Semut gila kuning
Semut geramang | |
---|---|
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Filum: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Famili: | |
Genus: | |
Spesies: | A. gracilipes
|
Nama binomial | |
Anoplopennis gracilipes F. Smith, 1857
| |
Sinonim | |
Formica longipes, |
Semut geramang atau geramang (Anoplolepis gracilipes) adalah spesies semut yang pada awalnya diperkenalkan secara sengaja ke utara Australia dan Pulau Natal di Samudra Hindia. Semut ini telah mendatangkan kerusakan ekologis di kedua lokasi tersebut. Semut ini merupakan salah satu spesies invasif terbesar di dunia.[1] Semut ini telah menginvasi ekosistem dari Hawaii sampai ke Seychelles, dan membentuk superkoloni di Pulau Natal Samudra Hindia.
Semut geramang mengonsumsi berbagai macam makanan, termasuk biji-bijian dan bangkai hewan vertebrata. Semut ini juga mengonsumsi embun madu (honeydew) dari serangga sisik sebagai sumber karbohidrat utamanya.
Kedua spesies tersebut menjalin simbiosis mutualisme. Semut geramang memberi perlindungan sebagai ganti embun madu (honeydew) yang disediakan serangga sisik. Hubungan kedua spesies ini sangat kuat. Studi menunjukkan bahwa hilangnya salah satu dari kedua spesies tersebut dapat menekan pertumbuhan spesies lainnya.
Sebagai spesies invasif
suntingSemut ini sangat agresif dan menggunakan senjata asam format yang mampu menumbangkan hewan yang lebih besar. Di Pulau Natal, semut ini memengaruhi populasi ketam kenari dan cikalang christmas dengan mengganggu bahkan memangsa hewan muda tersebut. Tidak adanya predator lain membuat spesies ini makin cepat berkembang. Para ilmuwan khawatir bahwa keanekaragaman hayati akan berkurang karena semut memangsa hewan muda yang ada di Pulau Natal.[2]
Semut ini juga menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem, terutama jika embun madu (honeydew) tidak dipanen. Embun madu yang jatuh ke bagian dasar tanaman mengendap sebagai massa yang lengket dan buram. Komposisi ini mencegah fotosintesis tanaman yang bersangkutan dan, dengan demikian, menyebabkan kerusakan kayu lebih lanjut, khususnya di Pulau Natal.
Dilaporkan bahwa semut geramang memiliki predator di Sulawesi, yaitu Kodok Sulawesi. Jenis kodok ini mampu bertahan terhadap serangan asam format.
Persebaran
suntingHabitat alami semut geramang tidak diketahui. Namun, diperkirakan bahwa spesies ini berasal dari Afrika Barat.
Semut ini telah diperkenalkan secara tidak sengaja ke berbagai lingkungan tropis dan subtropis, termasuk pulau-pulau Karibia, beberapa pulau Samudra Hindia (Seychelles, Madagaskar, Mauritius, Reunion, Kepulauan Cocos, dan Kepulauan Natal) dan beberapa kepulauan Pasifik (Kaledonia Baru, Hawaii, Polinesia Prancis, Okinawa, Vanuatu, Mikronesia dan Galapagos).[3] Spesies ini menempati sistem pertanian, seperti kayu manis, jeruk, kopi, dan kelapa. Karena memiliki kebiasaan bersarang di mana saja, semut mampu menyebar melalui truk, kapal, dan transportasi manusia lainnya.
Koloni semut geramang menyebar ketika ratu dikawinkan dan pekerja meninggalkan sarang untuk membangun sarang yang baru, dan jarang melalui penerbangan melalui bentuk reproduksi bersayap betina. Umumnya, koloni yang menyebar melalui "pemula" memiliki tingkat lebih rendah dan membutuhkan intervensi manusia untuk mencapai daerah yang jauh. Telah dicatat bahwa A. gracilipes bergerak sekitar 37-400 meter per tahun di Seychelles. Meskipun demikian, sebuah survei di Pulau Natal menghasilkan kecepatan penyebaran rata-rata tiga meter per hari, atau setara dengan satu kilometer per tahun.[4]
Untuk waktu yang lama, tidak ada obat penawar yang efektif untuk menekan persebaran semut ini. Insektisida dosis tinggi tidak berhasil menunjukkan pencapaian yang signifikan. Dalam sebuah percobaan yang dilakukan pada tahun 2009 dosis rendah fipronil - umpan, kepadatan koloni semut berkurang sebesar 99%. Pemerintah Australia mengeluarkan 4 juta AUD untuk mengeksplorasi tindakan defensif lainnya, termasuk studi yang dilakukan La Trobe University dan Monash University.[5]
Catatan Kaki
sunting- ^ "Pests and Diseases Image Library: Anoplopennis gracilipes". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-07-29. Diakses tanggal 2013-06-06.
- ^ Ness, J.H.; Bronstein, J.L.; et al. (2004). "The Effects of Invasive Ants on Prospective ant Mutualists". Biological Invasions. 6 (4): 445–461. doi:10.1023/B:BINV.0000041556.88920.dd.
- ^ "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2013-11-12. Diakses tanggal 2013-06-06.
- ^ O’Dowd D.J. (1999). "Crazy Ant Attack". Wingspan. 9 (2): 7.
- ^ "Website Pulau Natal Nasional bagian "semut gila Kuning"". 30 Maret 2011.