Dionisos

Dewa pesta, anggur, teater, mabuk, dan kegembiraan mitologi Yunani
(Dialihkan dari Bakkhus)

Dalam mitologi Yunani, Dionisos (bahasa Yunani: Διόνυσος atau Διώνυσος) adalah dewa anggur (arak) dan selalu diasosiasikan sebagai dewa pesta, ia juga merupakan salah satu dari 12 Dewa Olimpus. Dia dikenal sebagai Bakkhus dalam mitologi Romawi dan kegilaan yang ditimbulkan saat kedatangannya dinamai bakkheia. Misi dari Dionisos adalah untuk membunyikan alat musik aulos dan mengakhiri rasa khawatir. Ilmuwan telah mendiskusikan hubungan Dionisos dengan "Pemujaan Jiwa" dan kemampuannya untuk berkomunikasi antara yang hidup dan yang sudah mati.

Dionisos
Patung marmer Dionisos dari abad ke-2 M, kini disimpan di Museum Louvre.
Dewa anggur, teater, mabuk, dan kegembiraan
SimbolThirsos, kulit anggur, kulit macan tutul, panther, harimau, macan tutul
PasanganAriadne
Orang tuaZeus dan Semele
KendaraanKereta perang yang ditarik harimau atau macan tutul
Padanan dalam mitologi RomawiBakkhus, Liber

Dalam mitologi Yunani, Dionisos merupakan putra dari Zeus dengan Semele, namun ada mitos lain yang mengatakan bahwa ia adalah putra Zeus dengan Persefone, ratu dari dunia orang mati.

Pada masa kuno, pemuja Dionisos akan berkumpul di hutan dan menari untuk menghormatinya dan minum arak hingga mabuk. Dionisos juga dikenal sebagai dewa teater dan beberapa puisi kuno terbesar dipersembahkan baginya. Semua yang terlibat mulai dari penulis, aktor, dan penyanyi dianggap sebagai pelayannya.

Etimologi

sunting

Nama Dionisos tidak memiliki arti yang jelas; unsur -nisos mungkin tidak berasal dari Yunani, tetapi dio- sejak masa kuno telah dihubungkan dengan Zeus (Dios). Sementara Nisa, dalam mitologi Yunani, adalah nama seorang nimfa yang mengasuh Dionisos atau nama gunung tempat dia ditemui oleh beberapa nimfa (para Nisiad), yang memberinya makan dan menjadikannya abadi atas instruksi Hermes.[1] Kemungkinan lainnya adalah bahwa nama Dionisos dibentuk dari kata Dio- dan kata kerja nissein (menusuk, menembus), yang berhubungan dengan cara dia lahir.

Bentuk paling awal dari nama Dionisos terdapat pada lembaran Linear B yang ditemukan di Pylos, di sana tertulis DI-WO-NU-SO,[2][3] dan satu lagi terdapat di Khania, Kreta, tempat dia disembah bersama Zeus. Herodotos, seperti semua cendekiawan Yunani kuno, berpendapat bahwa penyembahan Dionisos muncul belakangan dibanding pemujaan pada Dewa-dewa Olimpus yang lain. Herodotos mengatakan:[4]

Karena, kisah Yunani mengatakan bahwa tidak lama setelah Dionisos lahir, Zeus memasukkannya ke dalam pahanya dan membawanya pergi ke Nisa di Ethiopia.....sementara untuk Pan, orang-orang Yunani tidak tahu apa yang terjadi padanya setelah kelahirannya. Oleh karena itu jelas bagiku bahwa orang-orang Yunani mengetahui nama kedua dewa tersebut belakangan daripada dewa-dewa yang lainnya...

— Herodotos, Historia 2.146

Atribut

sunting
 
Mosaik yang ditemukan di Sousse, Tunisia, menggambarkan Dionisos (paling kiri) menunggangi kereta perangnya yang ditarik oleh harimau dan disertai oleh rombongannya.

