pemahaman Alkitab, ibadah kaum pria, ibadah kaum wanita, ibadah kaum lanjut usia, ibadah keluarga dan pertemuan-pertemuan lainnya. Tata ibadah dan suasananya diatur sedemikian rupa, sederhana dan rileks, yang di dalamnya meliputi nyanyian pujian kepada Tuhan, doa, membacaan Alkitab, khotbah, pengakuan iman, kesaksian jemaat dan isian acara lainnya seperti drama atau yang lain-lainnya. Nyanyian-nyanyian pujian dalam ibadah Bala Keselamatan biasanya diiringi oleh brass band, band musik kontemporer dengan piano, keyboard, gitar dan drum, musik tradisional atau tanpa musik. Juga ada kelompok paduan suara atau vocal group yang mengambil bagian dalam ibadah.[9]
Buku nyanyian Bala Keselamatan biasanya menggunakan Buku Nyanyian Bala Keselamatan (BNBK) dan juga mengambil dari lagu-lagu kontemporer.
Selain itu sejak Januari 2011, para Prajurit dan anggota Bala Keselamatan di seluruh dunia juga bersatu dalam Doa Jendela 24-7 – berdoa pagi siang malam untuk perdamaian dan keadilan bagi mereka yang menjadi korban ketidakadilan.[9]
Struktur
suntingStruktur Bala Keselamatan Indonesia adalah sebagai berikut:[10]
- Komandan Teritorial (Komter): Komisioner Yusak Tampai
- Pemimpin Pelayanan Wanita Teritorial (Istri Komter): Komisioner Widiawati Tampai
- Sekretaris Umum (Sekum): Let. Kol. Cedric
- Sekretaris Pelayanan Wanita Teritorial (Istri Sekum): Let. Kol. Lyn Hills
- Sekretaris Bisnis dan Administrasi: Let. Kol. Hosea Makagiantang
- Sekretaris Keuangan: Let. Kol. Herlina Widyanoadi
- Sekretaris Program: Let. Kol. Alberth Sarimin
- Sekretaris Personil: Let. Kol. I Wayan Widyanoadi
- Sekretaris Literatur dan Redaksi: Mayor Mardi Yudi
- Legal dan Parlementer: Kapten Jevry Ambitan
Adapun struktur di Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Bala Keselamatan adalah sebagai berikut:
- Kepala Pusdiklat
- Staf Pusdiklat
- Para Dosen
- Kadet Tingkat I
- Kadet Tingkat II
Untuk tingkat Divisi, pembagian strukturnya adalah sebagai berikut:
- Komandan Divisi
- Pemimpin Pelayanan Wanita Divisi
- Sekretaris Divisi
- Sekretaris Bisnis dan Administrasi
- Sekretaris Keuangan
- Auditor Divisi
Divisi dan Korps Bala Keselamatan Indonesia
suntingBala Keselamatan Indonesia dibagi menjadi 7 divisi dan 2 regional[11]
- Divisi Jawa Bali, dengan pusat Semarang
- Divisi Sulawesi Utara, dengan pusat Manado
- Divisi Kulawi, dengan pusat Kulawi
- Divisi Gimpu Pipikoro
- Divisi Palu Timur, dengan pusat Palu
- Divisi Palu Barat, dengan pusat Marawola
- Divisi Manggala, dengan pusat Pasangkayu
- Divisi Sumatera Utara, dengan pusat Medan
- Regional Indonesia Timur, dengan pusat Makassar
- Distrik Kalimantan Timur, dengan pusat Samarinda Utara
Divisi Jawa Bali
suntingBerpusat di Semarang, Divisi Jawa Bali per 2015 memiliki jumlah Korps sebanyak 40, pos luar sebanyak 5, pelayanan sosial 13, serta 5 sekolah. Korps-korps tersebut tersebar di berbagai kota, antara lain Ambarawa, Bandung (Pusat), Banyuwangi, Batujajar, Bekasi, Blora, Cirebon, Denpasar, Jakarta, Jelambar, Taman Kencana, Jember, Jepon, dll.
Divisi Sulawesi Utara
suntingBerpusat di Manado, Divisi ini per 2015 memiliki jumlah Korps sebanyak 14, pos luar sebanyak 4, klinik 3, serta 2 pelayanan sosial. Korps-korps tersebut tersebar di berbagai tempat, antara lain Manado, Amurang, Boyongpantai, Kumelembuai, Makasili, Remboken, Sonder, Tompaso, Tondano, Tumpaan, [Werot], dll.
