Zahid Hussein (lahir 19 Mei 1925)[1] adalah tokoh militer Indonesia yang dikenal sebagai pengikut kelompok kebatinan Sumarah sekaligus jadi pelindung aliran kepercayaan di Indonesia.[2] Sejak 1974, Zahid adalah Ketua Umum Himpunan Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa—yang disingkat HPK. Zahid yang juga pejabat di kantor Sekretaris Negara dengan jabatan Kepala Biro Proyek-Proyek Bantuan Presiden ini, termasuk orang yang tidak setuju dengan pendapat yang mengatakan aliran kepercayaan merupakan agama. Meski begitu, Zahid tetap orang Islam yang rajin salat dan sudah naik haji pula.[2]

Pertemuan pertamanya dengan Soeharto bertepatan dengan Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta. Pada saat itu, Zahid memegang jabatan sebagai komandan seksi di Bantul dan diberi tugas oleh Letnan Kolonel Soeharto untuk tetap bertahan bersama 40 anak buahnya di kota, sementara pasukan lain menyingkir ke daerah gerilya.

Seusai serangan tersebut, Belanda gencar mengadakan pembersihan di dalam kota. Selama dua bulan melakukan penyamaran Zahid dan anak buahnya menyimpan senjata di tempat yang berbeda.[3]

Referensi

sunting
  1. ^ Akol (2019-08-12). "Zahid Hussein, Penabuh Gaung Aliran Kepercayaan yang Menemukan Hidayah" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-03. 
  2. ^ a b Matanasi, Petrik. "Zahid Hussein, Jenderal Aliran Kepercayaan dan Soeharto". tirto.id. Diakses tanggal 2020-05-02. 
  3. ^ APA & SIAPA sejumlah orang Indonesia 1985-1986. Tempo (Jakarta, Indonésie) (edisi ke-Cet. 1). Jakarta: Grafiti Pers. 1986. ISBN 979-444-006-X. OCLC 37095471.