Banteng, ular, tanaman vitis, tanaman ivy, tanaman ara, dan minuman anggur adalah atribut utama Dionisos. Dionisos juga diasosiasikan dengan satir, kentaur, dan silenos. Dia sering digambarkan menunggangi macan tutul, mengenakan kulit macan, menaiki kereta perang yang ditarik oleh panther, atau memegang thirsos. Biji pinus di ujung thirsosnya menghubungkannya dengan Kibele, sementara buah delima menghubungkannya dengan Demeter. Festival Dionisia dan Lenaia di kota Athena diselenggarakan untuknya. Orfeus dikatakan menciptakan suatu kelompok pemujaan rahasia yang disebut Misteri Dionisos.[5]

Dionisos adalah dewa yang dihubungkan dengan banteng. Dalam suatu himne dari Olympia, pada suatu festival untuk Hera, Dionisos diundang untuk datang sebagai banteng. Menurut Walter Burkert, Dionisos sering digambarkan dengan tanduk banteng dan di Kyzikos dia memiliki citra seperti banteng. Dalam mitos kuno, Dionisos juga dibunuh oleh para Titan sebagai anak banteng.[6]

Julukan

sunting

Dionisos kadang-kadang disebut dengan julukan Akratoforos, yang menunjukkan dirinya sebagai pemberi minuman anggur, dan disembah di Figalia di Arkadia.[7][8] Di Sikion dia disembah dengan nama Akroreites.[9] Sebagai Bakkhus, dia mandapat julukan Adonios, "Penguasa".[10] Aigobolos, "pembunuh kambing", adalah namanya ketika dia disembah di Potniae di Boeotia.[11] Sebagai Aesimnetes ("penguasa" atau "raja") dia disembah di Aroë dan Patrae di Akhaea. Julukan lainnya adalah Bromios, "pemegang petir" atau "pemilik teriakan keras". Sebagai Dendrites, "pemilik pohon-pohon", dia adalah dewa kesuburan. Dithirambos kadang-kadang mengacu padanya atau pada lagu untuknya dalam festival; nama yang menunjukkan kelahiran prematurnya. Eleutherios ("sang pembebas") adalah julukan untuk Dionisos dan Eros. Julukan lain yang menunjukkan dirinya sebagai dewa kesuburan ada di pulau Samos dan Lesbos, yaitu Enorkhes .[12][13] Evius adalah julukan Dionisos dalam drama karya Euripides, Bakkhai. Iakkhos, kemungkinan adalah julukan Dionisos juga, dihubungkan dengan Misteri Eleusis; di Eleusis, dia dikenal sebagai putra Zeus dan Demeter. Nama "Iakkhos" kemungkinan berasal dari Ιακχος (Iakchos), sebuah himne yang dinyanyikan untuk Dionisos. Sementara dengan julukan Liaios ("dia yang membuka ikatan"), Dionisos dikenal sebagai dewa kebebasan dan relaksasi dari rasa takut dan khawatir, dan sebagai Oinios dia adalah dewa alat pembuat minuman anggur. Di Makedonia dia disebut sebagai Pseudanor ("orang palsu"), Agrios ("liar") dan Erikriptos ("sangat tersembunyi").

Dalam mitologi

sunting

Kelahiran

sunting

Ibu Dionisos adalah seorang manusia, Semele, putri raja Kadmos dari Thebes, dan ayahnya adalah Zeus, raja para dewa. Hera, istri Zeus, mengetahui perselingkuhan suaminya pada saat Semele sedang hamil dan merasa cemburu. Ia pun mendekati Semele dengan menyamar menjadi seorang wanita tua (dalam mitos lain sebagai seorang suster) dan berusaha menjadi temannya. Semele yang merasa dekat dengan wanita tua itu kemudian memberitahu bahwa anak yang dikandungnya adalah putra Zeus. Hera pura-pura tak percaya dan menanamkan bibit keraguan pada Semele. Karena rasa ragu, Semele kemudian meminta Zeus untuk menampilkan diri dengan seluruh kekuatan sebagai bukti atas kedewaannya. Walaupun Zeus memohon agar ia tak memohon hal ini, Semele tetap memaksa, dan Zeus pun akhirnya setuju. Zeus menampilkan dirinya terbungkus dengan petir dan kilat, namun manusia yang melihat seorang dewa dengan kekuatan penuh akan mati, begitu pula dengan Semele yang mati saat itu juga. Zeus menyelamatkan Dionisos yang masih berupa janin, dengan memasukkannya ke dalam pahanya. Beberapa bulan kemudian, Dionisos lahir di gunung Pramnos di pulai Ikaria. Dalam versi ini Dionisos dikandung oleh dua "ibu" (Semele dan Zeus)sebelum kelahirannya, karena itu ia juga di panggil dimetor (dari dua ibu).

