Hei Bai Wu Chang

(Dialihkan dari Wu Chang Gui)

Hei Bai Wu Chang (Hanzi: 黑白無常) adalah dua dewa, satu pendek, satu tinggi, dirantai menjadi satu pada pergelangan kaki mereka, bertugas memberi berkah pada orang baik dan hukuman pada orang jahat.[1] Keduanya adalah bawahan Yan Luo Wang atau raja akhirat dalam kepercayaan Taoisme dan bertugas untuk mengawasi perbuatan baik dan buruk manusia di dunia.[2]

Altar untuk Hei Bai Wu Chang yang didirikan pada saat Perayaan Pertengahan Bulan Ke-7 di Kong Fuk Miau, Pulau Bangka.
Hei Bai Wu Chang
Hanzi tradisional: 黑白無常
Hanzi sederhana: 黑白无常
Makna harfiah: Hitam-Putih Tidak Permanen
Wuchang Gui
Hanzi tradisional: 無常鬼
Hanzi sederhana: 无常鬼
Makna literal: Hantu Tidak Permanen
Patung Wuchang Gui di Haw Par Villa, Singapura.

Wuchang adalah hantu atau petugas akhirat yang membawa roh-roh setelah kematian; dapat juga berarti "dapat berubah, tidak permanen, meninggal".[1] Er Ye bertugas memburu hantu yang berbuat kejahatan di dunia manusia. Da Ye bertugas membimbing roh manusia yang berkelakuan baik selama hidupnya ke alam akhirat.

Terdapat lebih dari sepasang Hei Bai Wu Chang di akhirat. Dengan demikian, kisah bagaimana mereka meninggal juga berbeda-beda. Mereka memiliki pangkat seperti sersan dalam pasukan serta diperbolehkan untuk keluar-masuk alam manusia dan akhirat dengan bebas.[3]

Hei Ba Wu Chang dikenal oleh masyarakat di Tiongkok bagian selatan serta Asia Tenggara (dibawa oleh para imigran). Penduduk Tiongkok bagian lain mungkin tidak mengenal keduanya.[3]

Hei Bai Wu Chang dikenal dengan berbagai nama sebagai berikut:

  1. Hei Bai Wu Chang (Hanzi=黑白无常; pinyin=Hēi Bái Wúcháng; Lit. hitam-putih/benar-salah yang tidak permanen) adalah nama yang umum digunakan dalam Bahasa Tionghoa.[1][3] Sebutan Hei (hitam) dan Bai (putih) bukan merujuk pada warna kulit atau pakaian, melainkan lebih mewakili Yin dan Yang.
  2. Qi Ye Ba Ye (Hanzi= 七爺八爺; pinyin=Qīyé Bāyé; lit. Kakek ke-7 dan Kakek ke-8),[2] mungkin karena karakter 7 berbentuk tinggi dan kurus dan karakter 8 (Hanzi= 八; pinyin=bā) berbentuk pendek dan lebar.[4]
  3. Dua Di Ya Peh (Hanzi=大二爷伯; pinyin=Dà èr Yé Bó; lit. Kakek terhormat pertama dan kedua[1]) adalah nama dalam bahasa Hokkien dan Teochew di selatan Tiongkok. Masing-masing dikenal sebagai Dua Ya Peh (大爷伯) dan Di Ya Peh (二爷伯).[3]
  4. Da Ye Er Ye (Hanzi= 大爺二爺; pinyin=Dà Yé èr Yé; lit. kakek tertua dan kakek kedua), sebutan yang populer di Jakarta.[2]
  5. Da Ye Xiao Ye (Hanzi= 大爺小爺; pinyin=Dà Yé xiăo Yé; lit. tuan besar – tuan kecil).[4]
  6. Gao Ye (Hanzi= 高爺; lit. dewa jangkung) dan Ai Ye (Hanzi= 矮爺; lit. dewa pendek)[4] atau Gao Zi Ye (Hanzi= 高仔爺; lit. dewa cermat jangkung) dan Ai Zi Ye (Hanzi= 矮仔爺; lit. dewa cermat pendek).[2]
  7. Bái Ye (Hanzi= 白爷; lit. tuan putih) dan Chì Ye (Hanzi= 赤爷; lit. tuan merah tua).[4]
  8. Xie Jiangjun (Hanzi= 谢将军; lit. Jenderal Xie) dan Fan Jiangjun (Hanzi= 范将军; lit. Jenderal Fan).[4]

Legenda

sunting

Anak durhaka dan anak berbakti

sunting

Dalam sutra (kitab) agama Buddha berjudul Shiwangjing (lit. Sutra Sepuluh Yamaraja) yang ditemukan di Gua Dunhuang,[5] terdapat salinan naskah yang menceritakan kisah perjalanan Kaisar Tang Taizong ke alam baka.[6] Kisah tersebut dikembangkan dalam berbagai sastra, meliputi Perjalanan ke Barat, Raja Naga dari Sungai Jing, Men Shen, hingga pertemuan dengan Wuchang Gui.

