Abdurrahman Shihab

Ulama
(Dialihkan dari Abdurrachman Sjihab)

AG. Prof. H. Habib Abdurrahman Shihab[1] (bahasa Arab: عبد الرحمن شهاب , translit. ʿAbd ar-Raḥman Šihāb; pelafalan dalam bahasa Arab: [ʕabd ar-raħmaːn ʃihaːb]; lahir di Rappang, Celebes, Hindia Belanda, 14 Januari 1915 – meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan 1986 pada umur 71 tahun) adalah seorang akademikus, politikus, dan ahli tafsir Alquran (mufassir) Indonesia dari Sulawesi Selatan. Sebagai politikus, Abdurrahman pernah menjadi anggota Konstituante Republik Indonesia (9 November 1956 – 5 Juli 1959) dari fraksi Partai Masyumi. Sementara itu sebagai seorang akademikus, ia pernah menduduki jabatan sebagai rektor Universitas Muslim Indonesia ke-2 periode 1959–1965 dan rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar ke-3 periode 1973–1979.

Abdurrahman Shihab
عبد الرحمن شهاب
Potret Abdurrahman Shihab sebagai anggota Konstituante Republik Indonesia
Anggota Konstituante Republik Indonesia
Masa jabatan
9 November 1956 – 5 Juli 1959
PresidenSoekarno
Perdana MenteriAli Sastroamidjojo
Djuanda Kartawidjaja
Grup parlemenMasyumi
Daerah pemilihanSulawesi Selatan Tenggara
Rektor Universitas Muslim Indonesia ke 2
Masa jabatan
1959–1965
Sebelum
Pendahulu
Muchtar Lintang
Pengganti
La Tunrung
Sebelum
Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar ke 3
Masa jabatan
1973–1979
Sebelum
Pendahulu
Muhyiddin Zain
Pengganti
H. A. Moerad Oesman
Sebelum
Informasi pribadi
Pengucapanʕabd ar-raħmaːn ʃihaːb
Lahir
(1915-01-14)14 Januari 1915
Rappang, Celebes, Hindia Belanda
Meninggal1986
Ujungpandang, Sulawesi Selatan
Partai politikPartai Masyumi
Suami/istriAsma Aburisy
Anak13 (termasuk Umar Shihab, Muhammad Quraish Shihab, Alwi Shihab, dan Ahmad Nizar Shihab)
Orang tuaAli bin Abdurrahman Shihab (ayah)
Tempat tinggalMakassar
PendidikanJamiat Kheir
Pekerjaan
KabinetWilopo
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Biografi

sunting

Kehidupan awal

sunting

Abdurrahman Shihab lahir di Sidenreng Rappang, Celebes, Hindia Belanda[2] sebagai anak tunggal dari Habib Ali bin Abdurrahman Shihab, seorang ulama juru dakwah dan pendidikan asal Hadramaut, Yaman.[3] Abdurrahman berasal dari keluarga Arab Hadhrami golongan Alawiyyin bermarga Aal Shihāb-Uddīn.[4] Ayahnya telah berimigrasi dari Hadramaut ke Sulawesi Selatan sejak muda untuk berdakwah, ia wafat di Makassar pada tahun 1333 Hijriyah (sekitar tahun 1915 Masehi) dalam usia 52 tahun ketika Abdurrahman masih bayi.[3]

Pendidikan

sunting

Karena Abdurrahman ditinggal wafat ayahnya sedari bayi, menginjak belia ia diajak pamannya ke Jakarta untuk disekolahkan di Jamiat Kheir.[5] Ia memulai pendidikannya di tingkat madrasah ibtidaiyah (setingkat sekolah dasar) di Jamiat Kheir dan lulus pada tahun 1927. Setelah itu ia melanjutkan pendidikannya ke tingkat madrasah tsanawiyah (setingkat sekolah menengah pertama) dan lulus pada tahun 1930, sedangkan tingkat madrasah aliyah (setingkat sekolah menengah atas) ia selesaikan pada tahun 1934.[2] Setelah lulus dari Jamiat Kheir, Abdurrahman kemudian kembali ke Sulawesi Selatan dan tinggal di Rappang, Kabupaten Sidenreng Rappang selama 10 tahun.[3]