Dalam mitos Orfik

sunting

Dalam versi Kreta (mitos Orfik), yang diyakini oleh Diodoros Sikolos, Dionisos adalah putra Zeus dan Persefone, ratu dunia bawah. Sumber yang diambil oleh Diodorus juga menunjukan Demeter sebagai ibu Dionisos. Hera yang cemburu berusaha membunuh Dionisos kecil dengan mengirim para Titan setelah membujuknya dengan mainan. Zeus kemudian berhasil mengusir para Titan itu dengan petirnya, namun yang bisa diselamatkan oleh Athena, Rhea dan Demeter hanyalahh jantung Dionisos, sisanya sudah dimakan oleh para Titan. Zeus menggunakan jantung tersebut untuk melahirkannya kembali dalam rahim Semele, karena itu ia "lahir dua kali". Versi lain mengatakan bahwa Zeus memberikan jantung itu agar dimakan oleh Semele sebagai cara untuk menghamilinya.

Kelahiran kembali Dionisos dalam dalam kedua cerita tersebut merupakan salah satu alasan utama mengapa ia dipuja oleh beberapa kepercayaan. Peristiwa kematian dan kelahiran kembalinya merupakan peristwa yang penuh dengan pemujaan mistik.

Masa muda

sunting
 
Mosaik yang menggambarkan Dionisos dan para bajak laut.

Dalam suatu cerita, Zeus memberikan bayi Dionisos dalam perawatan Hermes. Hermes lalu memberikan Dionisos pada raja Athamas dan istrinya Ino, bibi Dionisos. Hermes menyuruh mereka untuk membesarkan Dionisos sebagai seorang perempuan untuk menghindarkannya dari Hera..[14] Versi lainnya adalah bahwa Dionisos dibesarkan oleh para nimfa hujan di Nisa. Atas perawatan mereka, Zeus menempatkan mereka di langit sebagai Hiades. Dalam versi lainnya, Zeus memberikannya pada Rhea, atau pada Persefone untuk dibesarkan di dunia bawah, jauh dari jangkauan Hera. Ada juga versi yang menyatakan bahwa Dionisos dibesarkan oleh Maro. Ketika sedang tumbuh dewasa, Dionisos muda menemukan cara mengekstrak tanaman anggur menjadi minuman anggur.

Hera masih murka pada Dionisos dan mengutuknya dengan kegilaan dan membuatnya menejelajahi berbagai tempat di bumi. Di Frigia dewi Kibele menyembuhkannya dan mengajarinya ritual keagamaan. Setelah itu Dionisos bepergian ke berbagai tempat di Asia untuk mengajari manusia dalam pertanian anggur. Salah satu yang paling terkenal adalah ekspedisinya ke india yang berlangsung selama bertahun-tahun. Pulang dari Asia Dionisos kembali ke Yunani dan memperkenalkan ritualnya pada orang-orang. Tetapi ada beberapa pangeran (Pentheus atau Likurgos) yang menentangnya karena ritual Dionisos membawa kegilaan dan memabukkan.

Dionisos adalah dewa yang atraktif. Dalam suatu cerita, Dionisos menyamar sebagai manusia dan duduk di tepi pantai, beberapa pelaut melihatnya dan menyangka bahwa dia adalah seorang pangeran. Mereka lalu menculiknya dan berniat menjualnya. Ketika berusaha mengikat Dionisos, tak ada satu pun tali yang bisa. Dionisos lalu berubah menjadi seekor singa dan melepaskan seekor beruang di kapal tersebut. Hewan itu memakan semua orang di dekatnya sementara yang lain meloncat ke air dan diubah menjadi lumba-lumba. Dionisos mengampuni juru mudi kapal tersebut karena sejak awal sang juru mudi telah mengakui Dionisos sebagai dewa.[15] Dalam versi lain, Dionisos berniat berlayar dari Ikaria ke pulau Naxos. Dia menyewa kapal bajak laut dari Tirrhenia. Ketika Dionisos telah berada di atas kapal, para bajak laut malah berlayar ke Asia dan mencoba menjualnya sebagai budak. Dionisos mengubah tiang dan dayung menjadi ular, memenuhi kapal dengan tumbuhan menjalar dan suara seruling. Para bajak laut menjadi mabuk dan mejatuhan diri mereka ke laut, mereka lalu diubah menjadi lumba-lumba.

