Achmad bin Talim
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Agustus 2017. |
Achmad bin Talim merupakan sosok bersejarah dalam perkembangan dunia penerbangan Indonesia, khususnya dalam sejarah Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara. Kiprahnya bermula sebagai tukang kikir pesawat berkisar 3 tahun sebelum seorang teknisi Fokker asal Belanda memintanya memperbaiki pesawat. Pemuda Kelahiran Bandung pada tahun 1910 ini pernah bersekolah pada Sekolah Rakjat (SR) Ciroyom, lulus sekolah teknik pada tahun 1926, kemudian mendapat tawaran bekerja di Luchtvaart Afdelling, suatu bagian dari Militaire Luchtvaart Dients (penerbangan Militer Hindia Belanda) di Andir. Pernah terbang karena disuruh atasannya menjadi pemberat (ballast) saat dilakukan uji terbang. Untuk jadi pemberat ia mendapat upah 1,20 sen perjam. Dia sendiri tidak suka terbang. Sejak kecil Achmad bin Talim sering melihat pesawat terbang di Pangkalan Udara Andir.
Membuat Pesawat Terbang
suntingPesawat beregistrasi PK - KKH adalah pesawat yang pernah dibuat oleh Achmad Bin Talim, dia mengerjakan pesawat ini dibengkelnya dalam garasi sebuah rumah di daerah jalan Pasir Kaliki. Registrasi KKH diambil dari nama seorang pengusaha dagang roti bernama Kho Khe Hien yang menjadi donatur dalam pembuatan pesawat itu. Achmad Bin Talim melakukan perkerjaan pembuatan pesawat bersama dua orang rekannya Kapten M.P. Pattist dan tenaga sipil L.W. Walraven. Dua orang rekannya tersebut sebagai perancang dan Achmad Bin Talim yang melakukan pengerjaannya seusai jam kerja pada sore hari di Andir. Dalam waktu 6 bulan selesailah seluruh badan pesawat. Sedangkan kelengkapan pesawat seperti pipa besi, kabel baja, roda pendarat dan lain-lainnya kapten Pattist dan Walreven yang menyediakan.
Uji terbang pesawat PK-KKH dilakukan oleh kapten penerbang Belanda bernama Kapten C. Terluyn. Kemudian menerbangkan pesawat itu dalam waktu tempuh selama 20 hari ke Eropa.
Pada Tahun 1938, bersama Kapten Pattist dan Walraven menyelesaikan sebuah pesawat ringan dengan mesin sistem ”pusher” yang baling-balingnya menghadap kebelakang dan motor dipasang di atas kabin penumpang. Yang melakukan uji terbang pesawat ini adalah kapten tempur Belanda bernama J.A. Oninex. Sayangnya, Achmad Bin Talim tidak pernah tahu nasib selanjutnya dari pesawat-pesawat yang pernah dibuatnya.
Masa Peralihan Kekuasaan Belanda ke Jepang
suntingTenaga Ahli pesawat berkebangsaan Indonesia di perintahkan oleh Jepang untuk memperbaiki pesawat sekutu B-17 Flying Fortress, sedangkan para pekerja Belanda dan penerbangnya dipulangkan ke negaranya. Setelah pesawat itu selesai diperbaiki, kemudian diterbangkan ke Jepang. Achmad Bin Talim tercatat sebagai salah seorang teknisi yang turut berpartisipasi dalam perbaikan pesawat tersebut.
Masa Kemerdekaan Republik Indonesia
suntingAchmad bin Talim menjadi anggota Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) setelah mendapat surat perintah untuk pergi ke Pangkalan Udara Maospati untuk membantu Opsir Udara III Wiweko Supono. Keterampilannya sebagai tenaga ahli bersama rekan lainnya berbuah pesawat pertama Indonesia WEL-1 dan RI-X dibawah pimpinan Wiweko Supono. Sebelum bergabung di Maospati, keinginannya bergabung bersama AURI terkabulkan dalam perintah Kasau Komodor Udara Suryadi Suryadarma yang meminta Achmad bin Talim dan teman-temannya lulusan Luchtvaart Afdelling untuk menghidupkan bengkel pesawat AURI di Pangkalan Udara Maguwo, namun hanya sejenak setelah berada di Yogyakarta dia mendapat perintah untuk berangkat ke Pangkalan Udara Maospati.
Selama mengabdi bersama AURI, banyak pesawat yang Achmad bin Talim turut serta di dalamnya, seperti Pesawat Sikumbang, LIPNUR Kunang, dan LIPNUR Belalang. Achmad bin Talim juga merakit pesawat helikopter yang pertama di Indonesia, Hiller 360A. Achmad bin Talim memasuki masa pensiun tahun 1966 dengan pangkat terakhir Mayor. Karyanya setelah pensiun adalah membuat replika pesawat WEL-1 RI-X di Lanuma Iswahjudi
Lihat pula
suntingReferensi
sunting- "ACHMAD BIN TALIM Ahli Pembuat Pesawat Terbang Terbaik AURI" (PDF), Majalah Suara Angkasa, hlm. 32–35, January 2012, diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-03-04, diakses tanggal 2012-10-21