Kehidupan pribadi

sunting
 
Abdurrahman bersama istri dan anak-anaknya sekitar tahun 1950-an

Setelah tinggal selama 10 tahun di Sidenreng Rappang, Abdurrahman menikah dengan seorang gadis Bugis putri bangsawan setempat bernama Asma Aburisy.[3] Dari pernikahannya dengan Asma, Abdurrahman dikaruniai 13 anak, di antaranya adalah Nur Shihab, Ali Shihab, Umar Shihab, Muhammad Quraish Shihab, Wardah Shihab, dan Alwi Shihab, enam anak pertamanya tersebut lahir di Rappang, Kabupaten Sidenreng Rappang.[6] Sedangkan tujuh anak lainnya lahir di Kampung Buton, Makassar, karena setelah kelahiran Alwi, Abdurrahman membawa serta keluarganya ke Jalan Sulawesi Lorong 194/7 Kota Makassar.[7] Ketujuh anaknya yang lahir di Kampung Buton di antaranya adalah Nina Shihab, Sida Shihab, Ahmad Nizar Shihab, Abdul Mutalib Shihab, Salwa Shihab, Ulfa Shihab, dan Latifah Shihab.[6]

Dari ketigabelas anaknya, beberapa di antaranya ada yang mengikuti jejak Abdurrahman sebagai seorang mufassir (ahli tafsir), akademikus, hingga politikus.[8] Seperti anak ketiganya, Umar, merupakan seorang ulama yang duduk di jajaran anggota Majelis Ulama Indonesia.[9] Sedangkan Quraish dan Alwi merupakan seorang ahli tafsir dan keduanya pernah duduk di kursi pemerintahan sebagai seorang menteri.[10] Selain sebagai ahli tafsir yang menulis karya monumental Tafsir Al-Mishbah, Quraish juga merupakan Menteri Agama pada Kabinet Pembangunan VII era Soeharto,[6] sedangkan Alwi merupakan Menteri Luar Negeri pada Kabinet Persatuan Nasional era Abdurrahman Wahid dan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat pada Kabinet Indonesia Bersatu era Susilo Bambang Yudhoyono. Sebagai seorang politikus, Alwi bahkan pernah menjadi ketua umum Partai Kebangkitan Bangsa periode 2002–2005, dan pada tahun 2006 ia menjadi salah satu pendiri Partai Kebangkitan Nasional Ulama.[11] Sementara itu, Nizar, anak kesembilan Abdurrahman merupakan seorang dokter ahli anestesi dan pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia periode 2009–2014.[12]

Karier

sunting

Politik

sunting
 
Abdurrahman Shihab (tengah), H. Husein Thaha (kiri) dan Soekarno (kanan) di badan Konstituante Republik Indonesia

Abdurrahman mulai aktif berkarier di dunia politik sejak tahun 1950-an. Sepanjang tahun 1950–1951, ia aktif sebagai anggota dan pengurus Masyumi cabang Makassar, baru pada tahun 1951–1952 ia diangkat menjadi anggota Majelis Syuro Masyumi wilajah Sulawesi, dan pada tahun 1952–1956 menjadi anggota pimpinan Masyumi untuk wilajah Sulawesi.[2]

Pada pemilihan umum legislatif Indonesia 1955, Abdurrahman berhasil menduduki kursi parleman sebagai anggota Konstituante Republik Indonesia dari fraksi Partai Masyumi pada daerah pemilihan Sulawesi Selatan Tenggara dengan nomor anggota 322.[2]

Referensi

sunting

Catatan kaki

sunting

Daftar pustaka

sunting

Bacaan lanjutan

sunting

Pranala luar

sunting