Dionisos juga pernah menjadi murid Khiron. Dari sang kentaur, Dionisos belajar menari dan bernyanyi.[16]

 
Dionisos dan Midas, lukisan karya Nicolas Poussin.

Suatu hari, Dionisos menyadari bahwa gurunya, Silenos, telah menghilang. Silenos sedang mabuk dan berjalan-jalan dalam keadaan mabuk. Silenos ditemukan oleh beberapa petani dan dibawa pada raja Midas. Midas tahu siapa Silenos dan memerlakukannya dengan sangat baik. Setelah menjamu Silenos selama sepuluh hari, Midas mengembalikan Silenos pada Dionisos. Atas kebaikannya, Midas dihadiahi satu permintaan. Midas meminta supaya apapun yang disentuhnya berubah menjadi emas. Dionisos mengabulkannya. Midas sangat senang, dia menyentuh pohon dan batu yang kemudian berubah menjadi emas. Midas lalu pulang dan menyuruh pelayannya menyiapkan makanan. Dia menyadari bahwa dia tak bisa menikmatinya karena makanan dan air pun berubah menjadi emas. Bahkan dia membuat putrinya sendiri menjadi emas.

Menyesal atas keputusannya, Midas berdoa pada Dionisos agar bisa lepas dari sentuhan emasnya. Dionisos mendengar doa Midas dan menyuruhnya mencuci tangannya di sungai Paktolos. Midas melakukannya dan ketika dia menyentuhkan tangannya ke air sungai, kekuatan sentuhan tersebut terbawa oleh air sungai. Midas kembali seperti semula dan pasir singai tersebut berubah menjadi emas.

Pentheus

sunting

Dionisos kembali ke tempat kelahirannya, Thebes, yang kini diperintah oleh sepupunya, Pentheus. Dionisos ingin membalas dendam pada Pentheus dan beberapa perempuan di Thebes (bibinya, Agave, Ino dan Autonoe) karena mereka tidak memercayai bahwa ibu Dionisos, Semele, dihamili oleh Zeus. Mereka juga tidak percaya pada kedewaan Dionisos dan tidak mau meyembahnya.

Dionisos perlahan-lahan membuat Pentheus menjadi gila dan membawanya ke hutan di Gunung Khiteron. Dionisos meyakinkan Pentheus untuk mengintip para Maenad (para wanita dalam rombongan Dionisos) Ketika Pentheus mendekati para Maenad, mereka sedang dalam keadaan mabuk dan mengalami kegilaan, mereka mengoyak-ngoyak ternak. Para Maenad lalu menangkap Pentheus dan mencabik-cabik tubuhnya. Bahkan ibu Pentheus (Agave, salah seorang Maenad) ikut memotong anggota tubuh Pentheus. Agave, yang saat itu sedang dalam kegilaan, tidak mengenali putranya sendiri. Karena kejadian itu, para wanita tersebut diusir dari Thebes dan dendam Dionisos terbalaskan.

Likurgos

sunting

Ketika raja Likurgus dari Trakia mendengar bahwa Dionisos berada di kerajaannya, dia langsung memenjarakan semua pengikut Dionisos. Namun Dionisos mampu menyelamatkan diri dan mengungsi di tempat Thetis. Dionisos lalu mengirim kemarau ke Trakia sehingga terjadi pemberontakan di sana. Selain itu, Dionisos membuat Likurgos menjadi gila sampai-sampai Likurgos memotong-motong putranya sendiri. Orakel menyatakan bahwa Trakia akan tetap kering selama Likurgus masih hidup sehingga orang-orang membunuh Likurgos dengan memotong tubuhnya menjadi empat bagian. Setelah Likurgos mati, Dionisos mengangkat kembali kutukannya.[17]

Prosimnos

sunting

Dionisos membawa ibunya keluar dari dunia bawah dan menempatkannya di angkasa.[18] Dionisos memulai perjalanannya ke dunia bawah dari sebuah kolam di pesisir Argolid di dekat Lerna. Dionisos memasuki dunia bawah dengan dibimbing oleh Prosimnos atau Polimnos. Prosimnos melakukannya dengan imbalan dijadikan kekasih Dionisos namun Prosimnos lebih dulu meninggal sebelum Dionisos bisa menepati janjinya. Untuk menghormati Prosimnos, Dionisos mengambil batang zaitun, membentuknya menjadi alat kelamin pria, dan menaruhnya di makam Prosimnos.[18][19][20]

Lain-lain

sunting
 
Dionisos dan Ariadne, lukisan vas dari tahun 400-375 SM, ditemukan di Thebes.

Ketika Hefaistos menjebak Hera dengan kursi ajaib, Dionisos membuat Hefaistos mabuk dan membawanya kembali ke Olimpus.

Ketika Theseus meninggalkan Ariadne yang sedang tertidur di pulau Naxos, Dionisos mengambil Ariadne dan menikahinya. Ariadne melahirkan seorang putra bernama Oenopion, tetapi Oenopion bunuh diri atau dibunuh oleh Perseus.

Kallirrhoe adalah perempuan dari Kalidonia yang menghina seorang pendeta Dionisos setelah sang pendeta mengancam akan meracuni seluruh perempuan Kalidonia dengan kegilaan. Pendeta tersebut diperintahkan untuk mengorbankan Kallirrhoe namun dia malah membunuh dirinya sendiri. Kallirrhoe sendiri melemparkan dirinya ke dalam mata air yang kemudian diberi nama mata air Kallirrhoe.

Ampelos, seorang satir, mati ketika sedang menunggangi seekor banteng. Ampelos mati karena banteng tersebut mengamuk setelah disengat serangga suruhan Ate. Moirai (para dewi takdir) memberi Amelos kehidupan kedua sebagai tanaman anggur. Dari tanaman anggur itulah Dionisos pertama kali membuat minuman anggur.[21]

Akis, seorang pemuda Sisilia, disebut-sebut sebagai putra Dionisos.

Pasangan dan keturunan

sunting

Dalam seni klasik

sunting
 
Patung Dionisos di Museum Louvre, dibuat dari marmer pada abad ke-2 SM.

Dionisos digambarkan dalam banyak wadah minuman anggur pada masa Yunani klasik. Penggambarannya menjadi semakin kompleks pada masa Helenistik, dia digambarkan sebagai pemuda mirip perempuan dan kadang-kadang telanjang. Elizabeth Kessler berpendapat bahwa mosaik yang ada di lantai triklinium di Rumah Aion di Nea Paphos, Siprus, menceritakan pemujaan pada Dionisos.[22] Dalam mosaik tersebut, ada dewa-dewa lainnya tetapi mungkin hanya menunjukkan Dionisos sebagai figur utama.

Dalam filsafat

sunting

Dalam Die Geburt der Tragödie aus dem Geiste der Musik (1872), filsuf Jerman, Friedrich Nietzsche, membandingkan perbedaan Dionisos dengan dewa Apollo. Menurutnya, Dionisos melambangkan prinsip estetika yang mendasar dan bebas atas kekuatan, musik dan mabuk sementara Apollo mewakili prinsip penglihatan, bentuk, dan keindahan. Nietzsche terus merenungkan karakter Dionisos, yang dia masukkan dalam halaman-halaman akhir dari karyanya pada tahun 1886, Jenseits von Gut und Böse. Nietzsche juga menggunakan Dionisos sebagai contoh dari konsep kehendak untuk berkuasa dalam karya-karyanya berikutnya, Götzen-Dämmerung, Der Antichrist dan Ecce Homo.

Penyair dan filsuf Rusia, Vyacheslav Ivanov mengemukakan teori Dionisianisme, yang menelusuri asal mula seni sastra pada umumnya dan seni tragedi khususnya pada Misteri Dionisos kuno. Pandangannya muncul dalam risalah The Hellenic Religion of the Suffering God (1904), dan Dionysus and Early Dionysianism (1921).

Terinspirasi oleh James Frazer, banyak yang menjuluki Dionisos sebagai dewa yang hidup-mati-dan terlahir kembali. Mitografer Karl Kerenyi mengemukakan pandangannya mengenai Dionisos dalam karyanya, Dionysos: Archetypal Image of Indestructible Life (Bollingen, Princeton) 1976.