Divisi Kulawi
suntingDivisi ini merupakan salah satu yang terbesar, yang memiliki jumlah Korps (per 2015) sebanyak 30, pos luar sebanyak 3, pelayanan pendidikan 10 unit, serta 3 klinik. Karena besarnya pelayanan di divisi ini, maka Divisi Kulawi dibagi lagi menjadi beberapa distrik, antara lain Distrik Kulawi dan Distrik Gimpu.
Korps-korps di divisi Kulawi tersebar di berbagai desa/kecamatan, antara lain Kulawi, Mataue, Houmnu, Kalukuhangkau, Toro, Nentebaru, Peleroa, Salua, Siroa, Winatu, Rantewulu, Towulu, Siwongi, Noke, Biro, Buruwi, dll.
Divisi Gimpu Pipikoro
Divsi ini Merupakan Divisi baru yang diresmikan pada tahun 2022, memiliki jumlah korps (per 2022) sebanyak 40 korps dan pos luar, pelayanan pendidikan 20 SEKOLAH, KLINIK KESEHATAN 1 UNIT, divisi ini terbagi atas beberapa distrik Distrik Gimpu, Kantewu, Karangana, korps-korps tersebar di kecamatam Pipikoro dan Kulawi Selatan
Divisi Palu Timur
suntingDivisi ini berpusat di Palu, dan merupakan salah satu yang terbesar, yang memiliki jumlah Korps (per 2015) sebanyak 54, pos luar sebanyak 30, pos pelayanan 4, sekolah 16, pelayanan sosial 2, serta 1 klinik. Karena besarnya pelayanan di divisi ini, maka Divisi Palu Barat dibagi lagi menjadi beberapa distrik: Distrik I, Distrik II, dan Distrik III.
Korps-korps di divisi Palu Barat meliputi Palu, Towua, Woodward, Jonooge, Raranggunau, Tompu, Panii, Maranatha, Petimbelagi, Tanapobunti, Lembosu, Lompio, Waturalele, Watubula, Kalawara, Padena, Saluponi, Sibowi, Berdikari, dll.
Divisi Palu Barat
suntingDivisi ini berpusat di Marawola, dan merupakan salah satu yang terbesar, yang memiliki jumlah Korps (per 2015) sebanyak 49, pos luar sebanyak 23, serta 20 sekolah. Karena besarnya pelayanan di divisi ini, maka Divisi Palu Barat dibagi lagi menjadi beberapa distrik, antara lain Distrik Rowiga dan Distrik Porame.
Korps-korps di divisi Palu Barat tersebar di berbagai desa/kecamatan, antara lain Balamoa, Balumpewa, Jononjindi, Lebanu, Mabere, Mantikole, Poi, Rogo, Waturalele, Wilao, Wisolo, Kawatua, Porame, Bolobia, Doda, Kayumpia, Rawio, Rondingo, dll.
Divisi Manggala
suntingBerpusat di Pasangkayu, Divisi ini per 2015 memiliki jumlah Korps sebanyak 23, pos luar sebanyak 31, serta 6 sekolah. Korps-korps tersebut dibagi menjadi beberapa distrik, antara lain Distrik Malino dan Distrik Mamuju Utara, di berbagai desa/kecamatan, seperti Bambamii, Bailodu, Kasimbar, Malino, Uluwalamate, Mbuwu, Bambawakona, Salumpangoya, Salungia, Ongulara, Sadakanjal, Wulai, Duria Sulapa, Pinoraa, Tosonde, Bamba Apu, dll.
Divisi Sumatera Utara
suntingDengan pusatnya di Medan, Divisi ini per 2015 memiliki jumlah Korps sebanyak 16, pos luar sebanyak 10, pelayanan sosial 2, serta 1 sekolah. Korps-korps tersebut dibagi menjadi Distrik Sumatera Utara dan Distrik Nias, serta Batam. Selain di Medan, Bala Keselamatan juga ada di Polonia, Belawan, Palu Subur, Kabanjahe, Pulau Sicanang, Bunuraya, Pematang Siantar, Samosir, Saribujawa, Sibolga, Bawomataluo, Hilifelago, Hilimondegeraya, Onohondro, dan Batam.
Regional Indonesia Timur dan Distrik Kalimantan Timur
suntingSelain divisi-divisi di atas, terdapat pula Regional Indonesia Bagian Timur dan Distrik Kalimantan Timur. Regional Indonesia Bagian Timur berpusat di Makassar dan meliputi Ambon, Balangbuki, Kobisonta, Sorong, Aimas, dan Jayapura, 7 korps, 2 pos luar, 1 klinik, dan 2 sekolah. Sementara itu Distrik Kalimantan Timur berpusat di Samarinda Utara, dan meliputi Balikpapan, Muara Batuq, Muara Mujan, dan Long Merah, 5 korps, 1 pos luar, 3 klinik, dan 2 sekolah.
Bidang pelayanan
suntingPelayanan Bala Keselamatan di Indonesia meliputi pelayanan gerejani, sosial, pendidikan, kesehatan, perlindungan anak dan anti perdagangan manusia (antitrafficking)[2]
- Pelayanan Bidang Kerohanian: meliputi pelayanan yang berhubungan dengan kehidupan spritualiatas individu seperti pelayanan ibadah yang dilaksanakan baik di gereja (korps) maupun di rumah-rumah jemaat, atau di tempat-tempat terbuka. Khusus untuk pelayanan gereja terdiri dari 2 jenis ibadah yaitu ibadah kesucian dan tebusan.
- Pelayanan Bidang Pendidikan: meliputi lembaga-lembaga pendidikan (sekolah formal) yang terdiri dari
PAUD-TK-SD-SMP-SMA-SMK-Sekolah Tinggi Teologi (STT) dan Sekolah Keperawatan (STIKES), dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat), yaitu sekolah untuk calon pendeta Bala Keselamatan.
- Pelayanan Bidang Medis: bergerak di bidang kesehatan mulai dari klinik, rumah sakit, dan pos pelayanan kesehatan.
- Pelayanan Bidang Sosial: melayani di bidang perumahan ibu dan anak (pelayanan untuk ibu hamil tanpa suami dan anak yang dilahirkannya), panti wreda (PSTW), panti asuhan (PSAA) putera dan puteri, panti karya, pengembangan masyarakat, gawat darurat bencana, program HIV/AIDS dan aksi-aksi peduli sesama lainnya..
Masing-masing unit pelayanan ini telah ada di seluruh Indonesia dan berkembang hingga saat ini. Kehadiran pelayanan-pelayanan ini telah membantu dan menolong bagi semua warga dan masyarakat Indonesia. Bala Keselamatan tetap menjalankan visi dan misi mula-mula pendiri Bala Keselamatan yaitu Jenderal William Booth dengan tujuan untuk menjangkau jiwa-jiwa. Semua unit pelayanan ini ada di bagian pedalaman, desa, pinggiran kota, bahkan di pusat kota di seluruh Indonesia.
Jumlah korps Bala Keselamatan Indonesia saat ini (2015) ada lebih dari 250 korps dan 100 pos luar, 40 korps dan 5 pos luar di Divisi Jawa Bali, 14 korps dan 4 pos luar di Divisi Sulawesi Utara, 64 korps dan 7 pos luar di Divisi Kulawi, 54 korps dan 30 pos luar di Divisi Palu Timur, 49 korps dan 23 pos luar di Divisi Palu Barat, 23 korps dan 31 pos luar di Divisi Manggala, 16 korps dan 10 pos luar di Divisi Sumatera Utara, dan 12 korps dan 3 pos luar di distrik lainnya.
