Arahitogami (現人神) adalah sebuah istilah dalam bahasa Jepang yang merujuk kepada Kami yang menjadi seorang manusia. Kata arahitogami pertama kali muncul dalam buku Kojiki (sekitar tahun 680) tetapi diyakini telah digunakan sebelum penerbitan Kojiki.

Penggunaan dari kata tersebut dikenal di Amerika Serikat sebelum akhir Perang Dunia Kedua pada 1945; misionaris-misionaris Kristen seperti D. C. Holtom menggunakan kata tersebut untuk mengklaim bahwa Kaisar dipandang sebagai seorang dewa di Jepang. Kata tersebut tidak digunakan di berbagai publikasi pemerintah Jepang.

Pada 1946, atas permintaan GHQ, Kaisar Shōwa (Hirohito) menyatakan dalam Ningen-sengen bahwa ia tidak pernah menganggap dirinya sebagai seorang akitsumikami (現御神), dewa dalam wujud manusia, dan mengklaim hubungannya dengan rakyat tidak ada hubungannya dengan pemikiran mitologi namun berdasarkan pada hubungan yang sudah seperti keluarga yang telah berkembang sepanjang sejarah.

Namun, beberapa akademisi Barat, seperti John W. Dower dan Herbert Bix, menganggap bahwa Ningen-sengen dapat diinterpretasikan sebagai Kaisar Shōwa, sementara klaimnya sebagai seorang akitsumikami (現御神), tidak benar-benar diartikan bahwa ia merupakan keturunan ilahi dari Amaterasu Ōmikami.

Beberapa orang Jepang menyamakan keilahian Kaisar dengan kepercayaan Buddha terhadap Dalai Lama dan tokoh-tokoh sejarah.

Lihat pula

sunting

Pranala luar

sunting
  • (Inggris) Fukui Yoshihiko, Arahitogami, Encyclopedia of Shinto, Kokugaku-in, le 13 mars 2007
  • (Inggris) Fukui Yoshihiko, Akitsumikami, Encyclopedia of Shinto, Kokugaku-in, le 13 mars 2007