Dalam budaya populer

sunting

Dionisos adalah tokoh utama dalam drama karya Aristofanes, Sang Katak, yang di kemudian hari diadaptasi menjadi versi modern oleh Shevelove (penulis) dan Stephen Sondheim (musik dan lagu). Dalam drama tersebut, Dionisos dan budaknya Xanthios pergi ke Hades untuk membawa kembali seorang penulis dari kematian, dengan harapan bahwa kehadiran sang penulis di dunia akan memperbaiki segala masalah di bumi. Dalam drama aslinya, Euripides berebut dengan Aiskhilos untuk dibawa dari dunia bawah. Sementara dalam adaptasinya, yang bersaing adalah George Bernard Shaw dan William Shakespeare.

Pada tahun 2009, penyair Stephen Howarth dan produser teater Andrew Hobbs berkolaborasi dalam sebuah drama berjudul Bacchus in Rehab dengan Dionisos sebagai tokoh utamanya.[23]

Versi Romawi dari Dionisos muncul dalam novel tahun 1852, Aunt Phillis's Cabin, karangan Mary Henderson Eastman. Dalam novel tersebut, salah seorang tokohnya bernama Paman Bacchus, dia mendapat nama itu karena dia adalah pecandu alkohol. Eddie Campbell mengklaim bahwa Dionisos menjadi inspirasi utnuk novelnya, Kill Your Boyfriend. Sementara Grant Morrison menggunakan karakter Dionisos dalam seri Deadface karangannya. Dionisos sebagai Bakkhus juga muncul dalam novel karangan C.S. Lewis, Prince Caspian, bagian dari seri Chronicles of Narnia. Rick Riordan memasukkan Dionisos dalam seri bukunya, Percy Jackson & Dewa-Dewi Olympia. Dionisos juga muncul dalam novel God of the Golden Fleece (2001) karangan Fred Saberhagen.

Walt Disney telah beberapa kali menampilkan tokoh Dionisos dalam film. Yang pertama adalah sebagai Bacchus dalam film animasi Fantasia. Penampilan lainnya adalah di film tahun 1997, Hercules.

Dalam musim kedua dari seri True Blood terdapat cerita mengenai seorang maenad, Maryann, yang berusaha menghadirkan Dionisos.

Boyband K-Pop BTS merilis lagu berjudul Dionysus yang terdapat dalam album Map of The Soul: Persona yang rilis tanggal 12 April 2019. BTS melakukan Comeback Stage di stasiun televisi Mnet pada tanggal 18 April 2019, dimana mereka menampilkan lagu Dionysus dengan mengenakan himation (jubah draperi ala Yunani).

Nama yang berasal dari Dionisos

sunting
  • Dion (juga diucapkan sebagai Deion dan Dionne)
  • Denise (juga diucapkan sebagai Denice, Daniesa, Denese, dan Denisse)
  • Dennis, Denis atau Denys (termasuk Denison dan Dennison), Denny, Dennisa
  • Denis, Dionis, Dionisie (Romania)
  • Dénes (Hungaria)
  • Dionisio/Dyonisio (Spanyol)
  • Dionigi (Italia)
  • Διονύσιος, Διονύσης, Νιόνιος (Dionisios, Dionisis, Nionios Yunani)
  • Deniska (Rusia)
  • Dionísio (Portugis)
  • Deni, Denis (Indonesia)