Pelayanan Pendidikan
suntingBala Keselamatan Indonesia telah mendirikan berbagai sekolah yang menyediakan berbagai jenjang pendidikan di berbagai tempat di Indonesia, antara lain:
- TK, SD, SMP di Jakarta Barat
- TK, SD, SMP, dan Pusdiklat di Bandung
- TK, SD, SMP di Semarang
- SMP di Mojoagung
- TK di Malang
- TK dan SD di Makassar dan SD di Balangbuki
- 16 sekolah di Divisi Palu Timur
- 20 sekolah di Divisi Palu Barat
- 6 sekolah di Divisi Manggala
- 1 sekolah di Divisi Sumatera Utara
- 2 sekolah di Distrik Indonesia Timur
- 2 sekolah di Distrik Kalimantan Timur
- William Booth Medical College Surabaya, sekolah keperawatan dibuka tahun 1998
- Woodward Nursing Academy Palu, sekolah keperawatan dibuka tahun 1999
Pelayanan Kesehatan
suntingSelain bidang pendidikan, Bala Keselamatan Indonesia juga melakukan pelayanan medis. Pelayanan kesehatan untuk masyarakat dilakukan melalui rumah-rumah sakit dan klinik-klinik kesehatan, di kota-kota dan desa-desa, di beberapa propinsi dan kabupaten (Bandung, Semarang, Surabaya, Turen-Malang, Makassar, Palu, Sigi-Sulteng, Ambon, Long Iram-Kaltim, Minahasa-Sulut), antara lain:
- Rumah Sakit William Booth Semarang, didirikan tahun 1915, dimulai sejak 1907
- Rumah Sakit William Booth Surabaya, didirikan tahun 1925, dimulai sejak 1915
- Rumah Sakit Bokor Malang, didirikan tahun 1938, dimulai sejak 1918
- Rumah Sakit Bungsu Bandung, didirikan tahun 1949, dimulai sejak 1937
- Rumah Sakit Catherine Booth Makassar, didirikan tahun 1934; tahun 1987 dikembangkan untuk Perempuan dan Anak-anak
- Rumah Sakit Woodward Palu, dibuka tahun 1973 (Rumah Sakit Bersalin), dan 1985 (Rumah Sakit Umum)
- William Booth Medical College Surabaya, sekolah keperawatan dibuka tahun 1998
- Woodward Nursing Academy Palu, sekolah keperawatan dibuka tahun 1999
Serta belasan klinik yang tersebar di berbagai daerah, 3 di Divisi Sulawesi Utara, 3 di Divisi Kulawi, 1 di Divisi Palu Timur, 1 di Divisi Indonesia Timur, dan 3 di Divisi Kalimantan Timur.
Pelayanan Sosial
suntingPelayanan Sosial Bala Keselamatan Indonesia meliputi perumahan sosial, panti asuhan, panti wreda, dan panti karya.
- Panti asuhan
Berdasarkan situs Bala Keselamatan Indonesia, saat ini ada 770 anak berusia antara 6-18 tahun, dan bersekolah di SD sampai SMU yang diasuh di 16 Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Bala Keselamatan – 8 PSAA putra dan 8 PSAA putri. PSAA ini berlokasi di Pulau Jawa (7 PSAA), Bali (2 PSAA), Sumatera (2 PSAA), dan Sulawesi (5 PSAA). Panti-panti ini bertanggung jawab penuh dalam menyediakan pendidikan, makanan, kebutuhan sehari-hari, dan akomodasi bagi anak-anak yang datang dari berbagai macam latar belakang keluarga dan budaya.[12]
Beberapa lokasi panti asuhan Bala Keselamatan antara lain:
- PSAA Putri Catherine Booth Pondok Cabe, Tangerang
- PSAA Putra William Booth Bandung
- PSAA Putri Maranatha Bandung
- PSAA Bethlehem Bandung
- PSAA Tunas Harapan Yogyakarta
- PSAA Imanuel Surabaya
- PSAA Elim Malang
- PSAA Anugerah Denpasar
- PSAA William Booth Denpasar
- Panti wredha
Selain melayani anak-anak yatim piatu, Bala Keselamatan juga melayani orang-orang tua. 184 orang tua memperoleh akomodasi dan perawatan di 3 PSTW yang berlokasi di Bandung, Semarang dan Turen.
- Panti Sosial Tuna Wreda (PSTW) Senjarawi Bandung[13]
- PSTW Bethani Semarang[14]
- PSTW Tresno Mukti Turen, Malang[15]
- Perlindungan anak
Selain itu Bala Keselamatan juga bergerak di bidang perlindungan anak dan anti perdagangan orang (antitrafficking). Besarnya jumlah anak di Indonesia yang rentan bahaya dan maraknya perdagangan anak-anak dan orang-orang dewasa mendorong Bala Keselamatan untuk aktif melakukan pelayanan ini dan bekerjasama dengan pemerintah, gereja-gereja dan LSM-LSM.[2]
- Perumahan Ibu dan Anak Matahari Terbit Surabaya:[16] Ibu hamil yang kurang mampu atau mengalami masalah dirawat di perumahan khusus di Surabaya sampai mereka dapat melahirkan. Akomodasi dan perawatan tersedia bagi 36 bayi dan anak usia dini sampai 5 tahun. Anak-anak yang tidak dapat kembali ke rumah atau daerah asal mereka akan ditempatkan di salah satu dari 16 panti asuhan Bala Keselamatan ketika mencapai umur 6 tahun.
- Penjangkauan masyarakat
Departemen Pelayanan Sosial Bala Keselamatan mengatur program pendistribusi makanan 3 kali setahun bagi pengemudi becak, pemulung, dan anak jalanan. Dana berasal dari bazaar pengumpulan dana dan bantuan lokal lainnya.[2]
- Keadilan sosial
Bala Keselamatan bekerja secara internasional untuk mengatasi kemiskinan dan ketidakadilan yang merendahkan martabat manusia serta mengedukasi masyarakat tentang apa makna hidup dalam kemiskinan – dan apa yang dapat mereka perbuat untuk menolong sesama. Bala keselamatan di Indonesia telah mulai mengatasi isu-isu khusus kemiskinan, angka kematian ibu dan bayi yang tinggi, serta persoalan perdagangan manusia, khususnya bekerja secara aktif untuk mewujudkan tiga sasaran khusus dalam Millenium Development Goals [Tujuan Pembangunan Milenium] yang diuraikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (#1, #4, #5).[17]
Tanggap darurat dan bencana
suntingBanyaknya kejadian banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan bencana alam lainnya menyebabkan Bala Keselamatan merasa perlu untuk memiliki satuan khusus merespons kebutuhan-kebutuhan orang-orang di daerah bencana alam.[18]
Pelayanan kaum wanita
suntingPelayanan kaum wanita menyediakan kegiatan dan ibadah serta aktivitas lain yang didasarkan pada empat tujuan pelayanan kaum wanita International, yaitu Perhimpunan Kaum Wanita, yang diresmikan tahun 1907. Empat tujuan adalah: ibadah, pendidikan, persekutuan dan pelayanan.
Misi pelayanan kaum wanita adalah untuk: membawa kaum wanita kepada pengetahuan tentang Yesus Kristus, menggiatkan potensi penuh kaum wanita dalam mempengaruhi keluarga, sahabat dan masyarakat, memperlengkapi kaum wanita untuk bertumbuh dalam pengetahuan pribadi dan ketrampilan hidup, serta menangani persoalan yang mempengaruhi kaum wanita dan keluarga mereka di dunia.[19]
Pelayanan di Sulawesi Tengah
suntingAwal pelayanan Bala Keselamatan di Sulawesi Tengah (pada masa itu belum disebut Sulawesi Tengah, melainkan Bumi Tadulako) bermula di Rowiga, persisnya di kampung Sibedi. dengan nama Korps Mabere tahun 1913. Semula korps itu berada di pinggir jalan raya di Desa Sibedi. Namun sejarah juga mencatat bahwa korps tersebut terpaksa dipindahkan ketika terjadi pergolakan di awal kemerdekaan. Lokasi korps kini dibangun ke arah gunung. Korps Mabere memiliki lonceng gereja yang terbuat dari besi tempa dengan tahun pembuatan 1905. Selanjutnya tanggal 17 Oktober 1917 di kawasan Pipikoro diresmikan Korps Kantewu dan sekaligus Pembukaan Sekolah Rakyat.
Ada tiga pasang suami-istri yang mula-mula melayani di sana. Mula-mula Kapten Jensen dengan isterinya Nathalie, dari Denmark. Pasangan ini membuka pelayanan pertama Bala Keselamatan di Tanah Datar sekitar Palu. Ketika itu Kapten dan Nyonya Jensen menghadap Paduka Raja Parampasi di Palu. Pasangan opsir ini melaporkan maksud dan tujuan pasangan itu datang ke daerah itu. Dengan segala hormat perintis menyampaikan rencana pekerjaan, yang akan dilakukan di daerah baru, di wilayah kekuasaan Raja di Tanah Kaili itu. Singkat cerita, Raja Parampasi mendukung pelayanan pasangan Denmark itu dan menghibahkan sebidang tanah kepada mereka.[20] Untuk tawaran pertama para perintis berkesimpulan bahwa tanah yang dihibahkan itu tidak pas. Kemudian mereka meminta lagi kepada sang raja lokasi yang lain. Raja merespons dan menawarkan alternatif lain sesuai dengan keinginan sang perintis. Setelah berdoa untuk kedua kalinya. Perintis mendapat jawaban dari Tuhan bahwa sebidang tanah yang terakhir ini cocok sebagai awal pelayanan pasangan muda itu[21]
Menurut catatan para perintis, peristiwa itu terjadi pada tanggal 15 September 1913. Momen itulah dihitung sebagai titik awal pelayanan Bala Keselamatan di Bumi Tadulako itu. Di Rowiga kini dibangun sebuah tugu peringatan untuk mengenang peristiwa bersejarah tersebut. Lokasinya di lingkungan Perkantoran Bala Keselamatan Divisi Palu Barat. sekitar 10 km dari Kota Palu.
