Al-Fadhl bin Abbas

Al-Fadhl bin Abbas bin Abdul Muthalib bin Hasyim al-Qurasyi al-Hasyimi (bahasa Arab: الفَضْلُ بن عَبَّاس بن عبد المطلب بن هاشم القرشي الهاشمي) adalah seorang sahabat dan sepupu Nabi Islam Muhammad.[1]

Infobox orangAl-Fadhl bin Abbas
Nama dalam bahasa asli(ar) فضل بن عباس Edit nilai pada Wikidata
Biografi
Kelahiran614 Edit nilai pada Wikidata
Makkah Edit nilai pada Wikidata
Kematian639 Edit nilai pada Wikidata (24/25 tahun)
Data pribadi
AgamaIslam Edit nilai pada Wikidata
Kegiatan
Pekerjaanilmuwan Edit nilai pada Wikidata
Keluarga
Orang tuaAbbas bin Abdul-Muththalib Edit nilai pada WikidataLubaba bint Ubaydillah (en) Terjemahkan Edit nilai pada Wikidata
SaudaraUbaidullah ibn Abbas ibn Abdul-Muttalib (en) Terjemahkan, Qasim ibn al-Abbas (en) Terjemahkan, Abdullah bin Abbas, Tamam ibn Abbas (en) Terjemahkan, Ma'abad ibn Abbas (en) Terjemahkan, Katheer bin Al-Abbas (en) Terjemahkan, Omaima bint Al-Abbas (en) Terjemahkan dan Umm Habib bint Al Abbas (en) Terjemahkan Edit nilai pada Wikidata

Silsilah

sunting

Silsilahnya adalah Al-Fadhl bin Abbas bin Abdul-Muththalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay dan ibunya Ummu al-Fadhl yaitu Lubabah al-Kubra binti al-Harits bin Hazn al-Hilaliyah.[2]

Ciri fisik

sunting

Al-Fadhl digambarkan sebagai pemuda yang tampan, berkulit putih dan memiliki rambut yang bagus.[3]

Biografi

sunting

Al-Fadhl adalah putra tertua Abbas, dan anak tertua dari saudara-saudaranya putra-putra al-Abbas, dan karenanya ayahnya mendapat panggilan Abu al-Fadhl dan ibunya mendapat panggilan Ummu al-Fadhl. Nama panggilan al-Fadhl adalah Abu al-Abbas dan Abu Abdullah; dan pendapat lain mengatakan nama panggilannya Abu Muhammad.[4]

Al-Fadhl bersama pasukan Nabi Muhammad dalam Pembebasan Makkah,[4] dan Pertempuran Hunain. Dalam Pertempuran Hunain tersebut al-Fadhl termasuk di antara sahabat yang tetap teguh bersama Nabi pada saat sekelompok dari pasukan Muslim melarikan diri.[5]

Ketika Haji Perpisahan pada bulan Maret 632, ia menunggangi unta bersama Nabi. Berdasarkan pengakuannya sendiri, ia menatap seorang gadis cantik di atas unta lain sehingga Nabi menarik dagunya dan memalingkan wajahnya darinya tiga kali.[6][7][8] Melihat hal ini, Nabi bersabda:[9]

“Saya melihat seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan saya tidak dapat mempercayai bahwa setan bersama mereka”.

Ketika Nabi menderita sakit menjelang kematiannya, al-Fadhl dan sepupunya Ali bin Abi Thalib yang menemaninya dalam perjalanan ke rumah Aisyah.[10] Setelah kematian Muhammad, al-Fadhl bersama ayah dan saudaranya, Qatsam bin Abbas termasuk di antara sahabat yang memandikan jasad Muhammad.[11] Al-Fadhl kemudian termasuk di antara sahabat yang memasuki kuburnya dan membantu menguburkan jasad Nabi.[12]

Istri dan keturunan

sunting

Dalam Shahih Muslim disebutkan bahwa Nabi Muhammad menikahkan al-Fadhl dan memberi mahar atas namanya. Al-Baghawi menyebutkan bahwa istri al-Fadhl adalah Shafiyyah binti Mahmiyah bin Jaz'i az-Zubaidi,[4] sementara Mush'ab menyebutnya sebagai Ummu Salamah binti Mahmiyah bin Jaz'i az-Zubaidi.[4][13] Dari hasil pernikahan tersebut, ia memiliki putri yang bernama Ummu Kultsum binti al-Fadhl.[14] Ummu Kultsum kemudian menikah dengan Hasan bin Ali dan mereka memiliki anak-anak yang bernama Muhammad, Ja'far dan Hamzah.[15] Ia kemudian cerai darinya dan Abu Musa al-Asy'ari menikahinya. Dari hasil pernikahan tersebut, ia melahirkan putra yang bernama Musa bin Abi Musa. Ummu Kultsum tetap bersama Abu Musa sampai meninggal. Imran bin Thalhah kemudian menikahinya, namun ia menceraikannya dan dikembalikan ke rumah Abu Musa. Ia kemudian meninggal dan dimakamkan di pinggiran Kufah.[16]