Galeri

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Fox, hal. 217, "Kata Dionisos terdiri dari dua bagian, bagian pertama berasal dari Διος (Ζευς), dan yang kedua tidak diketahui artinya, meskipun mungkin berhubungan dengan nama Gunung Nisa, tempat dalam cerita Likurgus: (...) Ketika Dionisos dilahirkan kembali dari paha Zeus, Hermes memberikannya untuk dirawat oleh para nimfa di Gunung Nisa, yang memberinya makanan dewa dan menjadikannya abadi".
  2. ^ Palaeolexicon, alat untuk belajar bahasa kuno
  3. ^ John Chadwick, The Mycenaean World (Cambridge University Press) 1976:99f: "Tetapi Dionisos secara mengejutkan muncul dua kali di Pylos, dalam bentuk Diwonusos."
  4. ^ Herodotos, Historia 2.146
  5. ^ Apollodoros (Bibliotheka), Library and Epitome, 1.3.2. "Orfeus juga menemukan Misteri Dionisos, dia dibunuh oleh para Mainad dan dikubur di Pieria."
  6. ^ Burkert, Walter, Greek Religion, 1985 hal. 64, 132
  7. ^ Pausanias, viii. 39. § 4
  8. ^ Schmitz, Leonhard (1867). "Acratophorus". Dalam Smith, William. Dictionary of Greek and Roman Biography and Mythology. 1. Boston, MA. hlm. 14. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-10-11. Diakses tanggal 2010-06-17. 
  9. ^ Stephanus dari Byzantium, s.v. bahasa Yunani: Ακρωρεία
  10. ^ Ausonios, Epigr. xxix. 6
  11. ^ Pausanias, ix. 8. § 1.
  12. ^ Kerenyi 1976:286.
  13. ^ Jameson 1993, 53. Cf.n16
  14. ^ Apollodoros, Bibliotheka, with an English Translation by Sir James George Frazer, F.B.A., F.R.S. in 2 Volumes. Cambridge, MA, Harvard University Press; London, William Heinemann Ltd. 1921. Includes Frazer's notes. ISBN 0-674-99135-4, ISBN 0-674-99136-2
  15. ^ Theoi.com" Homeric Hymn to Dionysus
  16. ^ Photius, Library; "Ptolemy Chennus, New History"
  17. ^ Homer, Iliad 6.136-7
  18. ^ a b Hyginus, Astronomy 2.5.
  19. ^ Clement of Alexandria, Protreptikos, II-30 3-5
  20. ^ Arnobios, Against the Gentiles 5.28 (Dalby 2005, hlm. 108–117)
  21. ^ Nonnos, Dionisiaka (X.175-430; XI; XII.1-117); (Dalby 2005, hlm. 55–62).
  22. ^ Kessler, E., Dionysian Monotheism in Nea Paphos, Cyprus, (Abstract Diarsipkan 2008-04-21 di Wayback Machine.)
  23. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-09-18. Diakses tanggal 2010-06-18. 

Referensi

sunting
  • Dalby, Andrew (2005). The Story of Bacchus. London: British Museum Press. ISBN 0714122556.  (US ISBN 0-89236-742-3)
  • Farnell, Lewis Richard, The Cults of the Greek States, 1896. Volume V, cf. Bab IV, Cults of Dionysos; Bab V, Dionysiac Ritual; Bab VI, Cult-Monuments of Dionysos; Bab VII, Ideal Dionysiac Types.
  • Fox, William Sherwood, The Mythology of All Races, v.1, Greek and Roman, 1916, Penyunting umum, Louis Herbert Gray.
  • Jameson, Michael. "The Asexuality of Dionysus." Masks of Dionysus. Edisi Thomas H. Carpenter and Christopher A. Faraone. Ithaca: Cornell UP, 1993. ISBN 0-8014-8062-0. 44-64.
  • Kerényi, Karl, Dionysos: Archetypal Image of Indestructible Life, (Princeton: Bollingen) 1976.
  • Pickard-Cambridge, Arthur, The Theatre of Dionysus at Athens, 1946.
  • Powell, Barry B., "Classical Myth," Edisi kelima, 2007. ISBN
  • Ridgeway, William, Origin of Tragedy, 1910. Kessinger Publishing (June 2003). ISBN 0-7661-6221-4.
  • Ridgeway, William, The Dramas and Dramatic Dances of non-European Races in special reference to the origin of Greek Tragedy, with an appendix on the origin of Greek Comedy, 1915.
  • Riu, Xavier, Dionysism and Comedy, Rowman and Littlefield Publishers (1999). ISBN 0-8476-9442-9. [1]
  • Seaford, Richard. "Dionysos", Routledge (2006). ISBN 0-415-32488-2.
  • Smith, William, Dictionary of Greek and Roman Biography and Mythology, 1870, artikel mengenai Dionisos, [2] Diarsipkan 2013-10-17 di Wayback Machine.
  • Sutton, Dana F., Ancient Comedy, Twayne Publishers (Agustus 1993). ISBN 0-8057-0957-6.

Bibliografi

sunting

Pranala luar

sunting