Dalam perkembangannya, para perintis Bala Keselamatan bekerja sama dengan orang-orang Kristen lainnya, para guru dan tenaga terdidik lainnya, dari berbagai tempat di Nusantara: dari Tanah Minahasa, Sangir Talaud di Sulawesi Utara, dan orang Ambon dari Tanah Maluku, untuk menjadi mediator sekaligus penerjemah bagi para perintis, sebelum mereka mempelajari dan menguasai bahasa setempat. Para pendatang ini ternyata banyak bersinggunggan dengan bidang pelayanan yang dikerjakan oleh Bala Keselamatan, yaitu di bidang pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, pengairan, pertanian, serta sebagai pegawai pemerintah kolonial di daerah rintisan itu. Ketika itu pelayanan Bala Keselamatan adalah denominasi Gereja resmi pertama, yang diakui pemerintah Hindia Belanda di wilayah ini. Dimulai dari membantu pelayanan Bala Keselamatan, di kemudian para pendatang merangkap dan bermitra, lalu banyak di antara mereka yang akhirnya bekerja penuh waktu menjadi opsir-opsir Bala Keselamatan asli Nusantara.
Setelah Kapten Jensen mendirikan rumah peribadatan pertama di sebidang tanah yang dihadiahkan Raja Parampas, wilayah pelayanan berkembang terus, mula-mula di sekitar Tanah Datar Rowiga di sekitar pinggiran Palu, kemudian menyebar naik lagi ke daerah pegunungan dan pedalaman. Bala Keselamatan kemudian melayani ke wilayah Dompu, Pakawa, Bunggu, yang kini dikenal sebagai Wilayah Pelayanan Divisi Palu Barat. Sementara itu ke arah Pantai Timur Kabupaten Donggala, pelayanan meluas hingga ke wilayah Parigi dan Mautong. Selanjutnya sejalan dengan tuntutan pelayanan, pelayanan juga diperluas ke wilayah Pantai Barat Donggala, di sekitar Pasangkayu, yang sekarang masuk wilayah Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat. Dengan alasan untuk mendekatkan dan mengoptimalkan pelayanan. Daerah sekitar Pantai Barat dan wilayah Pasangkayu dan sekitarnya digabung dan dikembangkan secara terpisah dari wilayah kerja dan pelayanan Divisi Palu Barat. Wilayah pengembangan ini kini dikenal sebagai Wilayah Pelayanan Divisi Manggala. Divisi baru ini terdiri dari tiga distrik yaitu Distrik Malino, Mamuju Utara dan Lalundu. Kantor divisi baru itu berada di Dusun Duria Sulapa, dan sekaligus di sana berdiri sebuah korps, yakni Korps Duria Sulapa, di Desa Kalola, Kecamatan Bambalamotu, Kabupaten Mamuju Utara.
Selanjutnya pasangan yang kedua, Kapten Ensign Loois Beldrink (Hendrik?) dengan isterinya, Wilhemmina, dari Belanda, membuka pelayanan di daerah pedalaman dan pegunungan di sekitar Kulawi. Di Dataran Kulawi dimulai di Korps Kulawi pada tahun yang sama, yakni pada tahun 1913. Sangat mungkin bulannya saja yang berbeda, dengan pembukaan pelayanan di Rowiga oleh pasangan Jensen. Kemudian pelayanan Bala Keselamatan berkembang ke daerah-daerah di dataran Kulawi lainnya: Gimpu, Karangana, Lindu, Tobaku dan dataran Pipikoro.