Hakim Cui yang mengantar Kaisar Tang Taizong dalam perjalanan mengelilingi neraka menceritakan bahwa Hei Wuchang semasa hidupnya adalah seorang anak durhaka pemalas yang suka berjudi dan menghambur-hamburkan uang ayahnya. Karena tidak bisa diberi nasihat dan selalu membantah, ayahnya murka dan tanpa sengaja membunuhnya. Di pengadilan akhirat, ia dikirim ke neraka tingkat ke-18 untuk menerima hukuman. Hukuman yang ia terima membuatnya menyesal, bahkan ia menebus semua kesalahan yang ia perbuat. Yan Luo Wang tersentuh atas penyesalannya kemudian mengangkatnya menjadi Hei Wuchang yang bertugas memburu roh jahat. Saat malam tiba, ia akan berpatroli di dunia manusia untuk mengawasi perbuatan manusia, yang jahat akan ia tahan untuk diserahkan kepada Hakim Cui.

Bai Wuchang semasa hidupnya bernama Shancai, putra seorang tuan tanah kaya. Ia seorang dermawan yang senang menolong penduduk desa yang sedang berkesusahan. Namun, uang keluarganya menjadi sedikit sehingga ayahnya memberinya sejumlah uang untuk memulai bisnis dan tidak diperbolehkan pulang sebelum berhasil. Suatu hari, ia bertemu dengan seorang gadis bersama ibunya yang menangis, ternyata mereka sedang dililit hutang. Shancai memberikan semua uang dari ayahnya yang seharusnya digunakan untuk memulai bisnis. Setelah sadar, Shancai merasa menyesal telah menjadi anak durhaka yang tidak mampu membahagiakan orang tuanya, ia melompat ke laut dan meninggal. Yan Luo Wang mengangkatnya menjadi Bai Wuchang yang bertugas membimbing roh baik ke alam akhirat.

Saudara angkat dari Fujian

sunting

Di Provinsi Fujian terdapat sepasang sahabat kental, yang satu pendek dan yang satu tinggi, yaitu Fan Wujiu dan Xie Bi An. Keduanya menjadi saudara angkat dan tidak dapat dipisahkan serta ahli dalam seni bela diri. Satu versi mengatakan mereka bekerja sebagai pesuruh pada sebuah kantor pemerintahan lokal yang bertugas menangkap penjahat, tetapi tidak pernah melukai penduduk biasa. Versi lain menyebutkan mereka berkeliling bersama untuk melindungi penduduk desa dari bandit dan pejabat korup.[4]

Suatu hari mereka terjebak hujan yang sangat deras (dalam salah satu versi disebutkan bahwa mereka sedang mengawal penjahat, tetapi penjahat itu melarikan diri karena hujan deras). Saat sampai di tepi Jembatan Peron Selatan (Hanzi= 南台桥; pinyin= nán tái qiáo), Xie yang tinggi menyuruh Fan untuk menunggunya di bawah jembatan sementara ia akan pergi mencari payung besar agar dapat memayungi mereka berdua. Saat itu sedang malam.[4]

Hujan semakin lebat, Xie belum juga kembali. Meskipun air sungai meluap, Fan memegang janjinya untuk menunggu di sana sehingga tidak pindah ke tempat yang lebih tinggi, supaya Xie tidak kebingungan mencarinya setelah ia kembali nanti. Tiba-tiba banjir menghanyutkannya hingga ia tewas.[4]

