Allaḥ Sūkta atau Allopanishad adalah sebuah himne (nyanyian pujaan) dalam Atharwaweda yang dianggap apokrifa oleh sejumlah Sanatani Hindu. Tidak sedikit yang kontra, tetapi tidak sedikit pula yang pro dengan keotentikan Allopanishad.

Manuskrip-manuskrip Allopanishad ditemukan eksis di tangan 3 pandit Hindu ternama dari Kota Benares, yaitu pandit Dīnanātha, pandit Vindhyeśvarī-prasāda-dvivedin, dan Bábu Harischandra.

Mohandas Karamchand Gāndhī menerima otoritas Allopanishad dalam pustaka suci Vaidika Dharma. Salah satu referensinya adalah koleksi 108 Upanisad-nya Mahātmā Sri Nathuram Sharma (Pujya Sri Nath Bhagwan) yang memuat nama Allopanishad.

Total Upaniṣad yang diterima secara luas oleh seluruh Sanatanist (penganut Hindu Dharma) hanyalah 108 Upaniṣad. Agni Purāna, Adhyāya 271, menyatakan ada 1600 Upaniṣad. Sementara itu, “Mahavakya Ratnavali” menyatakan ada 1180 Upaniṣad.

Pāṇini menyatakan–di dalam “Aṣṭādhyāyī”–bahwa jumlah Upaniṣad adalah 900. Patañjali–di dalam “Mahābhāṣya”–juga menyatakan jumlah yang sama, yaitu 900 Upaniṣad.

Albrecht Friedrich Weber (1825-1901) menyebutkan 235 Upaniṣad di dalam Indische Literaturgeschichte terbitan tahun 1876; di dalam “Upaniṣad-vākya-mahā-kośa” terbitan tahun 1940, Sadhale menuliskan 223 total Upaniṣad yang eksis; Profesor Martin Haug (1827-1876) menyebutkan 170 Upaniṣad di dalam Brahma und die brahmanen terbitan tahun 1871; di dalam “Tanjore Catalogue”, halaman 59, Arthur Coke Burnell (1840-1882) menuliskan 154 Upaniṣad; Friedrich Max Muller menyatakan bahwa jumlah Upaniṣad yang asli mencapai 149 Upaniṣad. Nigeernopaniṣad, Upaniṣad yang dianggap apokrifa dan berasal dari abad keempat belas masehi, menyebutkan ada 187 Upaniṣad.

Dan, nama Allopanishad benar-benar eksis dalam sejumlah leksikon dan kanon Upanisad seperti:

Viśva Bandhu Śāstri telah mengkodifikasi 200 Upanisad dalam “Vaidika Padānukrama Kośa” (edisi Lahore, 1945). Dan, “Allāh Upaniṣad” (Allaḥ Sūkta or Allopaniṣad) berada diperingkat ke-12 dari 200 Upanisad.

Majalah Kalyan, majalah bulanan berbahasa Hindi, edisi ke-23, terbitan tahun 1949 oleh Gita Press Gorakhpur (India), mengkodifikasi 220 Upanisad dengan judul “Upanishad-Ank”. Dan, Allopaniṣad berada pada urutan ke-15 dari 220 Upanisad.

Allopaniṣad termaktub dalam “Upanisatsamgraha” atau ‘Daftar 188 Upanisad’, halaman 392-393, terbitan tahun 1970 oleh Motilal Banarsidass Publishers Private Limited di New Delhi.

Manuskrip-manuskrip yang eksis mengenai nama dan jumlah Upanisad dari Atharvaveda tidak satu pun yang homogen, melainkan saling kontras satu sama lain. Misalnya, nama Vaitathya tidak termaktub dalam Dīpikā, sedangkan teks Caraṇavyūha menyebutkan nama Vaitathya; nama Nīlarudra juga tidak termaktub dalam Muktikopaniṣad, tetapi termaktub dalam Dīpikā dan Caraṇavyūha.

Ketidakhomogen ‘testimoni’ dari berbagai komentator Veda pada masa lalu mengenai jumlah Upanisad, perbedaan nama-nama Upanisad, tidak adanya argumen yang jelas atas pemilihan sejumlah Upanisad (dan menafikan yang lain), dan tidak adanya satu manuskrip yang lengkap memuat nama-nama Upanisad dari berbagai śākhā Veda sehingga setiap orang dapat dengan mudah mengklaim otoritas ataupun ketidakotentikan sebuah Upanisad.

Adi Śaṅkarācārya hanya memberikan ulasan atau komentar atas 3 Upanisad dari Atharvaveda; Nārāyaṇa Bhaṭṭa memberikan komentar atas 52 Upanisad dari Atharvaveda; Muktikopaniṣad hanya menyebutkan 31 Upanisad dari Atharvaveda; Atharvaveda Pariśiṣṭa ke-49 (Caraṇavyūha) menyebutkan 15 Upanisad dari Śaunakīya Saṁhitā, dan 37 Upanisad lainnya merupakan Upanisad dari Paippalāda Saṁhitā.