Tiga setengah tahun kemudian, tahun 1917, disusul lagi oleh pasangan berkebangsaan Inggris, Kapten Leonard Woodward dan isterinya, Maggie. Pasangan ini membuka pelayanan di daerah pedalaman di desa Kantewu. Kapten Jensen merintis pelayanan di sebidang tanah hibah seorang raja lokal yang terletak di sebelah barat jalan besar. Wilayah yang dahulu disebut Uwetumbu, yang berarti Mata Air, berada di bawah sebuah Pohon Beringin Besar. Kini daerah itu dikenal sebagai bagian dari Desa Sibedi berbatasan dengan Desa Beka, Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi. Dalam perkembangan selanjutnya Kapten Jensen dikenal dengan panggilan sebagai Tua Jelawo’o, sebutan dalam bahasa lokal yang berarti Tuan Rambut Menyala atau Tuan Rambut Merah, karena warna rambutnya yang merah menyala.
Kini kedua wilayah pelayanan itu dikenal sebagai Wilayah Pelayanan Divisi Kulawi, dengan pusat pengembangan di Kulawi dan Kantewu
Pada tahun 1926 dimulailah pelayanan Bala Keselamatan di kota Palu, setelah tiga belas tahun dibuka pelayanan pertama di Rowiga dan Kulawi. Selanjutnya dari Palu berkembang ke arah aliran Sungai Gumbasa dan Dataran Rendah di lembah Palu dan sekitarnya. Lalu meluas lagi ke dataran Palolo, dan terakhir ke Napu Besoa, Kabupaten Poso. Kini wilayah kerja pelayanan ini dikenal sebagai Wilayan Pelayanan Divisi Palu Timur. Kini pelayanan Bala Keselamatan di Sulawesi Tengah bersatu dengan Provinsi Sulawesi Barat sudah ada di enam kabupaten dan kota, dan bergerak di empat bidang pelayanan, yakni bidang pelayanan rohani, pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial.
Galeri
sunting-
Bala Keselamatan
-
Bala Keselamatan
-
Bala Keselamatan
-
Bala Keselamatan
Referensi
sunting- ^ Tentang Kami Diarsipkan 2015-05-18 di Wayback Machine., diakses 4 Juni 2015. Statistik anggota gereja adalah sebagai berikut: Prajurit dewasa 28.159, Prajurit muda 6.605, Pengikut 14.649
- ^ a b c d "Pelayanan Kami". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-05-18. Diakses tanggal 2015-06-04.
- ^ Tentang Renungan Oasis Fajar - The Salvation Army
- ^ Brouwer, Zamrud di Khatulistiwa I, p. 19
- ^ Brouwer, Zamrud di Khatulistiwa I, p. 20
- ^ Brouwer, Zamrud di Khatulistiwa I, p. 21
- ^ Brouwer, Zamrud di Khatulistiwa I, p. 33
- ^ Brouwer, Zamrud di Khatulistiwa I, p. 15
- ^ a b Ibadah[pranala nonaktif permanen]
- ^ "Territorial Leadership for Indonesia Territory". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-04-29. Diakses tanggal 2015-06-04.
- ^ "Divisional and Regional Headquarters". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-05-18. Diakses tanggal 2015-06-04.
- ^ "Social Services". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-08. Diakses tanggal 2015-06-04.
- ^ Panti Sosial Senjarawi Pelayanan Menyeluruh Bagi Senja Usia
- ^ http://pantisosialsmg.com/detailpanti-PMKS79.html[pranala nonaktif permanen]
- ^ PWU "Tresno Mukti"
- ^ Perumahan Ibu dan Anak 'Matahari Terbit' Surabaya
- ^ "Social Justice". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-06. Diakses tanggal 2015-06-04.
- ^ "Emergency Services". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-10. Diakses tanggal 2015-06-04.
- ^ "Women's Ministry". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-08-01. Diakses tanggal 2015-06-04.
- ^ Nainggolan, 100 Tahun Bala Keselamatan di Bumi Tadulako
- ^ Brouwer, "Zamrud di Khatulistiwa"
- Melattie Margaretha Brouwer, Zamrud di Khatulistiwa: Sejarah Gereja Bala Keselamatan di Indonesia, Jilid I, 1894-1950", 1994
- Dina Ismael, Zamrud di Khatulistiwa: Sejarah Gereja Bala Keselamatan di Indonesia, Jilid II, 1951-1994", 1994
- 60 Tahun Bala Keselamatan di Sulawesi Tengah
- Bala Keselamatan: sedjarah ringkas dan perkembangannja, 1971
- Nurdin Nainggolan, 100 Tahun Bala Keselamatan di Bumi Tadulako, 2013 [1] (pernah diterbitkan di Majalah Berita Keselamatan