Aryamaitri (釋定盛; Pinyin: Shì Dìng Shèng, lahir 17 Desember 1960) terlahir Krishna Salim, akrab disapa Suhu Arya, merupakan murid langsung dari Mahabiksu Ashin Jinarakkhita.[1] Ia bersama Biksu Dharmavimala mendirikan Wihara Ekayana Arama dan Wihara Ekayana Serpong.[2] Saat ini, ia merupakan Kepala Wihara Ekayana Arama[3] dan Dewan Upajjhaya dan Acariya dari Sangha Agung Indonesia.[1]

Suhu

Aryamaitri
釋定盛
Mahasthawira Aryamaitri
GelarMahasthawira
Informasi pribadi
Lahir17 Desember 1960 (umur 64)
AgamaBuddha
MazhabAliran Linji (臨済宗)
SilsilahGenerasi ke-76 (Buddha)
Generasi ke-39 (Linji)
PekerjaanBiksu
Kiprah keagamaan
GuruAshin Jinarakkhita 釋體正
Uggadhammo 釋園法
Venerable Pai Seng
LokasiWihara Ekayana Arama

Riwayat hidup

sunting

Masa kecil

sunting

Suhu Arya berasal dari keluarga Buddhis yang aktif membantu Sangha monastik dalam penyebaran agama Buddha. Ayahnya adalah Upasaka Vimalamitra Liem Yoe Kiong dan ibunya adalah Upasika Pandita Vimaladewi. Sejak kecil ia telah mengikuti sekolah minggu Tamanputra Bodhiwardhana di Wihara Vimaladharma[4] Bandung. Sebagai remaja, ia aktif berorganisasi, baik di sekolah maupun pramuka.

Pergaulan dengan teman-teman yang beragama Kristen sehingga ia rutin pergi ke gereja setiap Minggu pagi. Pada masa-masa kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, ia semakin aktif dalam organisasi pemuda Buddhis dan Senat Mahasiswa.[butuh rujukan]

Perjalanan spiritual

sunting

Pada masa kuliah, ia bertemu dengan Mahasthawira Dhyanaram Wan Sian, yang akrab disapa Suhu Wan Sian di Wihara Samudra Bhakti Bandung. Ia begitu terinspirasi oleh sikap dan keteladanan dari Suhu Wan Sian sehingga mendorong dirinya untuk mendalami agama Buddha sekaligus aktif ikut kebaktian di wihara tersebut. Semasa kecil, ia tidak suka makan sayur, namun sangat menyanyangi binatang, sifat inilah yang membuat dirinya bercita-cita untuk menjadi dokter hewan.[butuh rujukan]

Guru dan Silsilah

sunting

Pada tanggal 30 September 1983, di Wihara Vimala Dharma Bandung, ia menerima penahbisan sramanera, yang bertindak sebagai Upajjhaya (guru yang mentransmisikan sila) adalah Mahabiksu Ashin Jinarakkhita, yang bertindak sebagai Achariya (Guru pembimbing Dharma) adalah Biksu Dharmaji Uggadhammo. Nama penahbisan “Aryamaitri” terdiri dari dua kata, yang pertama adalah arya (Ārya) berarti mulia (noble)[5], kedua adalah maitri berarti cinta kasih (loving-kindness)[6], Aryamaitri berarti cinta kasih yang mulia.

Pada bulan Februari 1984, ia menerima penahbisan penuh sebagai biksu di Wihara Sakyawanaram,[4] Pacet, Cianjur, yang bertindak sebagai Upajjhaya adalah Mahabiksu Ashin Jinarakkhita. Pada tahun 1985, ia menerima Sila Bodhisattwa di Wihara Kek Lok (Hanzi tradisional: 極樂寺; Pinyin: Jílè sì), Penang, Malaysia, yang bertindak sebagai Upajjhaya adalah Mahasthawira Pai Sheng, [7] Ketua Sangha se-Dunia (World Buddhist Sangha Council)[7] pada saat itu.

Kiprah Pengabdian

sunting

Sebagai biksu muda, ia ditempatkan di Wihara Borobudur Medan.[4] Ia menghabiskan waktunya dengan aktif berkeliling dan memberikan bimbingan Dharma kepada umat wihara di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, dan Kepulauan Riau. Ia banyak menaruh perhatian kepada generasi muda Buddhis, penerbitan buku-buku Dharma berkualitas, juga mendorong berbagai daerah untuk menyelenggarakan program pelatihan diri.

Pada Sangha Samaya VI pada akhir tahun 1987, Bhante Ashin Jinarakkhita terpilih sebagai Ketua Umum (Maha Nayaka) Sangha Agung Indonesia, kemudian Suhu Arya terpilih sebagai Sekretaris Jenderal (Maha Lekhanadikari). Ia dipercayai untuk menjabat posisi itu hampir 15 tahun berkat dorongan dan kepercayaan dari Bhante Ashin Jinarakkhita.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting