Annida

majalah Indonesia

Annida adalah majalah dwi-mingguan bertema Islam berbahasa Indonesia yang pernah terbit dari Mei 1991 hingga Juni 2009. Majalah ini didirikan untuk memenuhi kebutuhan dan kegemaran remaja akan bahan bacaan. Sebagian besar rubriknya berupa cerita baik cerita pendek maupun bersambung.[1]

Annida
Pimpinan redaksi
KategoriRemaja
FrekuensiDwi-mingguan
PenerbitPT Kimus Bina Tadzkia
Terbitan pertamaMei 1991
Terbitan terakhirJuni 2009
NegaraIndonesia
BahasaBahasa Indonesia
Situs webannida-online.com

Membidik segmen remaja, tiras penjualan Annida pernah mencapai 100.000 eksemplar setiap bulan. Kehadiran Annida telah menyemarakkan tradisi menulis di kalangan remaja dan mendekatkan mereka dengan dunia sastra. Para penulis Annida kelak membentuk organisasi pengaderan penulis Forum Lingkar Pena (FLP).[1][2]

Sejarah

sunting

Annida terbit pertama kali pada Mei 1991 dengan motto "Seruan Wanita Sholehat".[1] Majalah ini terinspirasi dari Ummi, majalah keluarga Islam yang terbit tiga tahun sebelumnya. Kata Annida berasal dari Al-Qur'an Surah Maryam ayat 3 yang artinya menyeru dengan lemah lembut. Nama ini diberikan oleh Agus Sudjatmiko dan istrinya, Ika Astuti sebagai pendiri.[3] Annida awalnya dikelola secara kekeluargaan. Edisinya terbit sekali sebulan. Sebagian besar isinya berupa artikel seputar perempuan dewasa dari sudut pandang Islam.[4]

Pada September 1993, Annida bergabung dengan grup penerbitan Ummi PT Kimus Bina Tadzkia (sekarang PT Insan Media Pratama).[5][3] Di bawah manajemen Ummi, Annida mulai memfokuskan segmentasi pasar. Annida mencoba membidik segmen remaja dan mengubah orientasi sebagai majalah cerita remaja dengan motto "Seri Kisah-Kisah Islami". Hal ini berpengaruh pada porsi rubrikasi Annida yang sebagian besar berisikan cerita khas remaja dalam nuansa Islam yang kental.[4][1]

Di susunan redaksi Annida pada masa awal, terdapat nama Dwi Septiawati, Helvy Tiana Rosa, Haula Rosdiana, Dewi Fitri Lestari, Inayati, dan Dian Yasmina Fajri.[1] Sementara itu, mayoritas kontributor Annida tercatat mereka yang berusia 18–25 tahun.[6]

Sejak bergabung dengan Ummi, tiras penjualan Annida terus meningkat dan distribusinya menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Setiap edisi Annida terjual 45.000 hingga 50.000 eksemplar, menempatkan Annida sebagai pemimpin pasar di kategorinya.[3][4]

Pada Mei 1999, Helvy Tiana Rosa menjabat sebagai Pimpinan Redaksi Annida. Pada era ini, Annida tampil dengan motto "Sahabat Remaja Berbagai Cerita".[3] Frekuensi terbit Annida ditingkatkan menjadi dua kali sebulan dan segmen pembaca diperluas ke kalangan laki-laki. Total, tiras penjualan Annida mencapai 100.000 setiap bulan sehingga menjadikannya sebagai majalah sastra yang mampu mandiri secara finansial.[2] [1]

Helvy memegang jabatan Pimpinan Redaksi Annida dari Mei 1999 hingga Agustus 2001. Setelah itu, posisinya digantikan oleh Dian Yasmina Fajri. Pada Mei 2003, Annida memperkenalkan motto "Cerdas, Gaul, dan Syar'i". Dian Yasmina Fajri menjabat sebagai pimpinan redaksi hingga Agustus 2005. Setelah itu, pimpinan redaksi untuk kali pertama dipegang oleh laki-laki yakni Muhammad Yulius. Pada 2009, Annida berganti motto menjadi "Inspirasi Tak Bertepi".[1][3]

Rubrikasi

sunting

Majalah Annida memiliki berbagai macam rubrikasi dengan porsi paling besar berisi cerita atau kisah.[1] Edisi Annida Tahun VIII pada 1999 mempunyai 24 rubrik dengan tebal 64 halaman. Ada delapan rubrik untuk cerita pendek yang memiliki karakteristik masing-masing. Cerita pendek terpilih dimuat di rubrik Kisma (Kias Utama). Umumnya cerita pendek tersebut terpilih karena bagus, meskipun kadang masih mempunyai kekurangan. Cerita pendek Kisma selanjutnya dibahas pada rubrik Galeri, yang ditulis oleh redaktur Annida atau sastrawan. Di antara yang pernah mengulas karya dalam rubrik Galeri yakni Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, Bahtiar HS, Hilman Hariwijaya, dan Joni Ariadinata.[7]

