Yayati (Dewanagari: ययाति; ,IASTYayāti, ययाति), menurut mitologi dan legenda India, adalah leluhur Maharaja Bharata, penguasa India. Ia merupakan putra kedua dari pasangan Nahusa dan Asokasundari. Kakaknya bernama Yati, yang menghabiskan sisa hidupnya untuk menjadi pertapa. Karena Yati tidak mau mewarisi takhta, maka Yayati diangkat menjadi raja, meskipun bukan putra sulung.[1] Yayati menikah dengan Dewayani dan Sarmista, dan menurunkan lima putra.[2]

Yayati
ययाति
Yayati
Tokoh dalam mitologi Hindu
NamaYayati
Ejaan Dewanagariययाति
Ejaan IASTYayāti
Kitab referensiMahabharata, Purana
KediamanPratisthana
Kastakesatria
Profesiraja
DinastiCandra
AyahNahusa
IbuAsokasundari
IstriDewayani dan Sarmista
Anak

Kisah mengenai Yayati dapat ditemukan dalam kitab Mahabharata, Brahmapurana, Naradapurana, Matsyapurana, Bhagawatapurana dan Purana lainnya. Berbagai kitab tersebut memiliki versi yang berbeda-beda mengenai Yayati, tetapi inti ceritanya tetap sama.

Pernikahan dengan Dewayani

sunting

Kisah mengenai Yayati ditemukan pada Adiparwa, kitab pertama Mahabharata. Dikisahkan bahwa ketika Yayati pergi berburu, ia berhenti di suatu sumur untuk menghilangkan dahaga. Ketika ia menengok ke dalam sumur, didapatinya seorang wanita terjerembab di sana. Yayati menolong wanita tersebut agar keluar dari sumur. Wanita tersebut mengaku bernama Dewayani, putri Mahaguru Sukra, guru para asura. Ia didorong oleh Sarmista, pelayannya sendiri, karena memperebutkan pakaian. Setelah pertemuan tersebut, Yayati dan Dewayani jatuh cinta. Atas jasanya karena telah menolong Dewayani, Sukra menikahkan putrinya dengan sang raja. Sukra juga mewanti-wanti agar sang raja tidak boleh menikahi Sarmista, pelayan Dewayani.[3]

Keturunan

sunting

Dari hasil perkawinannya, Yayati dan Dewayani dikaruniai dua orang putra, yang sulung diberi nama Yadu dan yang bungsu diberi nama Turwasu. Suatu ketika, Sarmista mendekati Yayati yang sedang duduk sendirian di taman. Ia membujuk sang raja agar mau mengawininya. Sang raja menolak, tetapi selalu dirayu, hingga akhirnya sang raja mengingkari janji pernikahannya. Ia pun menikah diam-diam dengan Sarmista. Dari hasil perkawinannya, sang raja memiliki tiga putra. Yang sulung diberi nama Druhyu, yang tengah diberi nama Anu, yang bungsu diberi nama Puru. Ketiga-tiganya berparas mirip dengan Yayati.[4]

Yayati berhasil menundukkan beberapa wilayah di muka bumi dan memerintah jagat dengan baik selama beberapa tahun. Ia juga sering melaksanakan yadnya. Ketika ia telah semakin tua, maka ia membagi bumi kepada lima putranya. Yadu diberikan wilayah timur, Puru mendapat bagian yang di tengah, Turwasu mendapat bagian di selatan, Druhyu di utara dan Anu di bagian barat.

Kutukan Sukra

sunting

Pada suatu ketika, Dewayani melihat ada tiga orang anak yang wajahnya mirip dengan Yayati, suaminya. Dewayani pun menanyakan ayah mereka. Ketiga anak tersebut menunjuk ke arah Yayati. Dewayani yang merasa sakit hati, lari mengadu kepada ayahnya. Ia mengatakan bahwa sang raja sudah mengingkari janji pernikahan. Sukra kemudian mengutuk Yayati agar ia menjadi tua lebih cepat; tua sebelum usia yang wajar. Mendengar kutukan tersebut, sang raja menjadi takut dan memohon agar mertuanya menarik kembali kutukannya. Hal itu tak dapat dilakukan, tetapi salah satu putranya dapat mewakilinya untuk menerima kutukan tersebut.[5]

