Yang Gongren (Hanzi: 杨恭仁, ?-639) atau Yang Guan (杨纶), Adipati Xiao dari Guan (观孝公), adalah seorang pejabat dan jenderal pada masa Dinasti Sui dan Tang. Pada masa Dinasti Tang ia sempat menjabat sebagai perdana menteri, ia terkenal akan sifatnya yang jujur dan rendah hati.

Latar belakang

sunting

Tidak diketahui kapan dan dimana Yang Gongren dilahirkan. Ia adalah putra sulung Yang Xiong, keponakan jauh Yang Jian/ Kaisar Wen, sang pendiri Dinasti Sui. Yang Xiong sendiri termasuk salah satu dari empat pejabat paling berpengaruh pada awal Dinasti Sui bersama dengan Gao Jiong, Yu Jingze, dan Su Wei. Berbagai gelar kebangsawanan dianugerahkan kepadanya hingga yang terakhir gelar sebagai Pangeran Guan.

Di bawah Dinasti Sui

sunting

Pada akhir pemerintahan Kaisar Wen, sekitar tahun 601 hingga 604, Yang Gongren menjabat sebagai gubernur Ganzhou (sekarang Zhangye, Gansu). Ia seorang yang mampu memerintah dengan baik dan berlaku adil terhadap orang-orang non-Han yang tinggal di wilayahnya. Kaisar Wen pernah berkata pada ayahnya, Yang Xiong, “Gongren telah memerintah provinsi itu dengan baik, semua ini bukan hanya karena aku telah memilih orang yang tepat, tapi juga karena engkau telah mengajarinya mengenai kebenaran.”

Pada awal pemerintahan Kaisar Yang dari Sui (putra kedua dan penerus Kaisar Wen), Yang menjabat sebagai asisten menteri pekerjaan umum. Ketika Jenderal Yang Xuan'gan melakukan pemberontakan tahun 613, Yang adalah salah satu jenderal yang dipilih oleh Kaisar Yang menumpas pemberontakan itu dan ia berhasil menjalankan misinya. Atas prestasinya ini ia memperoleh pujian dari kaisar dan Su Wei.

Saat itu urusan pekerjaan umum dikendalikan oleh Su, Yuwen Shu, Pei Yun dan Pei Ju, yang sangat korup. Walau demikian Yang Gongren tetap menjaga integritasnya dan tidak mau ikut-ikutan korupsi atau menerima suap seperti yang lain. Karakternya yang lurus itu tidak disenangi oleh Pei Yun yang berusaha menyingkirkannya dengan memberi tugas untuk memimpin pasukan menumpas pemberontakan petani di wilayah Hunan. Dalam pertempuran melawan pemberontak itu, Yang mengalami kekalahan dari Zhu Can, salah satu pemimpin pemberontak di distrik militer Qiao (sekarang Bozhou, Anhui) sehingga terpaksa melarikan diri ke Jiangdu (sekarang Yangzhou, Jiangsu), kota yang kemudian dijadikan ibu kota pengungsian oleh Kaisar Yang.

Musim semi 618, Jenderal Yuwen Huaji melakukan kudeta dan membunuh Kaisar Yang. Ia lalu mengangkat keponakan kaisar, Yang Hao, Pangeran Qin, sebagai kaisar boneka. Yuwen juga membunuh sejumlah pejabat tinggi dan bangsawan Sui. Untungnya Yang selamat dari pembantaian itu, Yuwen malah memberinya jabatan sebagai menteri pekerjaan umum. Tak lama setelah kudeta, Yuwen bertolak ke utara bersama pasukan elite Xiaoguo, namun ia dikalahkan oleh seorang pemimpin pemberontak bernama Li Mi sehingga kabur ke wilayah lain di utara. Sebelumnya ia menugaskan Yang untuk mempertahankan Kabupaten Wei (sekarang Handan, Hebei). Tahun 619, seorang pejabat Tang bernama Wei Zheng berhasil membujuk Yuan Baozang, seorang bawahan Yuwen lainnya yang ditugaskan menjaga Kabupaten Wei, untuk menangkap Yang dan menyerah pada pemerintah Tang. Yang digiring ke Chang’an (sekarang Xi'an, Shaanxi), ibu kota Dinasti Tang. Kaisar Tang Gaozu, mengingat hubungan persahabatan mereka ketika masih menjadi pejabat Sui, memberi pengampunan padanya dan mengangkatnya sebagai asisten kepala biro ujian negara serta menganugerahinya gelar kebangsawanan, Adipati Guan.