Saat Xie kembali sambil membawa payung, hujan sudah mulai mengecil. Ia tidak menemukan Fan di tempat mereka berpisah, dan menjadi ragu apakah ia kembali ke tempat yang benar. Ia mencari Fan lebih dari dua hingga tiga hari. Akhirnya ia menemukan jenasah Fan yang sudah mulai mengembung dan berubah warna hitam kemerahan, tersangkut pada sebuah akar pohon saat air sudah berkurang. Xie berduka sangat mendalam dan tidak merasa hidupnya akan berarti lagi sepeninggalan sahabatnya itu, kemudian menggantung dirinya. Penduduk menemukan tubuhnya yang tinggi, berwajah pucat serta lidah terjulur, tergantung di atas pohon dimana jenasah Fan tersangkut di akarnya.[4]

Tak ada penduduk yang tahu keluarga mereka. Para penduduk memakamkan mereka, tetapi makam mereka kini sudah hilang karena tidak ada keturunan yang mengurusi makam mereka. Kasih sayang dan kesetiaan keduanya membuat Cheng Huang Ye terharu kemudian mengangkat mereka sebagai asistennya. Mereka meneruskan pekerjaan mereka bersama-sama untuk melindungi penduduk dari bandit dan segala seuatu yang buruk.[4]

Versi lain menyebutkan bahwa Dewa Kota Cheng Huang Ye tidak pernah menyadari mereka. Namun, setelah Kaisar Tang Taizong mengunjungi alam akhirat dalam mimpinya, kemudian Fan dan Xie bersedia menjadi penunjuk arahnya baginya, setelah terbangun ia menunjuk mereka sebagai asisten Cheng Huang Ye.[4]

Kisah dari Dinasti Tang

sunting

Da Ye adalah Jendral Xie Bi An (謝必安 ), sedangkan Er Ye adalah Jendral Fan Wu Jiu (范無救). Mereka hidup pada masa Dinasti Tang (618 – 907 M) sebagai jenderal Kota Sui Yang.[2]

Saat pemberontakan An Lu Shan, pasukan pemberontak mendadak menyerang kota Chang An sehingga Kaisar Tang Ming melarikan diri sampai ke Provinsi Xi Chuan Barat. Tentara pemberontak mengepung sampai Kota Sui Yang yang dijaga Xu Yuan dan Zhang Xun. Setelah pengepungan yang cukup lama, Zhang Xun mengutus Jendral Xie Bi An dan Fan Wu Jiu keluar benteng kota untuk meminta bala bantuan.[2]

Jendral Xie Bi An yang berpostur tubuh tinggi (sekitar 3,33 meter) serta kaki yang panjang dapat berlari lebih cepat, tetapi ia bertemu dengan musuh terlebih kemudian tertangkap. Ia kemudian digantung di atas tembok kota sehingga terlihat oleh Jendral Fan Wu Jiu. Saat bersembunyi di tepi sungai, tanpa sengaja ia terjatuh ke sungai dan mati tenggelam. Setelah itu, Kota Sui Yang jatuh ke tangan pemberontak karena para prajurit telah letih dan kehabisan ransum. Jendral Xie dan Fan yang tewas demi membela Negara kemudian dianugerahi gelar sebagai Jendral Pelindung.[2]

Kisah dari Dinasti Qing

sunting

Pada provinsi bagian selatan di Tiongkok, terdapat saudara angkat Xie Bi An dan Fan Wujiu yang bekerja sebagai petugas keamanan pada sebuah kantor pemerintahan. Pada masa itu, opium diperkenalkan ke Tiongkok oleh Inggris yang mengklaimnya sebagai pasta panjang umur (长寿糕). Banyak orang, termasuk Xie Bi An dan Fan Wujiu termakan kebohongan itu sehingga menjadi kecanduan.[3]

Sebagai pemimpin petugas keamanan, Xie Bi An yang sudah teramat kecanduan diberi dua pilihan: menerima uang suap, menutup mata dan memperoleh suplai opium tak terbatas, atau akan dibunuh karena mengungkapkan bahaya opium kepada masyarakat. Xie Bi An memilih pilihan kedua kemudian menggantung diri di luar gerbang kota. Jenasah Xie Bi An diturunkan oleh Fan Wujiu, yang karena shock akibat peristiwa tersebut, kemudian meloncat ke laut keesokan harinya.[3]

Kaisar Giok melihat mereka berkepribadian benar dan bertanggung jawab sehingga menunjuk mereka sebagai petugas keamanan akhirat. Selain menegakkan hukum dan aturan di akhirat, mereka juga menangkap roh-roh berkeliaran di dunia manusia.[3]

