Amenhotep II (atau kadang dibaca Amenophis II dan bermakna Amun dipuaskan) adalah Firaun ketujuh dari Dinasti ke-18 Mesir kuno. Amenhotep mewarisi kerajaan yang luas dari ayahnya, Thutmose III, dan mempertahankannya dengan sejumlah serangan militer ke Siria; tetapi, ia berperang lebih sedikit daripada ayahnya, dan dalam pemerintahannya berakhirlah permusuhan antara Mesir dan Mitanni, dua kerajaan besar yang berebut kekuasaan di Siria. Pemerintahannya diperkirakan antara tahun 1427 sampai 1401 SM.

Keluarga dan Masa Kecil

sunting

Amenhotep II adalah putra Thutmose III dan istri tingkat rendah: Merytre-Hatshepsut. Ia bukanlah anak sulung dari Thutmose III. Abangnya, Amenemhat, putra dari permaisuri utama, Satiah, asalnya dipilih sebagai penerus tahta, karena Amenemhat diberi catatan sebagai "putra sulung raja" dan "pengawas ternak milik dewa Amun" pada Tahun ke-24 pemerintahan Thutmose III.[2] Namun, di antara Tahun ke-24 dan ke-35 Thutmose III, ratu Satiah dan pangeran Amenemhat mati, sehingga Firaun terdorong untuk menikahi Merytre-Hatshepsut, yang bukan berdarah bangsawan.[3] Perempuan ini melahirkan bagi Thutmose III banyak anak termasuk Amenhotep II. Amenhotep II dilahirkan dan dibesarkan di Memphis di utara, bukan di Thebes, ibu kota tradisional.[4] Ketika masih sebagai pangeran, ia mengawasi pengiriman kayu yang dikirim ke dermaga Peru-nūfe di Memphis, dan diangkat menjadi Setem, imam agung untuk Mesir Hilir ("Lower Egypt").[4] Amenhotep meninggalkan beberapa inskripsi yang menonjolkan kemampuan atletiknya ketika ia menjabat pemimpin tentara sebelum naik tahta. Amenhotep tidak kalah atletis dibandingkan ayahnya yang perkasa. Ia mengaku dapat menembakkan anak panah melalui sasaran tembaga setebal setelapak tangan, dan dapat mendayung perahu lebih cepat dan jauh daripada yang mampu dilakukan dua ratus anggota angkatan laut.[4] Karenanya muncul perasaan skeptik akan kebenaran pernyataannya di antara pakar ilmu Mesir (Egyptologi).[4]

 
Amenhotep II's cartouche showing later damage and a variation of his nomen (from Karnak)

Amenhotep naik tahta pada hari pertama bulan ke-4 Akhet, tetapi ayahnya mati pada tanggal 30 bulan ke-3 Peret.[5] Jika seorang putra mahkota Mesir dijadikan raja tetapi tidak naik tahta pada hari kematian ayahnya, itu berarti ia telah menjabat sebagai raja muda pada ayahnya masih memerintah. Pemerintahan bersama Thutmose III dan Amenhotep II diyakini berlangsung 2 tahun dan 4 bulan.[6]

Ketika naik tahta, Amenhotep II berusia 18 tahun menurut inskripsi dari stela yang dibuatnya di Sphinx raksasa:

"Kini Yang Mulia muncul sebagai raja sebagai orang muda setelah ia telah menjadi 'matang', dan telah melengkapi delapa belas tahun dalam kekuatan dan keberanian."[7]
 
Patung Amenhotep II di Egyptian Museum (Turin)

Kepribadian dan Akhir Hidup

sunting

Sebuah stela dari tahun-tahun terakhir pemerintahannya menunjukkan perasaan benci yang besar terhadap orang asing. Dokumen yang bertanggal "Tahun 23 IV Akhet [tanggal] 1, hari perayaan" kenaikan tahta Amenhotep II, merupakan salinan surat pribadi yang ditulis oleh raja sendiri kepada Usersatet, raja muda (viceroy) wilayah Kush (Nubia).[8] Di dalamnya, Amenhotep II mengingatkan Usersatet akan petualangan militer mereka bersama di Siria dan dilanjutkan dengan kritikan atas cara kerjanya sebagai Viceroy.[9] Amenhotep menulis:

Salinan perintah yang ditulis sendiri oleh Yang Mulia, dengan tangannya sendiri, kepada viceroy Usersatet. Yang Mulia berada di Kediaman [kerajaan] ... ia melewatkan hari raya dengan duduk dan minum. Lihat, perintah raja ini dibawa kepadamu... yang berada jauh di Nubia, seorang pahlawan yang membawa upeti dari semua negara asing, penunggang kereta perang... engkau adalah tuan dari seorang istri asal Babylon dan seorang hamba perempuan dari Byblos, seorang gadis muda dari Alalakh dan seorang perempuan tua dari Arapkha. Sekarang, orang-orang dari Tekshi (Siria) ini tidak berharga-- apakah gunanya mereka? Pesan lain untuk viceroy: Jangan percaya kepada orang Nubia, melainkan hati-hati terhadap penduduk dan ilmu sihir mereka. Ambil hamba yang dari rakyat biasa, misalnya, yang engkau jadikan pejabat meskipun dia bukan pejabat yang seharusnya engkau usulkan kepada Yang Mulia; atau engkau perlu diingatkan akan pepatah: 'Jika engkau kekurangan kapak perang emas yang dilapisi perunggu, gada berat dari kayu akasia dapat digunakan'? Jadi, jangan dengarkan kata-kata mereka dan jangan pedulikan pesan-pesan mereka!"[10]

Usersatet sangat terkesan (atau ketakutan) terhadap pesan Amenhotep sehingga ia memerintahkan salinannya diukir pada sebuah stela (semacam menhir) "yang pernah ditempatkan di Cataract Kedua [di Nubia] dan sekarang di Boston."[11]

Amenhotep II tidak menulis jelas nama ratunya; beberapa pakar tentang Mesir berteori bahwa ia menganggap perempuan telah menjadi terlalu berkuasa dengan gelar seperti "Istri Dewa Amun". Ini menunjuk kepada fakta bahwa ia berpartisipasi menghapus nama Hatshepsut dari monumen yang didirikannya serta menghancurkan patung-patungnya.

Penghancuran patung-patung Hatshepsut dimulai pada waktu ia menjadi raja muda pada saat ayahnya berusia tua, tetapi berhenti setelah ia naik tahta. Namun, raja mungkin meneruskan kecemasan ayahnya bahwa wanita lain akan duduk di tahta. Meskipun sudah berusaha, kemungkinan ada satu perempuan, Neferneferuaten, yang menjadi raja bersama Akhenaten memerintah sebagai Firaun sebelum berakhirnya dinasti ke-18.

Mumi Amenhotep ditemukan pada bulan Maret 1898 oleh Victor Loret dalam makam KV35 di Lembah para Raja ("Valley of the Kings") di dalam peti mati (sarcophagus) aslinya. Ia telah membangun "Mortuary Temple of Amenhotep II" di ujung ladang di Theban Necropolis, dekat dengan lokasi pendirian Ramesseum di kemudian hari, tetapi dihancurkan pada zaman kuno. Makam Amenhotep II di KV35 juga terbukti berisi kotak mumi dari beberapa Firaun Kerajaan Baru seperti Thutmose IV, Seti II, Ramses III, Ramses IV, dan Ramses VI. Mereka sudah dimakamkan ulang dalam makam Amenhotep II oleh Imam Agung dewa Amun dari Dinasti ke-21, Pinedjem II, dalam zaman pemerintahan Siamun, untuk melindunginya dari para penjarah kuburan. Peter Der Manuelian pada tahun 1987 menerbitkan buku mengenai Amenhotep II yang merinci kronologi, peristiwa dan pengaruh pemerintahan raja ini.

Lihat pula

sunting

Referebsu

sunting
  1. ^ Clayton, Peter. Chronicle of the Pharaohs, Thames & Hudson Ltd., 1994. p.112
  2. ^ Eric Cline & David O'Connor, Thutmose III: A New Biography, University of Michigan Press, Ann Arbor, 2006. p.415
  3. ^ Cline & O'Connor, p.415
  4. ^ a b c d Gardiner, Alan. Egypt of the Pharaohs. p. 198. Oxford University Press, 1964.
  5. ^ Peter Der Manuelian, Studies in the Reign of Amenophis II, p.21. Hildesheimer Ägyptologische Beiträge 26, Gerstenbeg Verlag, Hildesheim, 1987.
  6. ^ Charles C. Van Siclen. "Amenhotep II," The Oxford Encyclopedia of Ancient Egypt. Ed. Donald Redford. Vol. 1, p.71. Oxford University Press, 2001.
  7. ^ Urk. IV. 1279.8-10
  8. ^ Urk IV, 1343:10
  9. ^ Erik Hornung 'The Pharaoh' in Sergio Donadoni, The Egyptians, The University of Chicago Press, 1997. p.291
  10. ^ Hornung, p.291
  11. ^ Hornung, pp.290-291

Pustaka lain

sunting
  • Nicolas Grimal, A History of Ancient Egypt, Blackwell Books: 1992, pp. 218–220
  • Reisinger, Magnus, Entwicklung der ägyptischen Königsplastik in der frühen und hohen 18. Dynastie, Agnus-Verlag, Münster 2005, ISBN 3-00-015864-2
  • Peter der Manuelian, Studies in the Reign of Amenophis II, Hildesheimer Ägyptologische Beiträge(HÄB) Verlag: 1987

Pranala luar

sunting