Allaḥ Sūkta (Allā-Upaniṣad atau Allopaniṣad) bukanlah bagian dari Śaunakīya Samhitā, juga tidak eksis dalam Paippalāda Samhitā (versi manuskrip Orissa); bukan juga bagian dari Jaladā Samhitā dan Maudā Samhitā karena kedua śākhā Atharvaveda tersebut tidak boleh terlibat pada upacara-upacara ritual Vaidika Dharma, sedangkan Allaḥ Sūkta dibaca oleh para Brāhmana pada setiap upacara-upacara suci Vaidika Dharma.

Allopaniṣad dibaca oleh para Brāhmana sebagai pemberkatan pada upacara penobatan Jalaluddin Muhammad Akbar sebagai ‘Maharaj Hindustani’ (Sang Penguasa Hindustan); Allopaniṣad turut pula dibaca oleh Maharani Devi Choudharani untuk keberkahan umur sang Maharaja, sembari melakukan Tulsi Puja

Shankar Gajannan Purohit (1882-1941) menuliskan di dalam Avadhoota gita with English Translation yang diterbitkan oleh Munrisham Manoharlal Publishers di New Delhi pada tahun 1979, bahwa “Allopaniṣad dilantunkan/dibaca pada upacara penobatan Jalaluddin Muhammad Akbar sebagai Maharaja (Penguasa) Hindustan, dengan menggunakan vedic chanda”.

Friedrich Otto Schrader (1876-1961), dalam “A Descriptive Catalogue of the Sanskrit Manuscripts in the Adyar Library Vol. I. Upanisads, halaman 136, terbitan Adyar Library Madras 1908″, menyatakan bahwa Allopaniṣad dibacakan oleh para Brāhmana di India Utara dalam Vasantotsava (Festival Musim Semi) atau pada kesempatan lain ketika bacaan-bacaan terpilih dari keempat Veda harus dibacakan di rumah seorang Dvija (Pandita).

Allaḥ Sūkta bukan bagian dari Jājalā Samhitā, Cāraṇavaidyā Samhitā, Devardarśā Samhitā, ataupun Staudā Samhitā. Karena, Jājalā Śākhā dan Cāraṇavaidyā Śākhā–pada masa yang silam–eksis di kawasan Madhya Pradesh (India bagian tengah), sedangkan Devardarśā Śākhā–pada masa lalu–eksis di wilayah pantai Andhra Pradesh, dan Staudā Śākhā–dahulu–pernah eksis di Kosala (bagian tengah dan timur Uttar Pradesh).

Mathuradas Trikumji menuliskan dalam suratnya kepada Mahātmā Gāndhī, bahwa Allopaniṣad berasal dari zaman Atharvaveda. Dan, Allopaniṣad disusun menggunakan gaya bahasa sūkta-sūkta tertua Ṛgveda.

Fakta sejarah negeri India mencatat bahwa pada masa yang silam, Paippalāda Saṁhitā adalah versi standar bagi teks Atharvaveda dan bukannya Śaunakīya Saṁhitā. Terdapat sejumlah keterangan dari era Pāṇini dan Patañjali yang menyatakan bahwa Atharvaveda Paippalāda Śākhā dahulunya adalah versi standar untuk Atharvaveda Saṃhitā. Teks Atharvaveda Paippalāda Śākhā yang diketahui eksis hingga hari ini adalah berasal dari 2 versi, yaitu versi manuskrip Kashmir (Śāradā manuscript) dan versi manuskrip Orissa (Oriya manuscript). Manuskrip Kashmir mempunyai 825 Kāṇḍikā (Sūkta) dan 7192 Mantra, sedangkan manuskrip Orissa mempunyai 923 Kāṇḍikā (Sūkta) dan 7899 Mantra.

Durgamohan Bhattacharyya, dalam Paippalādasaṃhitā of the Atharvaveda, mengutip pendapat seorang orientalis Eropa bahwa Atharvaveda Paippalāda Śākhā versi manuskrip Kashmir boleh jadi adalah versi Atharvaveda Saṁhitā yang terbaik dan paling awal.

Tapi, ironisnya bahwa teks Atharvaveda Paippalāda Śākhā (versi manuskrip Kashmir) dari abad ke-16 masehi sudah tidak utuh (cacat/rusak/hilang)–terutama bagian awalnya–sejak ditemukan pertama kali pada tahun 1875 oleh George Buhler dengan bantuan seorang Pandit ternama dari Kashmir bernama Pandit Keshav Bhatt Shastri; manuskrip Śāradā tersebut kemudian berpindah tangan atau dimiliki oleh Rudolph von Roth bersama manuskrip salinan (revisi)nya dalam aksara Devanagari, dan akhirnya tersimpan atau berada di Universitas Tubingen (Jerman) sampai sekarang. Sedangkan, keutuhan teks Atharvaveda Paippalāda Śākhā (versi manuskrip Orissa) dari abad ke-17 masehi, yang ditemukan pada tahun 1959 oleh Profesor Durgamohan Bhattacharyya (wafat tahun 1965), masih terpelihara hingga hari ini.