Kematian

sunting

Terjadi perbedaan pendapat tentang kematiannya. Al-Waqidi mengatakan bahwa ia meninggal karena Wabah Amwas. Pendapat ini didukung oleh Az-Zubair dan Ibnu Abi Hatim. Ibnu As-Sakan mengatakan bahwa ia terbunuh pada Pertempuran Ajnadain di masa Khalifah Abu Bakar. Sebaliknya, pendapat lain mengatakan bahwa ia terbunuh pada Pertempuran Marj ash-Shaffar yang juga terjadi pada tahun 13 H. Pemimpin pasukan di Marj ash-Shaffar adalah Khalid bin Walid, sementara di Ajnadain ada empat pemimpin pasukan, yaitu Amr bin al-Ash, Abu Ubaidah, Yazid bin Abi Sufyan, dan Syurahbil bin Hasanah, masing-masing memimpin pasukannya, dan pendapat lain mengatakan bahwa Amr bin al-Ash yang menjadi pemimpin keseluruhan pasukan dalam melawan musuh pada waktu itu. Pendapat lain mengatakan bahwa al-Fadhl terbunuh dalam Pertempuran Yarmuk.[4]

Ibnu Fathun menyebutkan tentang kematiannya di dalam Al-Isti'ab: Al-Fadhl terbunuh dalam Pertempuran Yamamah di tahun 15 H, dan ia melanjutkan bahwa tidak ada perselisihan antara sejarawan bahwa Pertempuran Yamamah terjadi di masa kekhalifahan Abu Bakar pada tahun 11 atau 12 H. Ibnu Sa'ad mengatakan bahwa ia meninggal di wilayah Yordania pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Al-Bukhari menegaskan bahwa ia meninggal pada masa kekhalifahan Abu Bakar.[4]

Periwayatan hadis

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b c "Musawa'ah al-Hadith : Fadhl bin al-Abbas bin Abdul-Muththalib bin Hasyim". hadith.islam-db.com (dalam bahasa Arab). Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 Januari 2021. Diakses tanggal 2021-01-15. 
  2. ^ Ibnu Sa'ad (1990), الطبقات الكبرى (dalam bahasa Arab), 4 (edisi ke-1), Beirut: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah, hlm. 40, OCLC 949938103, Wikidata Q116749953 – via Maktabah Syamilah 
  3. ^ Said Hawwa (2020). Al-Islam. Gema Insani. hlm. 176. ISBN 6022508541, 9786022508540. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-20. Diakses tanggal 2022-07-27. 
  4. ^ a b c d e f g h (Arab) Lihat:
  5. ^ Al-Maghdzawi, Syaikh Ibrahim bin Shalih bin Shabir. Berdakwah dengan Hati. Pustaka Al-Kautsar. hlm. 90. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-13. Diakses tanggal 2022-07-13. 
  6. ^ Bukhari 8:74:247.
  7. ^ Ibnu Hanbal, Musnad. Diterjemahkan oleh Al-Khattab, N., vol. 2 hlm. 218 #1805. Riyadh: Darussalem.
  8. ^ Ibnu Hanbal (Khattab) vol. 2 hlm. 222 #1818.
  9. ^ Ibnu Katsir (Edisi Le Gassick) vol. 4 hlm. 265.
  10. ^ Ibnu Ishaq, Sirah Rasulullah. Diterjemahkan oleh Guillaume, A. (1955). The Life of Muhammad, hlm. 679. Oxford: Oxford University Press.
  11. ^ Muhammad Atim. RINGKASAN SIRAH NABAWIYAH: Butir Butir Perjalanan Hidup Rasulullah ﷺ. tafakur. hlm. 191. ISBN 9797782883, 9789797782887. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-20. Diakses tanggal 2022-07-27. 
  12. ^ Ibnu Ishaq (Guillaume) hlm. 688-689.
  13. ^ Mush'ab Az-Zubairi (1982). نسب قريش (dalam bahasa Arab) (edisi ke-3). Kairo: Dar Almaref. hlm. 28. ISBN 978-977-02-0266-1. OCLC 1227781136. Wikidata Q116762723 – via Maktabah Syamilah. 
  14. ^ Mush'ab az-Zubairi. "Nasab Quraisy". islamport.com (dalam bahasa Arab). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-04. Diakses tanggal 2022-06-13. 
  15. ^ Jamharah Ansab Al-Arab, oleh Ibnu Hazm, Keturunan al-Abbas bin Abdul-Muththalib Diarsipkan 2023-06-08 di Wayback Machine., di Wikisource
  16. ^ (Arab) Kitab Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah oleh Ibnu Hajar al-'Asqalani Diarsipkan 2021-09-15 di Wayback Machine., Al-Maktaba al-Shamela.