Rubrik-rubrik Annida lainnya yakni Bianglala, Cerbung, Muda, Ensiklopenida, Internid, Catcil, dan Senyum Nida. Senyum Nida menjadi ciri khas Annida berupa satu lembar berisi komik dengan muatan humor.[1]

Seiring waktu, rubrikasi majalah Annida semakin beragam dan tidak berfokus lagi pada cerita atau kisah. Memasuki 2000, rubrik-rubrik baru diperkenalkan seperti konsultasi remaja, profil remaja berprestasi, komik, kuis, dan opini lelaki yang diharapkan untuk lebih melibatkan pembaca remaja pria.

Tampilan

sunting

Majalah Annida dicetak dengan ukuran kertas 15,5 cm x 24 cm, lebih kecil daripada majalah remaja pada umumnya.[7] Pada edisi perdana, sampul Annida menampilkan sketsa remaja perempuan berjilbab yang sedang membaca buku. Setelah itu, Annida kerap mengganti konsep sampulnya. Edisi-edisi berikutnya, kulit muka Annida bergambar pemandangan, bunga, binatang, olah foto, ilustrasi tangan, corak dekoratif, dan sebagainya.[1]

Pada edisi September 2005, Annida memperkenalkan model orang pada sampul, yang menuai pro dan kontra. Sebagai tanggapan, Annida memberi penjelasan bahwa "tak sebarang orang bisa jadi model sampul". Para model diharapkan memiliki prestasi baik di bidang akademik maupun sosial kemasyarakatan.[1]

Pengaruh

sunting

Annida menandai lahirnya genre baru cerpen Indonesia yang mengusung sastra remaja Islam.[2][8] Cerita pendek remaja Annida mempunyai ciri khas dibandingkan cerita pendek remaja di Aneka, Gadis, Hai, dan Kawanku. Harian Republika menulis, Annida memberikan "pencerahan bagi pembacanya" bukan "sekadar hiburan". Gola Gong mengatakan, cerita-cerita Annida "selalu menyisakan sesuatu setelah kita membacanya". Taufiq Ismail menyebut Annida melalui cerita pendeknya mengajak remaja mencintai sastra dan Islam sekaligus.[3]

Dalam sebuah edisi Annida pada 1998, Helvy menulis bagaimana banyaknya cerita pendek yang masuk ke redaksi. “Setiap hari saya membaca puluhan cerita yang mampir ke meja saya dengan teliti. Saya sangat menghargai setiap tulisan yang datang. Sementara itu, mata saya akan berkaca-kaca saat menemukan penulis baru yang berbakat atau penulis yang terus menulis meski tulisannya belum pernah dimuat sekalipun! Lalu tiba-tiba saja saya hapal nama-nama mereka!”[3]

Beberapa penulis tercatat melewati proses menulis di majalah Annida seperti Asma Nadia, Habiburrahman El Shirazy, Afifah Afra, Melvi Yendra, Ragdi F. Daye, Maya Lestari Gf, dan Sinta Yudisia.[2][9]

Pada 1996, Annida mulai menyelenggarakan lomba penulisan Lomba Menulis Cerpen Islami (LMCPI). Lomba tersebut rutin diadakan setiap tahun.[1] Pada Ferbuari 1997, komunitas Annida membidani lahirnya Forum Lingkar Pena (FLP), organisasi pengaderan penulis yang kini cabangnya tersebar di seluruh Indonesia.[1][3]

Berhenti terbit

sunting

Annida berhenti terbit pada Juni 2009. Pada bulan berikutnya, Annida bertransformasi menjadi media dalam jaringan. Meskipun demikian, versi cetak Annida sempat dihadirkan sebanyak tiga edisi pada 2013 dan satu edisi pada 2014. Pada Oktober 2014, Annida bergabung dalam Ummi Online.[10]

Lihat pula

sunting

Rujukan

sunting
  1. ^ a b c d e f g h i j k l m Puteri Soraya Mansur 2008, hlm. 280–283.
  2. ^ a b c d Harian Republika 11 November 2000.
  3. ^ a b c d e f g h Budi Irawanto 2010, hlm. 75–76.
  4. ^ a b c Subhan Afifi 2005.
  5. ^ Siska Yuniati 2016, hlm. 46.
  6. ^ Helvy Tiana Rosa 2003, hlm. 35.
  7. ^ a b Siska Yuniati 2016, hlm. 47.
  8. ^ Mazka Hauzan Naufal 2018, hlm. 142.
  9. ^ Siska Yuniati 2016, hlm. 49.
  10. ^ Siska Yuniati 2016, hlm. 51–52.

Daftar pustaka

sunting