Zona selancar dapat didefinisikan sebagai jalur perairan relatif sempit yang berbatasan dengan daratan, serta mengandung rangkaian gelombang yang pecah karena tingkat kedalaman perairan yang dangkal. Namun, karena perbedaan tingkat pasang surut air, ketinggian gelombang yang datang, kecepatan angin lokal, dan arahnya yang terus berubah, ukuran lebar dan dan karakter zona selancar ini pun terus berubah.[1]

Aksi seorang peselancar dalam Kompetisi Selancar Maverick di California pada tahun 2010.

Karena itu dalam diskusi tentang proses zona selancar, wilayah yang sebenarnya dimaksud adalah zona "dekat pantai", yakni sebuah wilayah yang secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh pecahnya gelombang karena tingkat kedalaman laut.[1]

Proses pembentukan

sunting
Berkas:Zona Selancar.jpg
Gambaran proses pembentukan zona selancar.

Saat gelombang permukaan mendekati wilayah pantai, gelombang ini akan menjadi semakin tinggi lalu pecah, kemudian membentuk permukaan yang berbusa dan berbuih yang disebut sebagai "ombak". Wilayah pecahnya gelombang ini didefinisikan sebagai zona pemecah (breaker zone), dan zona dekat pantai di mana gelombang air datang kembali ke pantai inilah yang disebut sebagai zona selancar.

Setelah gelombang laut pecah di dalam zona selancar, gelombang tersebut (yang telah berkurang ketinggiannya) terus bergerak naik ke bagian depan pantai yang landai, lalu membentuk aliran air yang disebut sebagai "swash". Saat aliran air ini mengalir mundur kembali ke laut, selanjutnya disebut sebagai "backswash". Perubahan arus gelombang ini juga dipengaruhi oleh set‐down dan set‐up, yakni perubahan negatif dan positif yang terjadi dalam ketinggian air rata-rata yang disebabkan oleh adanya rangkaian gelombang permukaan dan dapat diukur dalam saluran gelombang.[2][3][4]

Hal ini menyebabkan sebuah sub-wilayah yang disebut sebagai zona swash biasanya digambarkan pada batas antara air dan daratan sebagai area yang secara bergantian dibasahi dan dikeringkan oleh gelombang uprush[5] dan backrush.[6][7]

 
Gambaran proses pembentukan gelombang set-up dan set-down di zona selancar.

Ketinggian gelombang yang terletak di dalam zona selancar ini biasanya lebih dangkal, sekitar 5-10 m (16-33 kaki). Kajian teoritis menunjukkan bahwa gelombang permukaan yang datang menuju pantai dari perairan dalam dapat menimbulkan gelombang tepi, terutama gelombang tinggi yang mengarah ke pantai dengan kemiringan konstan dan berfungsi untuk mentransfer energi menuju gelombang tepi melalui interaksi resonansi lemah yang dihasilkan dari ketidakstabilan gelombang yang datang seiring dengan gangguan dari gelombang tepi. Hal inilah yang menyebabkan gelombang yang ada di wilayah zona selancar menjadi tidak stabil.[8]

Massa air yang terbawa menuju pantai oleh pecahan gelombang di dalam zona selancar akan, dalam situasi dua dimensional, dikompensasi oleh arus balik ke arah laut melalui arus bawah laut. Hal ini menunjukkan bahwa arus bawah didorong oleh perbedaan lokal antara tekanan radiasi dan perbedaan tekanan set-up yang hanya mampu saling memberikan keseimbangan rata-rata di atas kedalaman. Tekanan turbulensi ini dibutuhkan untuk menjaga kestabilan situasi.[9]

Varian biota

sunting

Karena lokasinya yang cukup dangkal, zona selancar ini dipenuhi oleh kandungan berbagai nutrisi, oksigen, dan sinar matahari yang membuatnya menjadi zona yang produktif dengan kehidupan berbagai biota lautnya. Beberapa jenis fauna yang sering ditemukan hidup dan berkembang biak, seperti kepiting, kerang, dan siput. Kerang dan kepiting mole adalah dua spesies yang paling mudah ditemukan di dalam zona selancar ini. Selain menjadi penghuni paling menonjol, keduanya juga merupakan spesies penggali yang sangat cepat.[10][11]

Kerang selancar yang juga dikenal sebagai variabel coquina, bertindak sebagai penyaring hidup alami yang menggunakan insangnya untuk menyaring mikroalga, zooplankton kecil, dan partikel-partikel kecil lainnya dari air laut. Sedangkan kepiting mole adalah suspensi hidup alami yang makan dengan menangkap zooplankton menggunakan antenanya. Selain untuk melindungi dirinya dari ancaman predator, seluruh makhluk-makhluk yang hidup di dalam zona selancar ini menggali pasir untuk melarikan diri dari ancaman tarikan ombak dan arus pasang surut yang ada di laut.[10][11]

Beberapa varian biota yang ada di dalam zona selancar antara lain:

Arus sobek

sunting
 
Contoh arus sobek di laut. Arus sobek sering kali sangat sulit untuk diketahui dengan mata telanjang. Karena itu, berhati-hatilah saat berada di sekitar air.