Yayati pun memanggil kelima putranya. Putra pertamanya, Sang Yadu, menolak untuk menanggung kutukan ayahnya. Hal itu membuat Yayati marah sehingga ia bersumpah tidak akan mewariskan tahta kerajaan kepada Yadu. Berturut-turut—Turwasu, Druhyu, Anu—menolak permintaan Yayati. Akhirnya mereka pun tidak berhak mewarisi kerajaan ayahnya. Hanya Sang Puru yang bersedia menanggung kutukan yang ditimpa kepada ayahnya.[6] Yayati sangat senang dan menganugerahi Puru bahwa setelah menjalani usia tua selama 1000 tahun, Puru dapat menikmati masa mudanya kembali. Keturunan Sang Puru-lah yang akan menurunkan para raja yang menjadi leluhur Pandawa dan Korawa. Kemudian Yayati menikmati masa mudanya kembali dengan Dewayani dan menurunkan seorang putri yang diberi nama Madawi.

Mangkat

sunting
 
Ilustrasi Yayati mengangkat Puru sebagai raja, dari buku Razmnama atau Mahabharata versi Persia.

Setelah Sang Puru habis menjalani masa kutukan Yayati, ia menjadi muda dan menikmati masa mudanya kembali. Yayati menobatkan Puru sebagai raja. Yayati memutuskan untuk meninggalkan kekuasaan dan menjalani sisa hidup sebagai seorang petapa bersama dengan kedua istrinya.[7] Ia bertapa di tengah hutan dengan teguh, tanpa makan dan minum, hanya merapalkan mantra. Karena teguh tapanya maka ia meninggalkan alam fana dan jiwanya mencapai surga.

Setelah mencapai surga, ia ditanya oleh Dewa Indra tentang kebajikan dan usahanya dalam mencapai surga. Yayati menjawab dengan rasa bangga dan terasa angkuh bagi Indra, sehingga sang dewa menjadi tersinggung lalu melempar sang raja dari surga.[8] Pada saat jatuh, sang raja meminta maaf atas kesalahannya, lalu memohon bahwa apabila ia harus jatuh, maka ia ingin jatuh di tempat orang yang banyak berbuat kebajikan. Indra mengabulkannya kemudian sang raja tertahan di angkasa, melayang-layang tidak sampai jatuh ke tanah. Di bawahnya ada empat orang yang melakukan yadnya (ritual suci Hindu), bernama Astaka, Pratardana, Basuman, dan Siwi. Mereka semua putra Madawi, dan merupakan cucu Yayati. Melihat kakeknya tertahan di angkasa, mereka menghaturkan yadnya mereka agar kakeknya dapat mencapai surga. Atas pengorbanan cucunya yang tulus, datanglah lima buah kereta, menjemput Yayati dan cucunya agar mencapai surga.

Silsilah keturunan

sunting
Sukra
 
Jayanti
 
Nahusa
 
 
 
 
Wresaparwa
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Dewayani
 
 
 
 
 
Yayati
 
 
 
 
 
Sarmista
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Yadu
 
Turwasu
 
Madawi
 
Druhyu
 
Anu
 
Puru
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Bangsa
Yadawa
 
Suku
Yawana
 
4 putra
 
Dinasti
Waiboja
 
Bangsa
Mleccha
 
Wangsa
Paurawa

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ www.wisdomlib.org (2019-01-28). "Story of Yayāti". www.wisdomlib.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-10-07. 
  2. ^ www.wisdomlib.org (2020-11-14). "Account of the King Yayati [Chapter 30]". www.wisdomlib.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-10-07. 
  3. ^ "The Mahabharata, Book 1: Adi Parva: Sambhava Parva: Section LXXXI". Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 February 2018. Diakses tanggal 22 January 2018. 
  4. ^ www.wisdomlib.org (2019-01-28). "Story of Yayāti". www.wisdomlib.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-10-07. 
  5. ^ Prabhupada, Bhaktivedanta Swami (1995). Srimad Bhagavatam - Canto Nine. The Bhaktivedanta Book Trust. hlm. 551–623. ISBN 978-81-8957491-8. 
  6. ^ Garg, Ashutosh (2020). Indra: The Saga of Purandar (dalam bahasa Inggris). Manjul Publishing. ISBN 978-93-89647-75-4. 
  7. ^ Dalal, Roshen (2014-04-18). Hinduism: An Alphabetical Guide (dalam bahasa Inggris). Penguin UK. hlm. 427. ISBN 978-81-8475-277-9. 
  8. ^ Kisari Mohan Ganguli (1889), "Section LXXXIX: Shambava Parva", The Mahabharata of Krishna Dvaipayana Vyasa, Sacred-Text.com 

Pranala luar

sunting
Didahului oleh:
Nahusa
Raja Dinasti Candra
ke-4
Diteruskan oleh:
Puru