Di bawah pemerintahan Kaisar Gaozu

sunting

Tak lama kemudian, Kaisar Gaozu mengangkat Yang sebagai komandan Liangzhou (sekarang Wuwei, Gansu) karena ia akrab dengan seluk-beluk wilayah tersebut. Yang menjalankan tugasnya dengan efektif sehingga suku-suku minoritas di sebelah timur Pegunungan Pamir menyerahkan diri dan tunduk pada pemerintah Tang berkat jasanya. Pada tahun-tahun awal berdirinya Dinasti Tang, suku Tujue Timur sering menyerbu wilayah Tiongkok. Yang berhasil memukul mundur mereka, namun wilayahnya menderita kerusakan yang cukup parah akibat serangan itu. Pada musim dingin 619, Yang secara resmi dianugerahi gelar Nayan (纳言), gelar untuk kepala biro ujian yang juga sejajar dengan perdana menteri. Namun pada kenyataannya ia tetap tinggal di Liangzhou dan tidak berkesempatan untuk menjalankan tanggung jawabnya sebagai Nayan.

Tahun 623, Kaisar Gaozu memanggil Yang ke Chang’an untuk diangkat sebagai kepala biro legislatif pemerintah, sebuah jabatan yang juga sejajar perdana menteri. Ia juga menerima jabatan menteri pekerjaan umum. Secara resmi ia juga tetap menjabat sebagai komandan Liangzhou.

Tahun 626, konfik antara putra-putra Kaisar Gaozu mencapai klimaks dengan meletusnya Insiden di Gerbang Xuanwu. Li Shimin, putra ke-2 kaisar, membunuh kakaknya, putra mahkota Li Jiancheng dan adiknya Li Yuanji, yang mendukung sang putra mahkota. Setelah itu Li Shimin memaksa ayahnya mengangkatnya sebagai putra mahkota. Ia juga menata ulang pemerintahan. Sebagai bagian dari reorganisasi ini, Yang ditarik dari posnya namun pangkatnya tetap sebagai jenderal.

Di bawah pemerintahan Kaisar Taizong

sunting

Dua bulan setelah insiden itu, Kaisar Gaozu turun tahta dan menyerahkan kekuasaan pada Li Shimin yang naik tahta sebagai Kaisar Tang Taizong. Kaisar baru ini memberikan Yang jabatan sebagai gubernur Yongzhou dan tak lama kemudian sebagai asisten komandan Yangzhou. Tahun 631, ia menjadi komandan Luozhou (sekarang Luoyang, Henan), sebuah wilayah strategis yang juga berfungsi sebagai ibu kota timur. Namun tak lama kemudian ia mengundurkan diri, mengenai kapan tepatnya tidak ada catatan yang jelas dalam sejarah.

Sekalipun telah menduduki berbagai jabatan tinggi, Yang tetap dikenal sebagai seorang yang rendah hati dan santun, bahkan terhadap mereka yang jabatannya lebih rendah darinya sekalipun. Seringkali ia dibandingkan dengan perdana menteri Shi Qing dari Dinasti Han yang juga terkenal karena kerendahhatiannya. Keluarganya dikaruniai kemuliaan berlimpah. Adiknya, Yang Shidao, menikah dengan putri Kaisar Gaozu, Putri Guiyang; sepupu perempuannya menikah dengan Li Yuanji dan kemudian menjadi selir kesayangan Kaisar Taizong setelah Li Yuanji terbunuh; keponakannya, Yang Sijing, menikah dengan putri Kaisar Gaozu yang lain, Putri Anping.

Yang meninggal dunia tahun 639, ia memperoleh gelar kehormatan secara anumerta dan dimakamkan dekat makam istri Kaisar Taizong, Permaisuri Zhangsun, yang kelak juga menjadi makam Kaisar Taizong.