Zona selancar dapat memiliki arus sobek atau gelombang pecah (rip current) yang berbahaya, yakni arus kuat lokal yang mengalir menjauh dari pantai dan dapat menimbulkan ancaman bagi para perenang.[12]

Penyebab terjadinya arus sobek

sunting

Arus sobek (rip current) muncul karena adanya pertemuan ombak yang sejajar dengan garis pantai sehingga menyebabkan terjadinya arus balik yang sangat cepat. Kecepatan arus sobek ini bervariasi tergantung pada kondisi gelombang, pasang surut, dan bentuk pantai. Kecepatan arus sobek yang pernah diukur kecepatannya dapat melebihi 2 m/detik.

Ciri-ciri arus sobek

sunting

Wujud arus sobek ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Arus sobek beresiko rendah (Low-risk rip currents): Terjadi saat kondisi angin atau gelombang diperkirakan tidak cukup mendukung perkembangan arus sobek. Namun terkadang arus sobek dapat terjadi, terutama di daerah sekitar pelabuhan atau dermaga. Ketahuilah cara berenang yang baik dan patuhilah daran dari penjaga pantai.
  2. Arus sobek beresiko sedang (Moderate-risk rip currents): Terjadi saat kondisi angin atau gelombang yang mendukung arus sobek lebih kuat atau lebih sering muncul. Hanya peselancar berpengalaman yang boleh memasuki air.
  3. Arus sobek beresiko tinggi (High-risk rip currents): Terjadi saat kondisi angin atau gelombang yang mendukung arus sobek sangat membahayakan. Arus sobek jenis ini dapat mengancam keselamatan jiwa siapa pun yang memasuki ombak.

Lihat juga

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b Dally, William R. (2005). "Surf Zone Processes". Springer Link. doi:10.1007/1-4020-3880-1. ISBN 978-1-4020-3880-8. 
  2. ^ Bowen, A. J. (1968). "Wave 'Set‐Down and Set‐Up'". Journal of Geophysical Research. 73 (8): 2569–2577. 
  3. ^ Gourlay, Michael R. (2011). "Wave Set-Up". Encyclopedia of Modern Coral Reefs. doi:10.1007/978-90-481-2639-2_165. 
  4. ^ Dean, Bob (2005). "Wave Setup: FEMA Coastal Flood Hazard Analysis and Mapping Guidelines Focused Study Report" (PDF). FEMA Coastal Flood Hazard Analysis and Mapping Guidelines. 
  5. ^ "Technical Brief - Wave Uprush Analysis" (PDF). RIGGS ENGINEERING LTD. 2014. 
  6. ^ Dally, William R. (2005). "Surf Zone Processes". Springer Link. doi:10.1007/1-4020-3880-1. ISBN 978-1-4020-3880-8. 
  7. ^ Mase, Hajime (1994). "Uprush-Backrush Interaction Dominated and Long Wave Dominated Swash Oscillations". Conference: Int. Symp. Waves - Physical and Numerical Modelling. 
  8. ^ Guza, Robert T. (1974). "Excitation of Edge waves by Waves Incident on a Beach". Journal of Geophysical Research. 79 (9): 1285–1291. 
  9. ^ Svendsen, Ib A. (1984). "Mass Flux and Undertow in a Surf Zone". Coastal Engineering. 8 (4): 347–365. 
  10. ^ a b "Surf Zone". Wikipedia Bahasa Inggris. 
  11. ^ a b Shanks, Alan L. (2010). "Surf Zone Physical and Morphological Regime as Determinants of Temporal and Spatial Variation in Larval Recruitment". Journal of Experimental Marine Biology and Ecology. 392 (1): 140–150. doi:10.1016/j.jembe.2010.04.018. 
  12. ^ "RIP Currents". Pusat Meteorologi Maritim BMKG. 

Pranala luar

sunting