Kultus

sunting

Hei Bai Wuchang selalu digambarkan berdua. Da Ye digambarkan berkulit pucat dan kurus, mata menonjol dengan lidah menjulur panjang keluar, mengenakan topi kertas panjang yang bertuliskan Yi Jian Da Ji (Hanzi= 一見大吉; lit. sekali bertemu akan mendapat keberuntungan),[2] meskipun istilah kebahagiaan terkadang dikonotasikan secara negatif.[4] Er Ye digambarkan agak kecil dan pendek, hidung pesek dengan bibir tebal, tangan kanan memegang kipas, tangan kiri memegang lempengan bertuliskan Shan E Fen Ming (Hanzi=善惡分明; lit. membedakan dengan jelas baik dan jahat).[2]

Pada sebagian kuil, altar mereka tidak dihiasi patung biasa, melainkan kostum seperti ondel-ondel yang akan dikenakan pada saat dilaksanakan ritual arak-arakan Cheng Huang Ye di tengah kota. Kebanyakan, patung Da Ye digambarkan membawa payung penyebab kematian mereka.[4]

Sebagai petugas akhirat

sunting

Menurut kepercayaan Taoisme, saat seseorang meninggal, Da Ye dan Er Ye akan datang menjemput dan membawa mereka ke ruang pengadilan Cheng Huang Ye untuk dihakimi serta menerima hukuman atas perbuatan buruk mereka selama hidup sebelum bereinkarnasi kembali. Beberapa orang bahkan meyakini bahwa patung Cheng Huang Ye akan hidup di malam hari untuk melaksanakan pengadilan tersebut.[4]

Masyarakat merasa takut jika mereka dikunjungi oleh Hei Bai Wu Chang. Bahkan nama keduanya juga terdengar menyeramkan; Fan Wujiu memiliki arti tanpa keselamatan dan Xie Bi An berarti harus ditentramkan.[4]

Sebagai dewa keberuntungan

sunting

Meskipun tidak bertugas sebagai pemberi kekayaan, masyarakat acap-kali menanyakan nomor lotere di depan altar keduanya, terutama pada perayaan festival hari raya mereka. Terdapat sebuah kepercayaan, jika seseorang berjumpa dengan mereka pada saat malam tiba, mereka akan memberikan nomor lotere yang pasti akan keluar.[3]

Konon, jika bertemu Da Ye, asalkan sudi berlutut, berterima kasih, dan memohon rezeki, orang tersebut akan mendapat berkah dan perlindungan. Itulah sebabnya ia juga disebut Yi Jian Da Ji – Xie Bi An (Hanzi=一見大吉謝必安;lit. Xie Bi An yang sekali bertemu pasti mujur besar). Namun, jika bertemu Er Ye, orang yang bersangkutan akan mengalami kemalangan, sehingga Er Ye juga disebut Fan Wu Jiu (Hanzi=范無救; lit. Fan tidak tertolong lagi).[2]

Daftar klenteng yang memiliki altar Hei Bai Wu Chang

sunting
  • Klenteng Kim Tek Ie.
  • Klenteng Kong Hoa Si, Taman Sari, Jakarta Barat.

Kultur populer

sunting
  • Hei Bai Wu Chang adalah judul lagu yang dinyanyikan oleh Ye Jun.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d MDBG. Akses= 15 April 2013. Chinese-English Dictionary Diarsipkan 2017-03-02 di Wayback Machine..
  2. ^ a b c d e f g h i j Buddhist Temple Jindeyuan Jakarta. 1 Maret 2012. Akses= 4 April 2013. Da Ye Er Ye – Dewa Jangkung & Pendek Diarsipkan 2012-04-20 di Wayback Machine..
  3. ^ a b c d e f g h Chinese Gods of Wealth. Akses= 4 April 2013. 2 Hell Gods Of Wealth - Hei Bai Wu Chang (黑白無常) Diarsipkan 2023-02-01 di Wayback Machine..
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o Cultural China. Akses= 4 April 2013. Lords Seven and Eight Diarsipkan 2013-06-16 di Wayback Machine..
  5. ^ Stephen F. Tieser. 1994. The Scripture of the Ten Kings and the Making of Purgatory in Medieval Chinese Buddhism. USA: Kuroda Institute Buook/ University of Hawaii Press.
  6. ^ Fu Yuecheng. 1980. Sui-Tang Wudai Shi. Taipei: Wenhua Daxue Chubanshe.