Pandit Tārānātha Tarkavācaspati Bhattācārya (1812-1885) menuliskan di dalam leksikon terotentik yang memuat semua kosakata Sanskerta kuno, yaitu Vāchaspatya, bahwa Allaḥ Sūkta adalah Ādi Sūkta (Sūkta Pertama) dalam Atharvaveda Saṁhitā, dan merupakan sebuah sūkta Veda yang terkenal/termasyhur.

Pandit Rādhā Kānta Deva di dalam ‘Shabda-Kalpadrum’ juga menuliskan hal yang sama bahwa Allopaniṣad adalah (Sūkta) yang Pertama dalam Atharvaveda Saṁhitā dan merupakan sūkta Veda yang terkenal/termasyhur.

Bábu Harischandra dari Benares memiliki sebuah manuskrip yang memuat judul Allā-Upaniṣad (Allaḥ Sūkta), dan manuskrip tersebut menyatakan bahwa Allā-Upaniṣad adalah sebuah Sūkta (himne) dari Paippalāda Saṁhitā.

“Kesaksian” sejarah yang diberikan oleh ‘Abdu-’l-Qādir Ibn-i-Mulūk Shāh (al-Badāoni)dalam kitabnya yang termasyhur “The Muntakhabu-’rūkh” tentang keberadaan sebuah terjemahan Atharvaveda Samhitā abad ke-16 Masehi dalam bahasa Persia adalah fakta akurat sejarah karena terjemahan tersebut adalah sezaman dengan teks Atharvaveda Paippalāda Śākhā (versi manuskrip Kashmir) dari abad ke-16 masehi temuan George Buhler pada tahun 1875.

Bhojraj Dwivedi, seorang Vastu Shastri dan Jyotishacharya yang tersohor di dunia, yang mempunyai nama besar dan ketenaran dalam bidang Astrology dan Vaastu Shastra, mencantumkan Allopanisad sebagai salah satu bacaan Hindu yang valid dalam bukunya yang berjudul “Yantra–Mantra Tantra and Occult Sciences”. Lebih lanjut dalam bukunya tersebut, Dwivedi menjelaskan bahwa berdasarkan keterangan dari suatu kitab kuno berusia 500 tahun yang sudah lapuk dimakan waktu, jenis ilmu ini (Allopanisad) ditujukan untuk memusnahkan roh-roh jahat (makhluk halus) dalam jumlah yang sangat besar dan seorang calon (Brahmana) dapat memperoleh kesaktian (kekuatan) yang tiada terhingga dengan membacanya setiap hari. Mantra ini (Allopanisad) dapat menghancurkan segala jenis kekuatan jahat dari ilmu hitam (sihir) atau yang berasal dari makhluk halus dan menjadi tameng diri dari segala gangguan binatang buas di alam.[1][2][3][4][5][6][7][8][9][10][11][12][13]

Referensi

sunting
  1. ^ Tarkavachaspati, Taranatha. 1873. Vachaspatya–A Comprehensive Sanscrit Dictionary (Part. I). Calcutta: Kavya Prakasha Press.
  2. ^ Deva, Radha Kanta. 1967. Shabda-Kalpadrum. Third Edition (Part One). Varanasi: The Chowkhamba Sanskrit Series Office.
  3. ^ Raja, C. Kunhan. 1933. Un-published Upanishads. Adyar: The Adyar Library (Theosophical Society).
  4. ^ Schrader, F. Otto. 1908. A Descriptive Catalogue of the Sanskrit Manuscripts in the Adyar Library Vol. I. Upanisads. Madras: Oriental Publishing Co., LTD.
  5. ^ Lees, Captan W. N. and Ali, Munshi Ahmad (Eds.). 1865. The Muntakhab Al-Tawārīkh of Abd Al-Qādir bin- I Malūk Shah Al-Badāoni. Calcutta: College Press.
  6. ^ Prasad, Durga (Ed.). 1908. An English Translation of the Satyarth Prakash of Maharshi Swami Dayanand Saraswati. Lahore: Virjanand Press.
  7. ^ Sharma, Suresh K. and Sharma, Usha (Eds.). 2004. Cultural and Religious Heritage of India (1st ed.). New Delhi: Mittal Publications.
  8. ^ Bhattacharyya, Durgamohan. 1964. Paippalādasaṃhitā of the Atharvaveda (Kāṇḍa 1). Calcutta: Sanskrit College.
  9. ^ Sharma, Shubhra. 1985. Life in the Upanishads. New Delhi: Abhinav Publications.
  10. ^ Monier-Williams, Monier. 1899. A Sanskrit-English Dictionary. Oxford: Clarendon Press.
  11. ^ Desai, S. G. 1996. A Critical Study of the Later Upanishads. Delhi: Bharatiya Vidya Bhavan.
  12. ^ Apte, V. S. 1957. The Practical Sanskrit-English Dictionary (1st ed.). Poona: Prasad Prakashan.
  13. ^ The Honorary Secretaries (ed.). 1870. Proceedings of the Asiatic Society of Bengal (January to December). Calcutta: Baptist Mission Press.

Pranala luar

sunting